[ppi-india] INDONESIA MENANGIS ( ACEH )
OH ACEH! SUNGGUH BESAR KASIH ALLAH PADAMU Oh, Aceh! Berhari-hari saya menangis tanpa dapat saya tahan melihat penderitaanmu. Bencana ini begitu dahsyat, begitu singkat tapi meninggalkan korban yang begitu besar. Rasanya belum pernah saya merasa begitu pilu melihat nasib dan penderitaan yang begitu besar seperti yang kau alami ini,oh Aceh. Dalam sujudku, aku hanya mampu mengucapkan kata-kata tuk berdo'a. Justru protes yang terlontas dalam hatiku. Ya, Allah! Aku tahu bahwa Engkau tak mungkin salah dengan takdirMu. Karena Engkaulah Sang Maha Benar. Yang tak pernah salah dalam menetapkan sesuatu, meski kami tak mungkin paham dengan semua tindakanMu. Ya, Allah! Apa gerangan kasih yang kau sembunyikan dibalik musibahMu ini?. Berilah kami petunjukMu agar kami paham makna dari semua derita yang Kau timpakan pada bangsa Aceh, saudara kami ini, ya Allah!. Kurang besarkah penderitaan mereka selama ini, ya Allah? Bukankah bangsa Aceh berjuang tanpa henti selama tiga puluh tahun melawan penjajah bangsa Belanda sebelum akhirnya bergabung dengan republik ini, ya Allah? Tigapuluh tahun berperang tanpa henti dengan segala penderitaannya, ya Allah! Dan ketika mereka bergabung dengan kami mereka juga tak pernah menikmati, nikmat dan berkah kemerdekaan seperti saudara-saudara lainnya yang sebangsa dan setanah air. Kali ini mereka diperangi oleh pemerintahnya sendiri yang tidak suka dengan cara mereka mengekspresikan diri. DOM adalah balasan atas protes mereka yang tak mampu berdiplomasi macam saudara-saudaranya yang lain. Berpuluh2 tahun lagi mereka harus menderita karena pemberontakan yang tak perlu terjadi. Dan menderita karena diperlakukan sebagai musuh, dan menyedot sumber daya alamnya. Perang seolah-olah telah menjadi takdirnya tanpa henti. Derita, demi derita seolah tak henti-hentinya Kau timpakan pada bangsa Aceh. Dimanakah kasihMu bagi mereka ya, Allah? Oh, Aceh! Sungguh malang nasibmu. Tapi hari ini, ketika telah lelah aku bertanya kepada Tuhan, tiba-tiba seolah aku mendengar Tuhan berkata-kata kepadaku; "KasihKu pada Aceh melebihi kasihKu pada yang lain. Pandanglah kesekelilingmu dan akan engkau temui kasihKu pada Aceh memenuhi setiap tempat di muka bumi ini." Dan ajaib! Tiba-tiba saya melihat kebenaran tersebut. Seluruh penjuru dunia tiba-tiba memalingkan matanya ke Aceh dan turut berduka dengannya. Seluruh dunia tiba-tiba menghentikan kegiatannya karena iba melihat penderitaan Aceh. Aceh!...Aceh..! Aceh..! Tiba-tiba ia sekarang menjadi begitu penting setelah sekian lama tidak pernah dilihat dengan sebelah mata. Aceh tiba-tiba menjadi tumpuan kasih sayang siapapun yang iba padanya. Tiba-tiba saya melihat betapa Tuhan telah mengubah segalanya dalam sekejap. Tak satupun daerah di Indonesia di Indonesia yang tidak turut berduka dengannya. Tiba-tiba Aceh menjadi saudara yang paling patut dikasihi dan disayangi setelah sekian lama kita perangi. Aceh..! Aceh..! Beritahu kami cara terbaik untuk menghibur hatimu! Kami adalah saudara-saudaramu yang selama ini lalai menyayangimu. Tahukah kau Aceh, bahwa semua orang yang kutemui, kudengar, kulihat, turut merasakan penderitaanmu. Mahasiswa, pengusaha, artis, pelawak, walikota, sopir taksi, politisi, tentara, polisi, semuanya turut bersedih dengan penderitaanmu. Semua orang disetiap penjuru ingin menumpahkan kasih dan sayangnya padamu. Belum pernah saya melihat ada bangsa yang begitu dikasihi seperti engkau saat ini, Aceh! Bahkan seorang tukang sapu jalanan di Balikpapan dengan tanpa ragu merogoh sakunya dan mengeluarkan semua uang yang ada disakunya ketika para mahasiswa secara spontan turun ke jalan untuk mengumpulkan derma dari masyarakat yang lalu lalang. Ia mungkin tidak sadar bahwa ia memerlukan uang tersebut untuk ongkos pulangnya nanti. Bahkan aku baca seorang anak berumur 10 tahun di mancanegara memecah celengannya dan menyumbangkan isinya yang hanya 10 dolar sambil berkata; "Maybe they really need the money". Ia bahkan tidak tahu dimana Aceh itu berada, hanya mengetahui bahwa ada bangsa yang ditimpa bencana yang begitu dahsyat dan memerlukan bantuan. Lalu hatinya jatuh mendengar penderitaanmu. George Bush yang pongah itupun tak tahan untuk tidak melipatgandakan dana bantuan untukmu sampai sepuluh kali lipat. Ya, sepuluh kali lipat! Bahkan kepada bangsa Irak dan Afganistan yang ia sakiti ia tak begitu dermawan. Betapa ajaibnya kerja Tuhan! Aceh yang selama ini diperangi berpuluh-puluh tahun tanpa seorangpun tahu bagaimana cara mengasihinya tiba-tiba menjadi bangsa yang paling dikasihi dimuka bumi ini. Semua ingin merangkulnya, memeluknya, menghiburnya, memberikan hartanya, mengulurkan tangannya untuk menolong, bahkan menumpahkan airmatanya, semua untuk Aceh yang selama ini tidak pernah kita perdulikan. Oh..Aceh! Sungguh besar kasih sayang Tuhan padamu. Sesungguhnya mereka yang menjadi korban tidaklah sia-sia. Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa umatnya yang mati tenggelam adalah mati syahid? Dan engkau memperoleh kehormatan dan kebahagiaan
Re: [ppi-india] Tip Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media"
--- Mario Gagho <[EMAIL PROTECTED]> wrote: lewat email saya sudah mbaca pesan mas fatih dan ini saya kirimkan email cewek dari medan itu biar mereka jadi anggota milis 1. [EMAIL PROTECTED] 2. [EMAIL PROTECTED] dan alkhamdulilah saya sudah di Hyderabad dalam keadaan sehat. wassalm > Tips Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media" > Oleh Mario Gagho > > Salah satu kesalahan terbesar yg pernah saya lakukan > sebagai mahasiswa India terjadi pada saat kedatangan > presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (GD) ke > India pada 2001. Waktu itu, dia diikuti oleh > sejumlah besar rombongan pebisnis dan --ini yg tak > saya ketahui sebelumnya-- sejumlah pemimpin redaksi > media cetak Indonesia. > > Waktu itu saya dan Julkifli Marbun, yg sekarang jadi > wartawan GATRA, menjadi guide rombongan GD. Kami > baru tahu kalau para pemred ikut sewaktu GD > mengadakan audisi dg masyarakat Indonesia di KBRI > New Delhi. Waktu itu seluruh pemred diminta oleh GD > untuk memperkenalkan diri. Di situ baru saya > terperanjat. Mengapa saya dan teman-teman PPI tidak > tahu keberadaan mereka? Dan mengapa pihak KBRI tidak > memberitahu? Tentu saja kesalahan terbesar ada pada > PPI yg tidak menanyakan hal itu, walaupun seandainya > pihak KBRI menginformasikan keikutsertaan para > pemred itu tanpa ditanya akan lebih diapresiasi. > Setelah acara pertemuan dg GD selesai dan rombongan > pulang ke Tanah Air, kami baru merasakan hilangnya > peluang emas sangat besar yg dapat mempengaruhi > sepak terjang sejarah peran mahasiswa India di > bidang penulisan/pemikiran di masa depan. Ini > pelajaran berharga yg semoga tidak terulang di masa > depan. Dan dari sini juga dapat dilihat betapa > perlunya koordinasi antara PPI dan KBRI, khususnya > dalam menginformasikan kedatangan tamu dari Tanah > Air. Banyak cara penyampaian informasi kepada kami; > termasuk antara lain melalui milis ini. Terutama > menyangkut bakal kedatangan rekan-rekan jurnalis > dari Tanah Air yg hal itu akan dapat kami manfaatkan > semaksimal mungkin. > *** > Membina hubungan personal dg kalangan media Tanah > Air, dg para wartawan khususnya pemred-nya, > sangatlah perlu. Dan itu menjadi salah satu trik yg > tak kalah pentingnya agar tulisan kita dapat dimuat. > Seperti yg saya singgung dalam tulisan sebelumnya, > persaingan atau lebih tepatnya kompetisi dalam > menulis sangatlah ketat. Rata-rata antara 20 sampai > 50 tulisan masuk ke meja redaksi media setiap > harinya. Sedang yg dapat dimuat cuma antara dua > sampai empat tulisan. > > Apabila terdapat 20 tulisan saja yg masuk untuk > dimuat besok harinya dan semuanya memenuhi syarat > untuk dimuat dari segi relevansi tulisan dan > kebaruan idenya, maka biasanya redaksi akan > memprioritaskan tulisan yg, pertama, penulisnya > sudah terkenal. Kedua, penulisnya sudah kenal > pribadi (walaupun belum terkenal). Ketiga, > penulisnya belum dikenal tapi tulisannya cukup > bagus. Jadi, kita-kita sebagai penulis yg belum > terkenal dan belum kenal pribadi dg tim redaksi > hanya mendapat prioritas ketiga. Kesempatan dimuat > adalah apabila kelompok pertama atau kedua sedang > tidak mengirim tulisan atau tulisannya kurang bagus. > Di sinilah relevansinya mengapa membina hubungan > personal dg tim redaksi sebuah media itu perlu dan > sangat penting. Dan itulah sebabnya, mengapa saya > merasa melakukan kesalahan sangat besar karena > melewatkan kesempatan emas kala para pemred itu > datang ke New Delhi waktu itu. > > Namun demikian, kita hendaknya tidak kecil hati. > Stay cool and relax. Tetaplah menulis dan mengirim > ke media. Penulis baru yg "bandel" akan mendapat > perhatian tersendiri dari redaksi. Dan itu sudah > terbukti dari pengalaman rekan-rekan yg tidak kenal > sama sekali dg redaksi tapi tulisan-tulisannya sudah > dimuat di media seperti Qisai, Zamhasari Rizqon dan > Tasar, dll. Ini terjadi karena penulis terkenal di > kita kurang produktif dan di situ peluang > penulis-penulis baru seperti kita untuk bisa masuk. > Sekali tulisan kita dimuat, tulisan-tulisan > berikutnya akan mudah diterima walaupun tidak > otomatis dimuat. > > Membina Relasi via Milis dan Chat Room > > Internet telah merubah tatanan konvensional di > berbagai lini kehidupan. Kalau dulu, untuk dapat > berkomunikasi dan berinteraksi dg individu di KBRI > perlu datang ke rumahnya atau kantor, sekarang via > milis inipun kita dapat "ngobrol" dg mereka; begitu > pun mereka dg kita. Dulu, kita tidak pernah kenal dg > mahasiswa Pune, Bangalore, Hyderabad, dll dan > masyarakat KJRI Mumbai. Sekarang, kita dg mudah > saling kenal via milis walaupun secara fisik belum > bertemu. > Dg demikian, milis dapat dijadikan sebagai ajang > mendekatkan diri dg kalangan wartawan. Dari milis > nasional ppi, saya banyak mengenal mereka yg aktif > berdiskusi seperti Satrio Arismunandar dari TRANS > TV, Heri Hendrayana alias Gola Gong dari RCTI, > Sirikit Syah dari Media Centre, Ramadan Pohan dari > Jawa Pos, Elok dan Edna dari Kompas, dll. Untuk > lebih banyak la
[ppi-india] Bantuan Denmark utk Anak Yatim Aceh > Mencari orang Aceh
Rekan2 PPI-India, Saya mendapat amanat dari salah seorang wanita Indonesia yang bersuamikan orang Denmark untuk menyampaikan kabar bahwa dia sedang mencari orang Aceh asli, atau sukarelawan yang bener-bener mengerti tentang musibah di Aceh dan mau bekerja tanpa pamrih utk Aceh. Orang ini akan dijadikan sebagai penghubung dalam penyaluran dana yg dihimpun oleh LSM setempat, dia tidak mau bantuannya disalurkan lewat pemerintah ( biasa, takut ga nyampai ke yg berhak). LSM ini bahkan ingin membuat sebuah panti asuhan berikut sarana pendidikannya untuk jangka panjang. Melihat skalanya, yang dibutuhkan adalah kerja sama LSM to LSM, bukan perorangan lagi. Sungguh, kebenarannya perlu ditindak lanjuti. Saya tahu di milis ini ada beberapa orang Aceh, silakan bagi yang mengetahuinya dapat mengirimkan email ke saya. Nanti akan saya forward ke beliaunya. Wassalam, Agus Partono [EMAIL PROTECTED]> YM Yahoo! Groups Sponsor ~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/h8TXDC/6WnJAA/HwKMAA/igXolB/TM ~-> _ Mhs/Masy. indoindia diharapkan untuk selalu melihat diskusi harian di http://www.ppi-india.da.ru dan situs resmi PPI http://www.ppi-india.uni.cc == Catatan penting: 1- Harap tdk. memposting berita, kecuali yg berkenaan dg masyarakat/mahasiswa/alumni India 2- Arsip milis: http://groups.yahoo.com/group/ppi-india ; 3- HP Ketua PPI (Jusman): 09810646659 ; Sekjen PPI(Mukhlis): 09897407326 4- KBRI Delhi(11)26110693;26118642; 26118647 5- KJRI Mumbai (022)3868678;3800940;3891255 Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppi-india/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppi-india] Buat Moderator Milis
Assalamualaikum! Buat Saudara Moderator Mailing list PPI-India, ini ada permintaan untuk bergabung dari rekan-rekan siswa di IIT Roorkee. Semoga bisa lebih mempererat persahabatan di antara kita. Berikut nama & alamat e-mail sementara : Sdr Anggara = [EMAIL PROTECTED] Sdr Endra = [EMAIL PROTECTED] Sdr Ferdy = [EMAIL PROTECTED] Sdr Heru = [EMAIL PROTECTED] Sdr Roy = [EMAIL PROTECTED] Sdr Shanti = [EMAIL PROTECTED] Sdr Udien = [EMAIL PROTECTED] Terima kasih & salam kompak! F a c h i m School of Computer & System Sciences Jawaharlal Nehru University New Delhi - INDIA 110067 www.jnu.ac.in fachim.uni.cc Tugas utama kita di dunia hanyalah berusaha meluruskan niat dan menyempurnakan ihtiar, itulah rezeki kita.__Do You Yahoo!?Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com _ Mhs/Masy. indoindia diharapkan untuk selalu melihat diskusi harian di http://www.ppi-india.da.ru dan situs resmi PPI http://www.ppi-india.uni.cc == Catatan penting: 1- Harap tdk. memposting berita, kecuali yg berkenaan dg masyarakat/mahasiswa/alumni India 2- Arsip milis: http://groups.yahoo.com/group/ppi-india ; 3- HP Ketua PPI (Jusman): 09810646659 ; Sekjen PPI(Mukhlis): 09897407326 4- KBRI Delhi(11)26110693;26118642; 26118647 5- KJRI Mumbai (022)3868678;3800940;3891255 Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to:http://groups.yahoo.com/group/ppi-india/ To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Re: [ppi-india] Tip Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media"
Saya sangat setuju dengan pendapat bung Mario, yah...menurut saya orang awam dan juga praktisi yang kurang ngerti itu semuasaya cuma tau syair "tak kenal maka tak sayang" jadi kalo mau dikenal baik juga disayang, mestinya kita tunjukkan seperti apa baiknya. Karena bagaimana orang mau dikenal pintar atau berpendidikan atau yang lainnya bila cuma bengong aja di kamar. Ada teman yang bilang "Don't stay for waiting something happen, but go out and make it happen". Mario Gagho <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Tips Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media"> Oleh Mario Gagho> > Salah satu kesalahan terbesar yg pernah saya lakukan> sebagai mahasiswa India terjadi pada saat kedatangan> presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (GD) ke> India pada 2001. Waktu itu, dia diikuti oleh> sejumlah besar rombongan pebisnis dan --ini yg tak> saya ketahui sebelumnya-- sejumlah pemimpin redaksi> media cetak Indonesia. > > Waktu itu saya dan Julkifli Marbun, yg sekarang jadi> wartawan GATRA, menjadi guide rombongan GD. Kami> baru tahu kalau para pemred ikut sewaktu GD> mengadakan audisi dg masyarakat Indonesia di KBRI> New Delhi. Waktu itu seluruh pemred diminta oleh GD> untuk memperkenalkan diri. Di situ baru saya> terperanjat. Mengapa saya dan teman-teman PPI tidak> tahu keberadaan mereka? Dan mengapa pihak KBRI tidak> memberitahu? Tentu saja kesalahan terbesar ada pada> PPI yg tidak menanyakan hal itu, walaupun seandainya> pihak KBRI menginformasikan keikutsertaan para> pemred itu tanpa ditanya akan lebih diapresiasi. > Setelah acara pertemuan dg GD selesai dan rombongan> pulang ke Tanah Air, kami baru merasakan hilangnya> peluang emas sangat besar yg dapat mempengaruhi> sepak terjang sejarah peran mahasiswa India di> bidang penulisan/pemikiran di masa depan. Ini> pelajaran berharga yg semoga tidak terulang di masa> depan. Dan dari sini juga dapat dilihat betapa> perlunya koordinasi antara PPI dan KBRI, khususnya> dalam menginformasikan kedatangan tamu dari Tanah> Air. Banyak cara penyampaian informasi kepada kami;> termasuk antara lain melalui milis ini. Terutama> menyangkut bakal kedatangan rekan-rekan jurnalis> dari Tanah Air yg hal itu akan dapat kami manfaatkan> semaksimal mungkin.> ***> Membina hubungan personal dg kalangan media Tanah> Air, dg para wartawan khususnya pemred-nya,> sangatlah perlu. Dan itu menjadi salah satu trik yg> tak kalah pentingnya agar tulisan kita dapat dimuat.> Seperti yg saya singgung dalam tulisan sebelumnya,> persaingan atau lebih tepatnya kompetisi dalam> menulis sangatlah ketat. Rata-rata antara 20 sampai> 50 tulisan masuk ke meja redaksi media setiap> harinya. Sedang yg dapat dimuat cuma antara dua> sampai empat tulisan. > > Apabila terdapat 20 tulisan saja yg masuk untuk> dimuat besok harinya dan semuanya memenuhi syarat> untuk dimuat dari segi relevansi tulisan dan> kebaruan idenya, maka biasanya redaksi akan> memprioritaskan tulisan yg, pertama, penulisnya> sudah terkenal. Kedua, penulisnya sudah kenal> pribadi (walaupun belum terkenal). Ketiga,> penulisnya belum dikenal tapi tulisannya cukup> bagus. Jadi, kita-kita sebagai penulis yg belum> terkenal dan belum kenal pribadi dg tim redaksi> hanya mendapat prioritas ketiga. Kesempatan dimuat> adalah apabila kelompok pertama atau kedua sedang> tidak mengirim tulisan atau tulisannya kurang bagus.> Di sinilah relevansinya mengapa membina hubungan> personal dg tim redaksi sebuah media itu perlu dan> sangat penting. Dan itulah sebabnya, mengapa saya> merasa melakukan kesalahan sangat besar karena> melewatkan kesempatan emas kala para pemred itu> datang ke New Delhi waktu itu. > > Namun demikian, kita hendaknya tidak kecil hati.> Stay cool and relax. Tetaplah menulis dan mengirim> ke media. Penulis baru yg "bandel" akan mendapat> perhatian tersendiri dari redaksi. Dan itu sudah> terbukti dari pengalaman rekan-rekan yg tidak kenal> sama sekali dg redaksi tapi tulisan-tulisannya sudah> dimuat di media seperti Qisai, Zamhasari Rizqon dan> Tasar, dll. Ini terjadi karena penulis terkenal di> kita kurang produktif dan di situ peluang> penulis-penulis baru seperti kita untuk bisa masuk.> Sekali tulisan kita dimuat, tulisan-tulisan> berikutnya akan mudah diterima walaupun tidak> otomatis dimuat.> > Membina Relasi via Milis dan Chat Room> > Internet telah merubah tatanan konvensional di> berbagai lini kehidupan. Kalau dulu, untuk dapat> berkomunikasi dan berinteraksi dg individu di KBRI> perlu datang ke rumahnya atau kantor, sekarang via> milis inipun kita dapat "ngobrol" dg mereka; begitu> pun mereka dg kita. Dulu, kita tidak pernah kenal dg> mahasiswa Pune, Bangalore, Hyderabad, dll dan> masyarakat KJRI Mumbai. Sekarang, kita dg mudah> saling kenal via milis walaupun secara fisik belum> bertemu. > Dg demikian, milis dapat dijadikan sebagai ajang> mendekatkan diri dg kalangan wartawan. Dari milis> nasional ppi, saya banyak mengenal mereka yg aktif> berdiskusi seperti Satrio Arismunandar dari TRANS> TV, Heri Hendrayana alias Gola Gong da
[ppi-india] Tip Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media"
Tips Menulis (6) "Membina Hubungan dg Media"Oleh Mario Gagho Salah satu kesalahan terbesar yg pernah saya lakukan sebagai mahasiswa India terjadi pada saat kedatangan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (GD) ke India pada 2001. Waktu itu, dia diikuti oleh sejumlah besar rombongan pebisnis dan --ini yg tak saya ketahui sebelumnya-- sejumlah pemimpin redaksi media cetak Indonesia. Waktu itu saya dan Julkifli Marbun, yg sekarang jadi wartawan GATRA, menjadi guide rombongan GD. Kami baru tahu kalau para pemred ikut sewaktu GD mengadakan audisi dg masyarakat Indonesia di KBRI New Delhi. Waktu itu seluruh pemred diminta oleh GD untuk memperkenalkan diri. Di situ baru saya terperanjat. Mengapa saya dan teman-teman PPI tidak tahu keberadaan mereka? Dan mengapa pihak KBRI tidak memberitahu? Tentu saja kesalahan terbesar ada pada PPI yg tidak menanyakan hal itu, walaupun seandainya pihak KBRI menginformasikan keikutsertaan para pemred itu tanpa ditanya akan lebih diapresiasi. Setelah acara pertemuan dg GD selesai dan rombongan pulang ke Tanah Air, kami baru merasakan hilangnya peluang emas sangat besar yg dapat mempengaruhi sepak terjang sejarah peran mahasiswa India di bidang penulisan/pemikiran di masa depan. Ini pelajaran berharga yg semoga tidak terulang di masa depan. Dan dari sini juga dapat dilihat betapa perlunya koordinasi antara PPI dan KBRI, khususnya dalam menginformasikan kedatangan tamu dari Tanah Air. Banyak cara penyampaian informasi kepada kami; termasuk antara lain melalui milis ini. Terutama menyangkut bakal kedatangan rekan-rekan jurnalis dari Tanah Air yg hal itu akan dapat kami manfaatkan semaksimal mungkin. *** Membina hubungan personal dg kalangan media Tanah Air, dg para wartawan khususnya pemred-nya, sangatlah perlu. Dan itu menjadi salah satu trik yg tak kalah pentingnya agar tulisan kita dapat dimuat. Seperti yg saya singgung dalam tulisan sebelumnya, persaingan atau lebih tepatnya kompetisi dalam menulis sangatlah ketat. Rata-rata antara 20 sampai 50 tulisan masuk ke meja redaksi media setiap harinya. Sedang yg dapat dimuat cuma antara dua sampai empat tulisan. Apabila terdapat 20 tulisan saja yg masuk untuk dimuat besok harinya dan semuanya memenuhi syarat untuk dimuat dari segi relevansi tulisan dan kebaruan idenya, maka biasanya redaksi akan memprioritaskan tulisan yg, pertama, penulisnya sudah terkenal. Kedua, penulisnya sudah kenal pribadi (walaupun belum terkenal). Ketiga, penulisnya belum dikenal tapi tulisannya cukup bagus. Jadi, kita-kita sebagai penulis yg belum terkenal dan belum kenal pribadi dg tim redaksi hanya mendapat prioritas ketiga. Kesempatan dimuat adalah apabila kelompok pertama atau kedua sedang tidak mengirim tulisan atau tulisannya kurang bagus. Di sinilah relevansinya mengapa membina hubungan personal dg tim redaksi sebuah media itu perlu dan sangat penting. Dan itulah sebabnya, mengapa saya merasa melakukan kesalahan sangat besar karena melewatkan kesempatan emas kala para pemred itu datang ke New Delhi waktu itu. Namun demikian, kita hendaknya tidak kecil hati. Stay cool and relax. Tetaplah menulis dan mengirim ke media. Penulis baru yg "bandel" akan mendapat perhatian tersendiri dari redaksi. Dan itu sudah terbukti dari pengalaman rekan-rekan yg tidak kenal sama sekali dg redaksi tapi tulisan-tulisannya sudah dimuat di media seperti Qisai, Zamhasari Rizqon dan Tasar, dll. Ini terjadi karena penulis terkenal di kita kurang produktif dan di situ peluang penulis-penulis baru seperti kita untuk bisa masuk. Sekali tulisan kita dimuat, tulisan-tulisan berikutnya akan mudah diterima walaupun tidak otomatis dimuat. Membina Relasi via Milis dan Chat Room Internet telah merubah tatanan konvensional di berbagai lini kehidupan. Kalau dulu, untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dg individu di KBRI perlu datang ke rumahnya atau kantor, sekarang via milis inipun kita dapat "ngobrol" dg mereka; begitu pun mereka dg kita. Dulu, kita tidak pernah kenal dg mahasiswa Pune, Bangalore, Hyderabad, dll dan masyarakat KJRI Mumbai. Sekarang, kita dg mudah saling kenal via milis walaupun secara fisik belum bertemu. Dg demikian, milis dapat dijadikan sebagai ajang mendekatkan diri dg kalangan wartawan. Dari milis nasional ppi, saya banyak mengenal mereka yg aktif berdiskusi seperti Satrio Arismunandar dari TRANS TV, Heri Hendrayana alias Gola Gong dari RCTI, Sirikit Syah dari Media Centre, Ramadan Pohan dari Jawa Pos, Elok dan Edna dari Kompas, dll. Untuk lebih banyak lagi mengenal kalangan jurnalis ini silahkan bergabung dg milis mereka seperti [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], dll. Apabila kita sudah sering berdebat dg mereka di milis, biasanya hubungan itu bisa terus dilanjutkan via email pribadi dan bahkan dapat diteruskan via chatting atau YM (yahoo messenger). Kalau sudah demikian personal, tidak terlalu sulit tulisan kita dapat menembus media mereka. Irwansyah Yahya, umpamanya, yg sudah kenal dekat via online dg Rizal (wartaw