Jika Aburizal Bakrie memilki pendapat demikian terhadap kata-kata mutiara GM,
tentunya yang HARUS PERTAMA menerapkan dalam pergumulan pemikiran dan praktek
politik dewasa ini dia pribadi 'kan?, sebelum menganjurkannya kepada para
wartawan Tempo generasi pasca GM menerapkannya, bukan?
Problim lumpur hitam Lapindo sudah definitif secara teknolgi dan sains geologi
serta vulakanologi dengan jelas dijelaskan, bahwa yang keliru adalah research
dan teknologi-exploitasi sumur-sumur BEKAS yang dipraktekkan oleh Lapindo-nya
Bakrie.
Sangkut paut dengan SBY, sudah barang tentu dapat dilacak pada zaman
gencar-gencarnya perebutan asset Indonesia diantara para spekulan politik-catut
yang memperoleh bagian besar asset Indonesia dan yang memperoleh asset agak
kurang pada dekade kekuasaan Soeharto. Sesudah Soeharto dipaksa turun panggung
dengan perlindungan penuh dari TNI-AD, muncul issue reformasi dari kalangan
Pati generasi AMN-AKABRI yang lebih muda dan disebut nama SBY. Bagi para
spekulan politik-catut, demi keberlangsungan diperolehnya porsi asset Indonesia
yang lebih besar maka tentu saja mencalonkan SBY untuk menjadi Presiden adalah
hasil kalkulasi-spekulasi finansial yang sudah dikonsultasikan untung-ruginya
secara intrernasional.
Di dalam alam KEDIKTATORAN MILITAIR demikian ini (Pak Moh Hatta almarhum dalam
wawancara dengan salah satu grup TV Kerajaaan Belanda, VPRO- Vrijzinnige
Protestantse Radio Omroep, mengatakan bahwa sebagai akibat bergesernya Presiden
Soekarno agak ke-kiri di Indonesia muncul REZIM MILITAIR menguasai kekuasaan
Negara Kesatuan RI), maka simbiose mutualistik antara kekuatan bersenjata dalam
model TNI-AD dengan para pedagang-industriawan merupakan alternatif pertumbuhan
pencurian kekayaan Bangsa dan Negara.
Kapitalisme Indonesia yang ditumbuhkan oleh Kapitalisme Internasioanl melalui
coup d'etat militair adalah Kapitalisme CANGKOKAN yang ngenas dan sulit tumbuh
di bumi yang bertanah perekonomian tradisional pertanian dan
setengah-manufaktur. Perkembangan ekonomi di Indonesia sangat-sangat TIDAK
MERATA di mana perekonomian masyarakat zaman busur-panah dan tombak masih ada
di banyak kepualaun Indonesia. Keadaan demikian tidak mungkin dimodernkan dalam
model Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Jadi, bagaimana dia bisa berlepas tangan begitu saja atas nasib rakyat
Sidoardjo yang dirugikan oleh semburan lumpurnya Bakrie Cs? Bakrie Rizal
sebagai pribadi dan pejabat Negara serta pemilik Lapindo HARUS BERTANGGUNGJAWAB
atas nasib rakyat Sidoardjo.
Merdeka Bung!
A.M
- Original Message -
From: Satrio Arismunandar
To: ppiindia@yahoogroups.com ; news Trans TV ; HMI Kahmi Pro Network ;
technomedia ; warta-lingk ; AJI INDONESIA ; Forum Kompas ; pantau ; Pers
Indonesia ; kampus tiga ; naratama naratama
Sent: Monday, December 01, 2008 10:50 AM
Subject: [ppiindia] Bakrie serukan pers renungi kata mutiara GM
BAKRIE SERUKAN PERS RENUNGI KATA MUTIARA GM
Jakarta, 28/11 (ANTARA) - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Aburizal Bakrie menyerukan kepada dunia pers di Indonesia untuk merenungkan
kata-kata mutiara dari seorang pendiri majalah Tempo, Goenawan Mohamad, atau
yang kerap disingkat GM.
Hal tersebut dikemukakan Aburizal Bakrie saat mengadukan majalah Tempo edisi
17-23 November 2008 kepada Dewan Pers di Jakarta, Jumat.
Goenawan Mohamad, pendiri majalah Tempo yang saya hormati, seingat saya
pernah berkata, kebenaran bukanlah monopoli siapa pun, dan kebenaran mungkin
hadir di tempat-tempat yang tidak kita sukai, katanya.
Menko Kesra juga mengingat bahwa kata-kata mutiara tersebut pernah
dijadikan semboyan majalah Tempo pada saat berdiri kembali
pasca pembredelan.
Menurut Aburizal, kata-kata GM tersebut patut untuk direnungkan pada saat ini
kala banyak pihak mudah untuk menuduh, menjelekkan, dan memojokkan pihak lain
tanpa adanya sumber yang kuat.
Kepada para jurnalis yang telah membuat majalah Tempo edisi 17-23
November 2008, ia berharap agar mereka bisa terus belajar dan memperbaiki
diri.
Ia menyadari bahwa bukanlah hal yang mudah bagi jurnalis Tempo kini untuk
meneruskan tradisi jurnalisme yang telah dirintis oleh generasi GM dan
rekan-rekannya.
Namun, ujar Aburizal, karena Indonesia telah menjadi negara yang
semakin demokratis, maka hal tersebut seharusnya menjadi ajang pembuktian
bagi generasi baru wartawan untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih baik lagi.
(M040/B/Z003)
(T.M040/B/Z003/ C/Z003) 28-11-2008 13:14:44
[Non-text portions of this message have been removed]