[PPIBelgia] subsidi BBM ala Indonesia
Sempat saya terjebak dalam pemikiran ttg beratnya pemerintah menanggung subsidi BBM bagi rakyat Indonesia setelah mengikuti komentar-komentar di media massa akhir-akhir ini sehubungan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Namun tulisan dan penalaran mantan Menko Ekuin dan Kepala BAPENAS era pemerintahan Presiden Megawati, Bp. Kwik Kian Gie yang melihat dari sudut yang lain, rasanya perlu benar-benar disimak oleh rakyat dan para pembesar yang mungkin sudah keblinger karena saking pinter nya! Berikut sebuah komentar yang saya kutip dari www.koraninternet.com yang menanggapi tulisan beliau, sebuah analogi yang pas menggambarkan penalaran Pak Kwik. (komentar ini sudah saya edit sedikit semoga lebih memperjelas maksudnya) Pak Kwik yang baik, Saya pernah menulis komentar kurang-lebih begini : Ada sebuah keluarga yang di belakang rumahnya tumbuh dengan sendirinya sebatang pepaya yang berbuah 3 butir. Ketika pepaya itu sudah matang dan sudah siap di meja makan akan disantap bersama oleh seluruh keluarga, tiba2 sang ayah bilang : eit,tunggu dulu, isteriku, anak2 dan mantuku, serta cucu2ku, pepaya itu di pasar harganya 5 ribu rupiah perkilo, jadi yang mau kalian makan itu berharga 3 btr X 4 kg x Rp.5000 = Rp.60.000. Sebelum memakannya kalian harus membayar dulu Rp 60.000. Kalau nggak kalian bayar maka ayah ini akan terpaksa mensubsidi kalian Rp.60.000, padahal ayah ini orang miskin, lemah dan sudah pensiun... Begitulah kisah yang sebenarnya tentang subsidi BBM pemerintah (sang ayah) yang 200 triliun itu . Dari analogi tsb, terlihat bahwa sebenarnya kalaupun pepaya-pepaya itu dimakan ramai-ramai, sang ayah tidak sebenarnya mengeluarkan subsidi karena diapun tidak mengeluarkan uang untuk membeli pepaya. Saya jadi berpikir, kalau anak-anak, isteri, para menantu, dan cucu-cucu (rakyat Indonesia) akhirnyapun mau dibodohi dan membayar kepada sang ayah, itu berarti sang ayah berkelimpahan uang bukan?? ~Kebohongan bila terus dicanangkan, lama-lama akan diterima sebagai kebenaran~ http://limarupiah.blogspot.com/2008/05/subsidi-bbm.html
Re: [PPIBelgia] subsidi BBM ala Indonesia
Ada tambahan sedikit; yang saya bold. Apa yang dikemukaan Kwik Kian Gie betul, karena yang dimaksud dia sebetulnya dampak terhadap netto pengeluaran pemerintah. Dampak setiap kenaikan minyak terhadap defisit ABBN memang kecil, kalau tidak salah, dengan tingkat konsumsi minyak sekarang sekitar 200-300 juta dolar defisit APBN bertamabah (yaitu negatif netto pengeluaran) setiap kenaikan satu dolar harga minyak. dendi . - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
Re: [PPIBelgia] subsidi BBM ala Indonesia
mene ketehe dana itu kemana ;-p sayah pan bukan ekonom ;-) 2008/5/11 Sulistiono Kertawacana [EMAIL PROTECTED]: Jadi pada kemana Tong para ekonom UI yang mendukung itu? Kalau benar apa yg dikatakan Bung Kwikapakah selama bertahun2 BPK tak menemukan dana itu kemana? Kan administrasi anggaran bisa ditelisik keluar masuknya uang APBN Kind regards, Sulistiono Kertawacana Furqon Azis wrote: Sempat saya terjebak dalam pemikiran ttg beratnya pemerintah menanggung subsidi BBM bagi rakyat Indonesia setelah mengikuti komentar-komentar di media massa akhir-akhir ini sehubungan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Namun tulisan dan penalaran mantan Menko Ekuin dan Kepala BAPENAS era pemerintahan Presiden Megawati, Bp. Kwik Kian Gie yang melihat dari sudut yang lain, rasanya perlu benar-benar disimak oleh rakyat dan para pembesar yang mungkin sudah keblinger karena saking pinter nya! Berikut sebuah komentar yang saya kutip dari www.koraninternet.com yang menanggapi tulisan beliau, sebuah analogi yang pas menggambarkan penalaran Pak Kwik. (komentar ini sudah saya edit sedikit semoga lebih memperjelas maksudnya) Pak Kwik yang baik, Saya pernah menulis komentar kurang-lebih begini : Ada sebuah keluarga yang di belakang rumahnya tumbuh dengan sendirinya sebatang pepaya yang berbuah 3 butir. Ketika pepaya itu sudah matang dan sudah siap di meja makan akan disantap bersama oleh seluruh keluarga, tiba2 sang ayah bilang : eit,tunggu dulu, isteriku, anak2 dan mantuku, serta cucu2ku, pepaya itu di pasar harganya 5 ribu rupiah perkilo, jadi yang mau kalian makan itu berharga 3 btr X 4 kg x Rp.5000 = Rp.60.000. Sebelum memakannya kalian harus membayar dulu Rp 60.000. Kalau nggak kalian bayar maka ayah ini akan terpaksa mensubsidi kalian Rp.60.000, padahal ayah ini orang miskin, lemah dan sudah pensiun... Begitulah kisah yang sebenarnya tentang subsidi BBM pemerintah (sang ayah) yang 200 triliun itu . Dari analogi tsb, terlihat bahwa sebenarnya kalaupun pepaya-pepaya itu dimakan ramai-ramai, sang ayah tidak sebenarnya mengeluarkan subsidi karena diapun tidak mengeluarkan uang untuk membeli pepaya. Saya jadi berpikir, kalau anak-anak, isteri, para menantu, dan cucu-cucu (rakyat Indonesia) akhirnyapun mau dibodohi dan membayar kepada sang ayah, itu berarti sang ayah berkelimpahan uang bukan?? ~Kebohongan bila terus dicanangkan, lama-lama akan diterima sebagai kebenaran~ http://limarupiah.blogspot.com/2008/05/subsidi-bbm.html