Re: Tanggapan terhadap pernyataan Kelompok Madani.

1999-08-24 Terurut Topik FNU Brawijaya

Hallo Bung Irwan dan rekan Permias@ yg laen,

Saya sendiri tadinya cuma membaca sekilas saja pernyataan Kelompok Madani
tersebut. Kalau tahu gitu saya justru akan menjadi orang yang pertama sign up
mendukung pernyataan kelompok Madani itu.

Dasar dari dukungan tentu saja karena pertarungan politik yang makin tidak sehat
dari elite politik baru yg ada sekarang ini. Setelah muncul gabungan kekuatan yang

tadinya kecil-kecil dan ternyata menjadi besar tersebut, maka sudah pantas kalau
kelompok yg baru emerge ini menyodorkan alternatif pemimpin.

Rasanya sudah berkali-kali kita berdebat masalah status pemenang ini. Ini terjadi
waktu kita bicara masalah mayoritas perolehan suara. PDIP sebagai peraih suara
terbanyak yaitu 34-35% suara jelas merupakan pemenang, tetapi bukan satu-satunya
pemenang. Jadi tentu saja bukan satu-satunya pula partai yg dapat mengklaim bahwa
calon prez dari partai bersangkutan harus menjadi presiden definitif.
Mengapa demikian? Kan jelas mesti dapat dukungan suara mayoritas di dalam
SU MPR nanti. Ini memang merupakan konsekuensi dari sistem pemilu tidak
langsung yg dianut Indonesia. Jadi justru krn anda ingin mengklaim bahwa MS
harus menjadi presiden sbg caprez dari partai dengan perolehan suara terbanyak,
yg juga merupakan ciri dari sistem pemilu langsung (yg memungkinkan suara
terbanyak dari pencoblos langsung menentukan presiden), ya mestinya dukunglah
pihak-pihak yg ingin mengamandemen UUD45.

Anda benar mengenai perlunya penegakan demokrasi. Justru itu kita mesti tahu
demokrasi macam apa yg perlu ditegakkan. Kan ada demokrasi model AS,
demokrasi pancasila model suharto, demokrasi terpimpin model sukarno
Bila kita ingin meniadakan pergolakan-pergolakan politik di masa depan,
ya mumpung situasi masih memungkinkan, lakukanlah perbaikan-perbaikan
yg sifatnya essential, bukan tambal sulam saja. Jadi lakukan identifikasi
kesalahan-
kesalahan yang terjadi di masa lalu. Apa yg menjadi kesalahan di masa lalu
baik di jaman orba dan di jaman orla? Lha rak masalah kekuasaan prez yg
terlalu besar tho? Apa yg menyebabkan kekuasaan prez terlalu besar? Rak
UUD45 tho? Nah, jadinya perlu perbaikan-perbaikan struktural dari sistem
ketatanegaan a.l. UUD45 itu. Hal lain dari identifikasi masalah adalah ketidak-
profesionalan TNI, ya sudah perlu dibuat TNI yg profesional. Bukan sekedar
TNI saja yg tidak profesional tho? Apa? Ya identifikasi sendiri lah

Nah, jadi jangan karena merasa memperoleh suara terbanyak yg cuma 35%
lalu merasa mendapat mandat rakyat dong? Kan ada suara sebanyak 65% yang
lain. Ini yang perlu anda perhatikan juga. Jadi jangan memaksakan kehendak gitu.
Kan yang 65% ini juga rakyat, bukan timbunan pasir tho? Nah, upaya pemaksaan
kehendak ini dapat kita lihat tercermin dari ucapan Aberson yg menginnginkan
pemilu ulang bila MS tidak jadi presiden. Lho...kan sudah tahu konsekuensi sistem
perwakilan kan? Saya sendiri bisa saja setuju dengan ucapan Aberson bila pemilu
ulang yg diinginkan itu sekaligus didasari oleh sistem pemilihan langsung. Jadi
perlu
dirombak total dulu institusinya Nah, bila ini yg memang diinginkan Aberson
tadi,
wah, aku mau deh teken sebagai orang pertama yg mendukung. Pokoke saya sih
mendukung semua upaya-upaya menuju perbaikan sistem di Indonesia deh, dan
ingin bebas dari pemujaan berlebihan kepada individu atau andi-padu. Nah gitu dulu
ah...

Buat Bung Irwan, sesuai dengan harapan Bung Irwan yg tidak ingin memberaki
demokrasi, janganlah Bung Irwan sendiri memberaki demokrasi yg masih compang-
camping tetapi disetujui bersama ini dengan memaksakan kehendak sendiri. Biarkan
saja wakil-wakil rakyat itu yg menentukan ke siapa suara mereka akan diberikan,
mau ke MS, BJH, atau GD atau siapapun yg mau diajukan? Jangan seperti Suharto
yang ingin selalu menjadi calon tunggal dong ah. Padahal dia lewat Golkar mencapai

suara lebih dari 50+1 persen saja masih berjingkrak-jingkrak kebakaran jenggot
waktu ada yg mau mendaftarkan diri sebagai caprez dalam SU-MPR. Lha lalu apa
perbaikan sistem yg anda kehendaki kalau anda ingin muncul caprez tunggal di
dalam SU-MPR, dengan modal suara 35% itu. Kan ini yg bakal menjadi konsekuensi
logis dari pemikiran anda itu.

Buat kelompok Madani via Bung Priyo, ada endak yg perlu diteken secara tertulis?
Hehehe

Salam,
Jaya

'---
Irwan Ariston Napitupulu wrote:

 catatan:
 tulisan di bawah ini sudah lebih dari 2 hari mendem
 di mailbox saya karena mikir2 apa diposting apa ngga ya?
 Moga2 belum basi karena memang ngga pake bahan
 pengawet. Selamat menikmati.

 jabat erat,
 Irwan Ariston Napitupulu

 ---tulisan tanpa bahan pengawet-
 Saya pada dasarnya tidak ada masalah bila Gus Dur jadi
 presiden mengingat dia termasuk dalam daftar orang hebat
 di saya:)
 Dia tuh tipe orang yg rela ngorbanin dirinya sendiri demi
 melindungi umatnya pada khususnya dan rakyat Indonesia
 pada umumnya.

 Yang menjadi masalah sekarang adalah memilih capres
 diluar pemenang pemilu. Bagi saya, memilih capres yg
 

Re: Tanggapan terhadap pernyataan Kelompok Madani.

1999-08-24 Terurut Topik Priyo Pujiwasono

Salam demokrasi!
Mohon maaf kalau kelompok Madani lebih memilih diam, dan lebih
mementingkan konsolidasi ke dalam, hehee;-)), dengan melakukan
"lobby-lobby" politik (tingkat tinggi;-)) -- maksudnya menyebar-luaskan
gagasan2 kelompok Madani ke pihak2 yang berkepentingan dan concern
dengan persatuan  kesatuan bangsa di tanah air, dan juga dengan
kelompok2 di luar negeri.
Rasanya segala ide, gagasan pemikiran sudah kami tuangkan secara
terperinci dalam rekomendasi politik yang kami keluarkan 13 Agustus
1999 lalu. Nggak akan ditambah2, dikurangi, atau dijelaskan panjang
lebar lagi.
Kalaupun ada yang nggak setuju, biasa toh -- itu tetap kami
hargaijangankan cuma Rekomendasi yang didukung (awalnya) oleh
sekitar 75 orang, lha wong UUD 1945 aja masih banyak bolongnya kok.
Tapi, satu yang perlu diingat: Kelompok Madani sangat concern dengan
tetap bersatunya seluruh bangsa Indonesia untuk melaksanakan reformasi
murni yang sudah menumpahkan banyak darah, jiwa  harta. Dengan segala
respect yang ada, kami tetap berpendapat sosok  figur Gus Dur adalah
alternatif terbaik sebagai pemersatu  "common denominator" seluruh
komponen bangsa. Percayalah, kelompok Madani nggak punya interes atau
kepentingan politik apapun. Kami cuma melakukan apa yang jadi hak kami
sebagai warganegara: kebebasan berekspresi dalam bentuk tulisan, yang
kebetulan dan -- Insya Allah -- bola yang kami lemparkan sudah dan akan
terus bergulir. Harapan kami sih jadi 'snow balling effect" bagi
terbentuknya pemerintahan baru yang paling optimal  terbaik buat semua
(win-win solution). Maklumlah, Indonesia bukan cuma merah saja, ada
hijaunya, ada abu-abu, ada loreng2, dsb.
Eh, begitu saja dulu. Yang lain-lain, kami mengucapkan terimakasih buat
Bung Jaya  Bung Irwan. Ulasan yang Bung Jaya tulis -- kurang lebih --
sesuai dengan pendapat kelompok Madani. Mari kita lihat permasalahan
bangsa kita secara lebih obyektif, terbuka, dan dewasa.
Bung Jaya dkk., "dukungan" bagi kelompok Madani cukup dikirimkan ke
[EMAIL PROTECTED] dengan subject: Setuju atau Mendukung.
Alhamdulillah, dukungan terus mengalir dari berbagai kelompok dari
dalam  luar negeri, meski tujuan Madani sebenarnya hanyalah
"moral-force" bagi tegaknya kembali reformasi murni demi kebaikan 
kepentingan bersama bagi seluruh bangsa Indonesia, tanpa kecuali.
Sekian  Merdeka (dalam arti sesungguhnya)!
Hormat kami,

a/n Jubir Kelompok Madani

--- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Hallo Bung Irwan dan rekan Permias@ yg laen,
 Saya sendiri tadinya cuma membaca sekilas saja
 pernyataan Kelompok Madani
 tersebut. Kalau tahu gitu saya justru akan menjadi
 orang yang pertama sign up
 mendukung pernyataan kelompok Madani itu.

 Dasar dari dukungan tentu saja karena pertarungan
 politik yang makin tidak sehat
 dari elite politik baru yg ada sekarang ini. Setelah
 muncul gabungan kekuatan yang

 tadinya kecil-kecil dan ternyata menjadi besar
 tersebut, maka sudah pantas kalau
 kelompok yg baru emerge ini menyodorkan alternatif
 pemimpin.

 Rasanya sudah berkali-kali kita berdebat masalah
 status pemenang ini. Ini terjadi
 waktu kita bicara masalah mayoritas perolehan suara.
 PDIP sebagai peraih suara
 terbanyak yaitu 34-35% suara jelas merupakan
 pemenang, tetapi bukan satu-satunya
 pemenang. Jadi tentu saja bukan satu-satunya pula
 partai yg dapat mengklaim bahwa
 calon prez dari partai bersangkutan harus menjadi
 presiden definitif.
 Mengapa demikian? Kan jelas mesti dapat dukungan
 suara mayoritas di dalam
 SU MPR nanti. Ini memang merupakan konsekuensi dari
 sistem pemilu tidak
 langsung yg dianut Indonesia. Jadi justru krn anda
 ingin mengklaim bahwa MS
 harus menjadi presiden sbg caprez dari partai dengan
 perolehan suara terbanyak,
 yg juga merupakan ciri dari sistem pemilu langsung
 (yg memungkinkan suara
 terbanyak dari pencoblos langsung menentukan
 presiden), ya mestinya dukunglah
 pihak-pihak yg ingin mengamandemen UUD45.

 Anda benar mengenai perlunya penegakan demokrasi.
 Justru itu kita mesti tahu
 demokrasi macam apa yg perlu ditegakkan. Kan ada
 demokrasi model AS,
 demokrasi pancasila model suharto, demokrasi
 terpimpin model sukarno
 Bila kita ingin meniadakan pergolakan-pergolakan
 politik di masa depan,
 ya mumpung situasi masih memungkinkan, lakukanlah
 perbaikan-perbaikan
 yg sifatnya essential, bukan tambal sulam saja. Jadi
 lakukan identifikasi
 kesalahan-
 kesalahan yang terjadi di masa lalu. Apa yg menjadi
 kesalahan di masa lalu
 baik di jaman orba dan di jaman orla? Lha rak
 masalah kekuasaan prez yg
 terlalu besar tho? Apa yg menyebabkan kekuasaan prez
 terlalu besar? Rak
 UUD45 tho? Nah, jadinya perlu perbaikan-perbaikan
 struktural dari sistem
 ketatanegaan a.l. UUD45 itu. Hal lain dari
 identifikasi masalah adalah ketidak-
 profesionalan TNI, ya sudah perlu dibuat TNI yg
 profesional. Bukan sekedar
 TNI saja yg tidak profesional tho? Apa? Ya
 identifikasi sendiri lah

 Nah, jadi jangan karena merasa memperoleh suara
 terbanyak yg cuma 35%
 lalu merasa