http://cetak.kompas.com/read/2010/08/22/03422267/budaya.menabung

Budaya Menabung

Minggu, 22 Agustus 2010 | 03:42 WIB

Elvyn G Masassya praktisi keuangan

Coba cek buku tabungan atau rekening tabungan Anda. Ada berapa dana tersisa di 
dalamnya? Terlalu sedikit, atau Anda ingin nilai tabungan lebih besar lagi?

Sudah merupakan hukum alam, setiap orang ingin memiliki uang banyak walau bagi 
sebagian kalangan tidak tahu uang tersebut mau diapakan. Namun, lepas dari itu, 
secara umum, orang ingin memiliki nilai tabungan yang besar. Setidaknya untuk 
berjaga-jaga atau menyiapkan dana untuk hari tua. Masalahnya, tidak setiap 
orang 
memiliki tabungan besar. Paling tidak, jika dibandingkan dengan penghasilan.

Singkat kata, dalam keseharian, sebagian penghasilan habis tanpa bekas. Yang 
mengalir ke tabungan sangat sedikit. Kenapa bisa demikian? Karena tidak ada 
kesungguhan untuk menyisihkan penghasilan ke dalam tabungan. Dan akhirnya, 
ketika dibutuhkan dana dalam jumlah besar, nilai tabungan tidak memadai.

Menabung, hakikatnya sama seperti melakukan kegiatan lain. Sama seperti 
keinginan untuk membeli barang-barang bermerek. Masalahnya bukan pada 
kemampuan, 
melainkan kemauan. Kalau Anda mampu mengontrol diri untuk tidak 
menghambur-hamburkan uang,

itu sama hakikatnya dengan mengontrol diri untuk menabung lebih banyak. Sebab, 
pada dasarnya penurunan jumlah pengeluaran bisa berbanding lurus dengan 
peningkatan jumlah tabungan. Oleh karena itu, untuk memulai meningkatkan 
tabungan mesti diawali dengan merancang aspek pengeluaran.

Penghasilan vs pengeluaran

Pertama, hitung berapa penghasilan per bulan. Lalu hitung rencana pengeluaran 
per bulan. Untuk mudahnya, tulis saja rencana pengeluaran tersebut, apa pun 
yang 
tebersit di benak Anda. Lalu perkirakan berapa jumlahnya. Kemudian, jumlah 
rencana pengeluaran itu dibandingkan dengan penghasilan.

Bagaimana hasilnya? Masih ada dana tersisa? Berapa persen? 10 persen, 20 
persen, 
30 persen? Kalau 10 persen atau 20 persen, berarti ada masalah dalam 
pengeluaran 
Anda. Apalagi kalau angkanya defisit. Ini benar-benar masalah.

Bagaimana jika 30 persen? Berarti, penghasilan Anda memang cukup besar. Sebab, 
tanpa melakukan seleksi terhadap aspek pengeluaran, Anda hanya menghabiskan 70 
persen dari penghasilan. Namun, mesti diingat, jika yang sisa 30 persen 
tersebut 
dialokasikan untuk tabungan, belum tentu angkanya akan cukup untuk menutup 
kebutuhan finansial Anda di masa datang.

Kenapa? Karena untuk mendapatkan sisa dana 30 persen, Anda tidak membutuhkan 
upaya mengurangi pengeluaran. Jadi, semuanya berjalan biasa saja. Padahal, 
suatu 
ketika mungkin Anda mengalami masalah keuangan, dalam arti penghasilan menurun, 
sementara di sisi lain, perilaku pengeluaran Anda masih sama. Jika ini terjadi, 
Anda tidak punya kemampuan lagi untuk menyisihkan 30 persen penghasilan ke 
dalam 
tabungan.

Konkretnya, sangat mungkin dana yang bisa disisihkan untuk tabungan akan 
semakin 
menurun. Oleh karena itu, dalam kaitan jumlah dana yang dialokasikan untuk 
tabungan, Anda mesti mematok persentase dan juga angka nominal. Misalnya, saat 
ini penghasilan Anda adalah Rp 10 juta, adapun

30 persen dari Rp 10 juta adalah Rp 3 juta. Maka, sejak Anda memiliki komitmen 
menabung secara rutin, maka harus memenuhi kedua kriteria tersebut, yakni 30 
persen penghasilan atau minimal Rp 3 juta per bulan, tergantung mana yang lebih 
tinggi.

Kuncinya adalah kamauan

Kedua, menyeleksi aspek pengeluaran.

Dalam realitasnya, masalah pengeluaran tidak pernah berhenti. Setiap orang 
merasa dana untuk membiayai pengeluaran tidak pernah cukup.

Bahasa terangnya begini. Jumlah dana yang menjadi penghasilan, hakikatnya tidak 
berubah kecuali naik gaji atau memperoleh penghasilan lain. Pendeknya, sulit 
dikontrol, karena yang menaikkan gaji, upah, honor, dan penghasilan Anda adalah 
pihak lain. Sementara, nafsu untuk membelanjakan uang sebenarnya ada dalam 
kontrol Anda.

Keinginan untuk belanja atau tidak belanja, bukan bergantung apakah ada obral 
besar atau tidak, tetapi pada kebutuhan atau keinginan Anda. Konkretnya, untuk 
menambah alokasi dana untuk menabung, akan sangat efektif jika Anda mampu 
mengurangi pengeluaran, dengan membatasi keinginan dan hanya memenuhi aspek 
kebutuhan. Dus, lakukan seleksi ulang seluruh rencana pengeluaran dan coret 
yang 
sifatnya sekadar keinginan.

Ketiga, menyisihkan dana tersisa dari pengeluaran untuk ditabung. Dari mana 
diperoleh dana tersisa? Jangan bohong. Kalau pergi ke restoran, atau membeli 
suatu barang, pasti ada kembaliannya. Misalnya, dalam rencana pengeluaran, 
dimasukkan rencana pembelian sepotong kemeja dengan harga Rp 300.000. Ternyata 
ketika dibeli, harganya hanya Rp 250.000. Hal yang sama bisa terjadi pada 
kegiatan belanja yang lain.

Pendeknya, dari transaksi yang dilakukan, pasti ada sisa dana. Pertanyaannya, 
ke 
mana digunakan sisa dana tersebut? Pasti untuk konsumsi remeh temeh lainnya. 
Padahal, jika nilainya dijumlahkan, boleh jadi akan cukup besar. Bayangkan jika 
jumlah yang cukup besar itu dijadikan tabungan, maka nilai tabungan pasti akan 
semakin meningkat.

Selain ketiga hal di atas, upaya meningkatkan tabungan tentu saja bisa 
dilakukan 
dengan berbagai cara. Namun, kata kuncinya adalah soal kemauan. Bukan soal 
berapa besar dana yang bisa disisihkan untuk ditabung. Jika kemauan tersebut 
dipelihara dan dilaksanakan secara konsisten, maka akan terbentuk budaya 
menabung. Tentu saja ini akan memberi manfaat bagi Anda sendiri, tatkala suatu 
ketika membutuhkan dana untuk membiayai kebutuhan, termasuk di hari tua.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to