http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=19609

2010-06-17 
Dokter, Tolong Anak Saya .


Suasana pagi itu di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Mappi rapih dan 
tenang. Para pasien menunggu sang dokter (dr) yang melakukan kunjungan ke 
ruangan pasien untuk mengecek perkembangan kesehatan pasien setelah menjalani 
perawatan dan pengobatan. Diantara mereka seorang bapak sedang menjaga anaknya, 
Sebastian Bapaimu (12) menyambut dokter dan berkata : " Dokter, Tolong sa pu 
(saya punya) anak, " ujar Evaim Komimu (35) kepada Direktur Rumah Sakit Umum 
Kabupaten Mappi dr Pranoto.


Dari wajahnya, Evaim Komimu terlihat lelah. Apalagi ibu dari anak tersebut 
matanya memerah dan basah karena keluar butiran air mata. Dr Pranoto mulai 
memegang tangan Sebastian Bapaimu, mengukur denyut nadi juga memegang dahinya 
penuh perasaan. 
Sementara itu, Evaim menimpali kata-kata : " Saya ingin dia sembuh Dokter. 
Tolong dirujuk saja ke Jayapura," kata Evaim memohon kepada dr Pranoto. Dan 
dokterpun menjawab : "Itu tak masalah dan memang tugas saya. Semua akan kami 
persiapkan, "ujarnya.
Mendengar ucapan dokter, Ibu Bergita terus menatap Sebastian yang tak berdaya. 
Mereka berasal dari Kampung Emete. 


Sebastianus Bapaimu tertidur walaupun banyak keluarga yang menjaga, helaan 
nafasnya terdengar pelan sekali terdengar. Suplemen makanan dan obatan melalui 
infus sudah dua hari ini menemani penderitaannya. Bocah terserang malaria, ia 
mulai dirawat 7 Juni kemarin. 
Awal hingga akhir usai Dokter memeriksa anaknya, Ibu Bergita terus menyeka a 
mata yang merah penuh air mata, dengan sapu tangan lusuh yang jatuh dari 
pipinya. Ia menangis tak bersuara. Hingga Dokter menutup pintu ruangan keluarga 
Bapak Evaim Komimu, barulah seraut wajah sedih dan pasrah Ibu Bergita hilang 
dari pandangan.


Usai keluar dari ruangan Dr Pranoto kepada SP, Rabu (9/6) siang mengatakan, 
anak ini sebenarnya sudah sakit sudah seminggu, namun baru dibawa dua hari 
lalu. Diceritakannya, sebelumnya ayah Sebastian datang ke rumah dokter. Dia 
mengungkapkan menjual tanah untuk berobat anaknya. "Kaget juga mendengar maksud 
ia menjual tanah untuk pengobatan anaknya. Saya segera menyuruh Bapak Evaim 
membawa anaknya ke rumah sakit untuk menjalani perawatan, "ujarnya. 


Selesai mengunjungi pasien termasuk Sebastian SP menanyakan bagaimana kesehatan 
anak tersebut, dr Pranoto terdiam. Kemudian menjawab : "Secara medis daya tahan 
Sebastian hanya 30 persen,"ujarnya. Sebab selain kena Malaria, ia juga 
menderita pembengkakan limpa yang cukup akut. "Kita hanya bisa berdoa untuk 
kebaikannya. Semua kita kembalikan kepada Yang Maha Kuasa, "katanya. 

Kota Sejuta Rawa
Kabupaten Mappi dengan ibukotanya Kepi yang terkenal dengan julukan 'Kota 
Sejuta Rawa' ini tak aman bagi bagi penduduknya. Buktinya, penyakit Malaria 
Tropika dan Tersiana di Mapi memang dominan. Bagaimana tidak masyarakat yang 
datang berobat di rumah sakit, setiap harinya sekitar 100-an orang lebih 
menderita penyakit malaria. Rawa-rawa itu menjadi sarang nyamuk-nyamuk 
bersarang dan berkembang biak. Apalagi rumah-rumah penduduk umumnya di 
kelilingi rawa. Menurut dr Panoto sebanyak 36 persen pengidap penyakit Malaria 
berobat di Rumah Sakit di Kota Kepi. Belum dihitung yang berobat di Puskesmas 
dan Pustu di 11 Distrik di Mapi, " ujarnya.


Kalau dihitung rata-rata ratusan penderita setiap bulan yang datang untuk 
berobat. Tapi, sekarang berangur-angsur menurun dengan progam Bupati A Yumame 
yakni membagi-bagikan kelambu kepada masyarakat. Selain itu, meminta masyarakat 
menjaga kebersihan lingkungan."Selain itu dianjurkan masyarakat dianjurkan 
memakan obat anti malaria dua minggu sekali. Apalagi Departemen Kesehatan 
mengeluarkan obat Atrakim , yang diharapkan akan mengatasi penyakit malaria," 
katanya. 


Akibat dari malaria, menurut dr Pranoto, salah satu penyakit yang juga 
mengancam penduduk Mappi adalah Filariasis ( penyakit kaki gajah). "Ini karena 
Kota Kepi penuh dengan daerah rawa juga sungai disinilah nyamuk berkembang 
biak," tuturnya. Diungkapkan, filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit 
menular menahun yang disebabkan infeksi cacing filaria. Infeksi cacing ini 
ditularkan oleh beragam jenis nyamuk.


"Seseorang dapat tertular dan terinfeksi filariasis apabila orang tersebut 
digigit nyamuk infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). 
Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil (microfilaria) sewaktu menghisap 
darah penderita filariasis. Gejala klinis filariasis akut berupa demam 
berulang-ulang selama 3 sampai 5 hari.  Demam ini dapat hilang bila istirahat 
dan muncul lagi setelah bekerja berat. Kemudian muncul pembengkakan kelenjar 
getah bening di daerah lipatan paha yang kemerahan, panas, dan sakit, "ujarnya. 


Sekarang, di sini kata Pranoto, bila sudah kronis baru mereka ke rumah sakit. 
Upaya yang bisa dilakukan adalah aksi mengontrol nyamuk dan menghindari gigitan 
nyamuk. "Juga kami berikan obat Dietilcarbamisin Citrat (DEC)," ujarnya. Kepala 
Seksi Pencegahan Penyakit, Nasrun dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mapi kepada SP 
diruang kerjanya mengatakan, penyakit malaria dan Filariasis tinggi di Kota 
Mapi. "Berbagai penyuluhan membagi kelambu kepada warga terus kami lakukan, 
untuk mengurangi penderita Malaria di Kabupaten Mapi. Kami tak berpangku 
tangan, ini semua kami lakukan untuk kesehatan warga," ujarnya. Sekarang semua 
kembali kepada setiap warga, apakah mau hidup sehat atau bertahan dengan pola 
lama. " Kami selalu menghimbau kepada mereka bahwa pola hidup sehat penting 
bagi mereka," tandasnya. 
[SP/ Roberth Isidorus Vanwi]


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke