[PPIBelgia] subsidi BBM ala Indonesia

2008-05-11 Terurut Topik Furqon Azis
Sempat saya terjebak dalam pemikiran ttg beratnya pemerintah menanggung
subsidi BBM bagi rakyat Indonesia setelah mengikuti komentar-komentar di
media massa akhir-akhir ini sehubungan keputusan pemerintah menaikkan harga
BBM.

Namun tulisan dan penalaran mantan Menko Ekuin dan Kepala BAPENAS era
pemerintahan Presiden Megawati, Bp. Kwik Kian Gie yang melihat dari sudut
yang lain, rasanya perlu benar-benar disimak oleh rakyat dan para pembesar
yang mungkin sudah keblinger karena saking pinter nya!

Berikut sebuah komentar yang saya kutip dari www.koraninternet.com yang
menanggapi tulisan beliau, sebuah analogi yang pas menggambarkan penalaran
Pak Kwik. (komentar ini sudah saya edit sedikit semoga lebih memperjelas
maksudnya)

Pak Kwik yang baik,

Saya pernah menulis komentar kurang-lebih begini :

Ada sebuah keluarga yang di belakang rumahnya tumbuh dengan sendirinya
sebatang pepaya yang berbuah 3 butir. Ketika pepaya itu sudah matang dan
sudah siap di meja makan akan disantap bersama oleh seluruh keluarga, tiba2
sang ayah bilang : eit,tunggu dulu, isteriku, anak2 dan mantuku, serta
cucu2ku, pepaya itu di pasar harganya 5 ribu rupiah perkilo, jadi yang mau
kalian makan itu berharga 3 btr X 4 kg x Rp.5000 = Rp.60.000.

Sebelum memakannya kalian harus membayar dulu Rp 60.000. Kalau nggak kalian
bayar maka ayah ini akan terpaksa mensubsidi kalian Rp.60.000, padahal ayah
ini orang miskin, lemah dan sudah pensiun...

Begitulah kisah yang sebenarnya tentang subsidi BBM pemerintah (sang ayah)
yang 200 triliun itu .

Dari analogi tsb, terlihat bahwa sebenarnya kalaupun pepaya-pepaya itu
dimakan ramai-ramai, sang ayah tidak sebenarnya mengeluarkan subsidi karena
diapun tidak mengeluarkan uang untuk membeli pepaya.

Saya jadi berpikir, kalau anak-anak, isteri, para menantu, dan cucu-cucu
(rakyat Indonesia) akhirnyapun mau dibodohi dan membayar kepada sang ayah,
itu berarti sang ayah berkelimpahan uang bukan??

~Kebohongan bila terus dicanangkan, lama-lama akan diterima sebagai
kebenaran~

http://limarupiah.blogspot.com/2008/05/subsidi-bbm.html


Re: [PPIBelgia] subsidi BBM ala Indonesia

2008-05-11 Terurut Topik dendi ramdani
Ada tambahan sedikit; yang saya bold.

Apa yang dikemukaan Kwik Kian Gie betul, karena yang dimaksud dia sebetulnya 
dampak terhadap netto pengeluaran pemerintah. Dampak setiap kenaikan minyak 
terhadap defisit ABBN memang kecil, kalau tidak salah, dengan tingkat konsumsi 
minyak sekarang sekitar 200-300 juta dolar defisit APBN bertamabah (yaitu 
negatif netto pengeluaran) setiap kenaikan satu dolar harga minyak.

dendi
.

   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

Re: [PPIBelgia] subsidi BBM ala Indonesia

2008-05-11 Terurut Topik Furqon Azis
mene ketehe dana itu kemana ;-p sayah pan bukan ekonom ;-)


2008/5/11 Sulistiono Kertawacana [EMAIL PROTECTED]:

Jadi pada kemana Tong para ekonom UI yang mendukung itu? Kalau benar
 apa yg dikatakan Bung Kwikapakah selama bertahun2 BPK tak menemukan dana
 itu kemana? Kan administrasi anggaran bisa ditelisik keluar masuknya uang
 APBN

 Kind regards,
 Sulistiono Kertawacana



 Furqon Azis wrote:

  Sempat saya terjebak dalam pemikiran ttg beratnya pemerintah menanggung
 subsidi BBM bagi rakyat Indonesia setelah mengikuti komentar-komentar di
 media massa akhir-akhir ini sehubungan keputusan pemerintah menaikkan harga
 BBM.

 Namun tulisan dan penalaran mantan Menko Ekuin dan Kepala BAPENAS era
 pemerintahan Presiden Megawati, Bp. Kwik Kian Gie yang melihat dari sudut
 yang lain, rasanya perlu benar-benar disimak oleh rakyat dan para pembesar
 yang mungkin sudah keblinger karena saking pinter nya!

 Berikut sebuah komentar yang saya kutip dari www.koraninternet.com yang
 menanggapi tulisan beliau, sebuah analogi yang pas menggambarkan penalaran
 Pak Kwik. (komentar ini sudah saya edit sedikit semoga lebih memperjelas
 maksudnya)

 Pak Kwik yang baik,

 Saya pernah menulis komentar kurang-lebih begini :

 Ada sebuah keluarga yang di belakang rumahnya tumbuh dengan sendirinya
 sebatang pepaya yang berbuah 3 butir. Ketika pepaya itu sudah matang dan
 sudah siap di meja makan akan disantap bersama oleh seluruh keluarga, tiba2
 sang ayah bilang : eit,tunggu dulu, isteriku, anak2 dan mantuku, serta
 cucu2ku, pepaya itu di pasar harganya 5 ribu rupiah perkilo, jadi yang mau
 kalian makan itu berharga 3 btr X 4 kg x Rp.5000 = Rp.60.000.

 Sebelum memakannya kalian harus membayar dulu Rp 60.000. Kalau nggak kalian
 bayar maka ayah ini akan terpaksa mensubsidi kalian Rp.60.000, padahal ayah
 ini orang miskin, lemah dan sudah pensiun...

 Begitulah kisah yang sebenarnya tentang subsidi BBM pemerintah (sang ayah)
 yang 200 triliun itu .

 Dari analogi tsb, terlihat bahwa sebenarnya kalaupun pepaya-pepaya itu
 dimakan ramai-ramai, sang ayah tidak sebenarnya mengeluarkan subsidi karena
 diapun tidak mengeluarkan uang untuk membeli pepaya.

 Saya jadi berpikir, kalau anak-anak, isteri, para menantu, dan cucu-cucu
 (rakyat Indonesia) akhirnyapun mau dibodohi dan membayar kepada sang ayah,
 itu berarti sang ayah berkelimpahan uang bukan??

 ~Kebohongan bila terus dicanangkan, lama-lama akan diterima sebagai
 kebenaran~

 http://limarupiah.blogspot.com/2008/05/subsidi-bbm.html