[ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak

2005-04-11 Thread RM Danardono HADINOTO



L/C Pertamina Ditolak, Pasokan BBM Terancam 
- Pemerintah Lamban Cairkan Dana Subsidi



Jakarta, Kompas - PT Pertamina (Persero) terancam tidak bisa 
mempertahankan stok bahan bakar minyak selama 22 hari karena tidak 
bisa lagi mencairkan surat kredit (letter of credit) dari bank untuk 
membeli BBM. Sampai saat ini L/C Pertamina belum dibayar senilai Rp 9 
triliun.

Akibat tidak bisa mencairkan L/C tersebut, Pertamina kesulitan 
memperoleh dana untuk mengimpor BBM guna mempertahankan stok pada 
tingkat yang aman atau setara dengan kebutuhan BBM nasional selama 22 
hari. Pihak pemasok BBM dari luar negeri mulai menolak melayani 
permintaan Pertamina.

Sesuai dengan informasi yang diterima, Minggu (10/4), L/C Pertamina 
yang belum dibayar terakumulasi hingga Rp 9 triliun. Pertamina masih 
menunggu dana subsidi dari pemerintah yang belum dicairkan hingga 
saat ini.

Manajer Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT Pertamina Abadi 
Poernomo membenarkan adanya masalah L/C yang tidak bisa dicairkan 
Pertamina tersebut. Bahkan, menurut dia, nilai L/C yang tidak bisa 
cair itu melebihi Rp 9 triliun.

Menurut Abadi, Pertamina berharap pemerintah menepati janjinya untuk 
memberikan dana subsidi minyak sebagai tugas pelayanan publik (public 
service obligation/PSO) yang diemban Pertamina sebesar Rp 4,3 triliun 
pada pekan ini.

Dana itu diharapkan bisa membayar sebagian L/C Pertamina yang sudah 
dipakai sehingga perusahaan ini bisa mempertahankan stok BBM nasional 
pada tingkat yang aman. Kebutuhan BBM secara nasional sebanyak 
178.000 kiloliter per hari. Kebutuhan terbanyak adalah solar 74.000 
kiloliter per hari. Sementara premium 44.000 kiloliter per hari dan 
minyak tanah 32.000 kiloliter per hari.

Ketika ditanya bagaimana kalau pemerintah menunda pembayaran subsidi 
kepada Pertamina, Abadi mengatakan, Pertamina bisa gagal bayar 
(default) dan tidak bisa lagi mengimpor BBM. Saat ini saja perusahaan-
perusahaan pemasok BBM, seperti Saudi Arabian Oil Company Aramco, 
sudah tidak mau menerima pesanan dari Pertamina.

BBM yang akan dibeli sekarang ini adalah untuk mempertahankan stok 22 
hari pada bulan Mei dan Juni 2005. Saat ini kalau stok BBM tidak 
ditambah, maka pemakaian BBM selama Mei dan Juni akan menyebabkan 
stok BBM nasional turun ke posisi kritis.

Tidak dihentikan

Pertamina diketahui mendapatkan fasilitas L/C untuk impor BBM dari 
sejumlah bank, antara lain Bank Mandiri, Bank BNI, dan BRI. Namun, 
saat dikonfirmasi, pejabat bank yang bersangkutan menyangkal mereka 
telah menghentikan fasilitas L/C akibat Pertamina menunggak kredit.

"Hingga saat ini tidak ada masalah dengan L/C Pertamina. Sampai 
sekarang masih jalan. Pertamina tidak pernah menunggak dan Bank 
Mandiri juga tidak pernah menghentikan L/C untuk Pertamina," kata 
Direktur Mandiri Nimrod Sitorus.

Menurut Nimrod, pihaknya tidak mengetahui secara pasti plafon 
fasilitas L/C untuk Pertamina. Namun, berdasarkan ketentuan batas 
maksimum pemberian kredit (BMPK), dengan modal senilai Rp 24,94 
triliun Bank Mandiri bisa mengucurkan kredit ke Pertamina, termasuk 
L/C sekitar Rp 4,9 triliun atau 20 persen dari ekuitas.

Direktur Bank BNI Tjahjana Tjakrawinata juga mengatakan, hingga Jumat 
lalu tidak ada masalah dengan Pertamina. "Namun, ini memang harus 
dicek karena posisi L/C berubah- ubah setiap hari," katanya.

Menurut dia, plafon fasilitas L/C yang diberikan untuk Pertamina 
sebesar 200 juta dollar AS. "Kalau kreditnya sudah mencapai 200 juta 
dollar AS, secara otomatis L/C untuk Pertamina tidak bisa diberikan 
sampai Pertamina membayar L/C yang sebelumnya," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur BRI Rudjito juga mengatakan, BRI tidak bisa 
memberikan pinjaman untuk Pertamina melampaui ketentuan BMPK.

Berulang

Pertamina sudah mengalami krisis keuangan berkali-kali yang kemudian 
berdampak pada stok BBM yang mendekati tingkat kritis. Pada akhir 
tahun 2003 stok BBM menyentuh angka 19 hari. Hal itu berarti stok BBM 
yang ada di seluruh depo, tanker, dan kilang Pertamina hanya mampu 
memenuhi kebutuhan selama 19 hari.

Krisis BBM di Tanah Air terjadi karena tidak semua produksi minyak 
mentah dari dalam negeri dapat diproses menjadi BBM oleh kilang-
kilang minyak di dalam negeri yang berkapasitas 1,055 juta barrel per 
hari (bph). Pada tahun 2003 ketersediaan minyak mentah dalam negeri 
untuk diolah di kilang minyak di dalam negeri hanya sekitar 612.000 
bph. Sisanya harus diimpor.

Tentu saja dibutuhkan sejumlah dana untuk mengimpor minyak mentah. 
Persoalan atau beban menjadi kian berat manakala harga minyak 
meningkat tajam, sementara di sisi lain nilai rupiah melemah terhadap 
dollar AS.

Asumsi harga minyak mentah dalam APBN Perubahan 2005 adalah 35 dollar 
AS per barrel, di mana pemerintah memberikan subsidi Rp 40 triliun 
untuk Pertamina. Padahal, saat ini harga minyak mentah sudah mencapai 
58 dollar AS per barrel.

Dengan harga minyak mentah yang melonjak tersebut, Pertamina jelas 
menanggung beban keuangan yang besar. Jika sudah demikian, j

Re: [ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak

2005-04-11 Thread Ambon

Pak Hadinoto,

Agaknya Pertamina itu tidak punya andil besar dalam pengolahan  Migas di 
Indonesia,   mungkin sengaja dikasi sama perusahaan asing, dan  para pemberi 
konsesi terima  komisi dibawah medja. Jadi yang diterima kedalam kas negara 
hanya porsi yang kecil saja. Barangkali hal tsb bisa dilihat dari dua 
kutipan  tulisandibawah ini dengan gas alam di Papua Barat.:

Feb. 26, 1997 Indonesia plans to bring two gas trains onstream in Irian Jaya 
by 2003-2004, the president of Arco Indonesia said.Arco holds 80 % and 40 % 
in the Wiriagar and Berau blocks in Bituni Bay, Irian Jaya, the western half 
of New Guinea island. Kanematsu holds the remaining 20 % in Wiriagar and 12 
% in Berau, which is also held by Occidental Petroleum with 22.86 % and 
Nippon Oil Co 17.14 %.
Codron said although Indonesia presents an attractive target for selective 
upstream investments and has strived to remain competitive, Indonesia may 
consider some changes to attract large upstream investors. "The ability to 
adapt to change in order to remain competitive is paramount," he said. The 
four changes he recommended were more incentives for investment in marginal 
fields and enhanced oil recovery (EOR), tax consolidation, transparency in 
domestic pricing and simplifying administrative prices



Atlantic Richfield Co. (Arco) of the United States planned to

spend $3 billion to develop a natural gas find in the Wiriagar and

the Berau Blocks in Bituni Bay off Irian Jaya. The discovery was

estimated to have total reserves of 368 billion cubic meters of

natural gas (Far Eastern Economic Review, 1997). Arco holds an

80% interest in the Wiriagar Gasfield, and Kanematsu Corp. of

Japan, the rest. Arco has a 40% stake in the Berau Block;

Kanematsu, 20%; Occidental Petroleum Corp. of the United

States, 22.86%; and Nippon Oil Co. of Japan, 17.14%. Pertamina

was studying the possibility of building two liquefied natural gas

(LNG) trains, each having a capacity of 3 Mt/yr.

A consortium of Singapore companies signed an agreement



- Original Message - 
From: "RM Danardono HADINOTO" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, April 11, 2005 2:47 PM
Subject: [ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak


>
>
>
> L/C Pertamina Ditolak, Pasokan BBM Terancam
> - Pemerintah Lamban Cairkan Dana Subsidi>
>
> Jakarta, Kompas - PT Pertamina (Persero) terancam tidak bisa
> mempertahankan stok bahan bakar minyak selama 22 hari karena tidak
> bisa lagi mencairkan surat kredit (letter of credit) dari bank untuk
> membeli BBM. Sampai saat ini L/C Pertamina belum dibayar senilai Rp 9
> triliun.
>
> Akibat tidak bisa mencairkan L/C tersebut, Pertamina kesulitan
> memperoleh dana untuk mengimpor BBM guna mempertahankan stok pada
> tingkat yang aman atau setara dengan kebutuhan BBM nasional selama 22
> hari. Pihak pemasok BBM dari luar negeri mulai menolak melayani
> permintaan Pertamina.
>
> Sesuai dengan informasi yang diterima, Minggu (10/4), L/C Pertamina
> yang belum dibayar terakumulasi hingga Rp 9 triliun. Pertamina masih
> menunggu dana subsidi dari pemerintah yang belum dicairkan hingga
> saat ini.
>
> Manajer Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT Pertamina Abadi
> Poernomo membenarkan adanya masalah L/C yang tidak bisa dicairkan
> Pertamina tersebut. Bahkan, menurut dia, nilai L/C yang tidak bisa
> cair itu melebihi Rp 9 triliun.
>
> Menurut Abadi, Pertamina berharap pemerintah menepati janjinya untuk
> memberikan dana subsidi minyak sebagai tugas pelayanan publik (public
> service obligation/PSO) yang diemban Pertamina sebesar Rp 4,3 triliun
> pada pekan ini.
>
> Dana itu diharapkan bisa membayar sebagian L/C Pertamina yang sudah
> dipakai sehingga perusahaan ini bisa mempertahankan stok BBM nasional
> pada tingkat yang aman. Kebutuhan BBM secara nasional sebanyak
> 178.000 kiloliter per hari. Kebutuhan terbanyak adalah solar 74.000
> kiloliter per hari. Sementara premium 44.000 kiloliter per hari dan
> minyak tanah 32.000 kiloliter per hari.
>
> Ketika ditanya bagaimana kalau pemerintah menunda pembayaran subsidi
> kepada Pertamina, Abadi mengatakan, Pertamina bisa gagal bayar
> (default) dan tidak bisa lagi mengimpor BBM. Saat ini saja perusahaan-
> perusahaan pemasok BBM, seperti Saudi Arabian Oil Company Aramco,
> sudah tidak mau menerima pesanan dari Pertamina.
>
> BBM yang akan dibeli sekarang ini adalah untuk mempertahankan stok 22
> hari pada bulan Mei dan Juni 2005. Saat ini kalau stok BBM tidak
> ditambah, maka pemakaian BBM selama Mei dan Juni akan menyebabkan
> stok BBM nasional turun ke posisi kritis.
>
> Tidak dihentikan
>
> Pertamina diketahui mendapatkan fasilitas L/C untuk impor BBM dari
> sejumlah bank, antara lain Bank Mandiri, Bank BNI, dan BRI. Namun,
> saat dikonfirmasi, pejabat bank yang bersangkutan menya

Re: [ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak

2005-04-11 Thread A Nizami

Sudah tahu begitu, kok masih ekspor minyak 234 juta
barrel setahun?

Pakai dulu untuk kebutuhan dalam negeri, kalau lebih,
baru ekspor. Ini lebih baik ketimbang harus impor bbm.

--- RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> 
> 
> L/C Pertamina Ditolak, Pasokan BBM Terancam 
> - Pemerintah Lamban Cairkan Dana Subsidi
> 
> 
> 
> Jakarta, Kompas - PT Pertamina (Persero) terancam
> tidak bisa 
> mempertahankan stok bahan bakar minyak selama 22
> hari karena tidak 
> bisa lagi mencairkan surat kredit (letter of credit)
> dari bank untuk 
> membeli BBM. Sampai saat ini L/C Pertamina belum
> dibayar senilai Rp 9 
> triliun.
> 
> Akibat tidak bisa mencairkan L/C tersebut, Pertamina
> kesulitan 
> memperoleh dana untuk mengimpor BBM guna
> mempertahankan stok pada 
> tingkat yang aman atau setara dengan kebutuhan BBM
> nasional selama 22 
> hari. Pihak pemasok BBM dari luar negeri mulai
> menolak melayani 
> permintaan Pertamina.
> 
> Sesuai dengan informasi yang diterima, Minggu
> (10/4), L/C Pertamina 
> yang belum dibayar terakumulasi hingga Rp 9 triliun.
> Pertamina masih 
> menunggu dana subsidi dari pemerintah yang belum
> dicairkan hingga 
> saat ini.
> 
> Manajer Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT
> Pertamina Abadi 
> Poernomo membenarkan adanya masalah L/C yang tidak
> bisa dicairkan 
> Pertamina tersebut. Bahkan, menurut dia, nilai L/C
> yang tidak bisa 
> cair itu melebihi Rp 9 triliun.
> 
> Menurut Abadi, Pertamina berharap pemerintah
> menepati janjinya untuk 
> memberikan dana subsidi minyak sebagai tugas
> pelayanan publik (public 
> service obligation/PSO) yang diemban Pertamina
> sebesar Rp 4,3 triliun 
> pada pekan ini.
> 
> Dana itu diharapkan bisa membayar sebagian L/C
> Pertamina yang sudah 
> dipakai sehingga perusahaan ini bisa mempertahankan
> stok BBM nasional 
> pada tingkat yang aman. Kebutuhan BBM secara
> nasional sebanyak 
> 178.000 kiloliter per hari. Kebutuhan terbanyak
> adalah solar 74.000 
> kiloliter per hari. Sementara premium 44.000
> kiloliter per hari dan 
> minyak tanah 32.000 kiloliter per hari.
> 
> Ketika ditanya bagaimana kalau pemerintah menunda
> pembayaran subsidi 
> kepada Pertamina, Abadi mengatakan, Pertamina bisa
> gagal bayar 
> (default) dan tidak bisa lagi mengimpor BBM. Saat
> ini saja perusahaan-
> perusahaan pemasok BBM, seperti Saudi Arabian Oil
> Company Aramco, 
> sudah tidak mau menerima pesanan dari Pertamina.
> 
> BBM yang akan dibeli sekarang ini adalah untuk
> mempertahankan stok 22 
> hari pada bulan Mei dan Juni 2005. Saat ini kalau
> stok BBM tidak 
> ditambah, maka pemakaian BBM selama Mei dan Juni
> akan menyebabkan 
> stok BBM nasional turun ke posisi kritis.
> 
> Tidak dihentikan
> 
> Pertamina diketahui mendapatkan fasilitas L/C untuk
> impor BBM dari 
> sejumlah bank, antara lain Bank Mandiri, Bank BNI,
> dan BRI. Namun, 
> saat dikonfirmasi, pejabat bank yang bersangkutan
> menyangkal mereka 
> telah menghentikan fasilitas L/C akibat Pertamina
> menunggak kredit.
> 
> "Hingga saat ini tidak ada masalah dengan L/C
> Pertamina. Sampai 
> sekarang masih jalan. Pertamina tidak pernah
> menunggak dan Bank 
> Mandiri juga tidak pernah menghentikan L/C untuk
> Pertamina," kata 
> Direktur Mandiri Nimrod Sitorus.
> 
> Menurut Nimrod, pihaknya tidak mengetahui secara
> pasti plafon 
> fasilitas L/C untuk Pertamina. Namun, berdasarkan
> ketentuan batas 
> maksimum pemberian kredit (BMPK), dengan modal
> senilai Rp 24,94 
> triliun Bank Mandiri bisa mengucurkan kredit ke
> Pertamina, termasuk 
> L/C sekitar Rp 4,9 triliun atau 20 persen dari
> ekuitas.
> 
> Direktur Bank BNI Tjahjana Tjakrawinata juga
> mengatakan, hingga Jumat 
> lalu tidak ada masalah dengan Pertamina. "Namun, ini
> memang harus 
> dicek karena posisi L/C berubah- ubah setiap hari,"
> katanya.
> 
> Menurut dia, plafon fasilitas L/C yang diberikan
> untuk Pertamina 
> sebesar 200 juta dollar AS. "Kalau kreditnya sudah
> mencapai 200 juta 
> dollar AS, secara otomatis L/C untuk Pertamina tidak
> bisa diberikan 
> sampai Pertamina membayar L/C yang sebelumnya,"
> ujarnya.
> 
> Sebelumnya, Direktur BRI Rudjito juga mengatakan,
> BRI tidak bisa 
> memberikan pinjaman untuk Pertamina melampaui
> ketentuan BMPK.
> 
> Berulang
> 
> Pertamina sudah mengalami krisis keuangan
> berkali-kali yang kemudian 
> berdampak pada stok BBM yang mendekati tingkat
> kritis. Pada akhir 
> tahun 2003 stok BBM menyentuh angka 19 hari. Hal itu
> berarti stok BBM 
> yang ada di seluruh depo, tanker, dan kilang
> Pertamina hanya mampu 
> memenuhi kebutuhan selama 19 hari.
> 
> Krisis BBM di Tanah Air terjadi karena tidak semua
> produksi minyak 
> mentah dari dalam negeri dapat diproses menjadi BBM
> oleh kilang-
> kilang minyak di dalam negeri yang berkapasitas
> 1,055 juta barrel per 
> hari (bph). Pada tahun 2003 ketersediaan minyak
> mentah dalam negeri 
> untuk diolah di kilang minyak di dalam negeri hanya
> sekitar 612.000 
> bph. Sisanya harus diimpor.
> 
> Tentu saja dibutuhkan sejumlah