[ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak
L/C Pertamina Ditolak, Pasokan BBM Terancam - Pemerintah Lamban Cairkan Dana Subsidi Jakarta, Kompas - PT Pertamina (Persero) terancam tidak bisa mempertahankan stok bahan bakar minyak selama 22 hari karena tidak bisa lagi mencairkan surat kredit (letter of credit) dari bank untuk membeli BBM. Sampai saat ini L/C Pertamina belum dibayar senilai Rp 9 triliun. Akibat tidak bisa mencairkan L/C tersebut, Pertamina kesulitan memperoleh dana untuk mengimpor BBM guna mempertahankan stok pada tingkat yang aman atau setara dengan kebutuhan BBM nasional selama 22 hari. Pihak pemasok BBM dari luar negeri mulai menolak melayani permintaan Pertamina. Sesuai dengan informasi yang diterima, Minggu (10/4), L/C Pertamina yang belum dibayar terakumulasi hingga Rp 9 triliun. Pertamina masih menunggu dana subsidi dari pemerintah yang belum dicairkan hingga saat ini. Manajer Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT Pertamina Abadi Poernomo membenarkan adanya masalah L/C yang tidak bisa dicairkan Pertamina tersebut. Bahkan, menurut dia, nilai L/C yang tidak bisa cair itu melebihi Rp 9 triliun. Menurut Abadi, Pertamina berharap pemerintah menepati janjinya untuk memberikan dana subsidi minyak sebagai tugas pelayanan publik (public service obligation/PSO) yang diemban Pertamina sebesar Rp 4,3 triliun pada pekan ini. Dana itu diharapkan bisa membayar sebagian L/C Pertamina yang sudah dipakai sehingga perusahaan ini bisa mempertahankan stok BBM nasional pada tingkat yang aman. Kebutuhan BBM secara nasional sebanyak 178.000 kiloliter per hari. Kebutuhan terbanyak adalah solar 74.000 kiloliter per hari. Sementara premium 44.000 kiloliter per hari dan minyak tanah 32.000 kiloliter per hari. Ketika ditanya bagaimana kalau pemerintah menunda pembayaran subsidi kepada Pertamina, Abadi mengatakan, Pertamina bisa gagal bayar (default) dan tidak bisa lagi mengimpor BBM. Saat ini saja perusahaan- perusahaan pemasok BBM, seperti Saudi Arabian Oil Company Aramco, sudah tidak mau menerima pesanan dari Pertamina. BBM yang akan dibeli sekarang ini adalah untuk mempertahankan stok 22 hari pada bulan Mei dan Juni 2005. Saat ini kalau stok BBM tidak ditambah, maka pemakaian BBM selama Mei dan Juni akan menyebabkan stok BBM nasional turun ke posisi kritis. Tidak dihentikan Pertamina diketahui mendapatkan fasilitas L/C untuk impor BBM dari sejumlah bank, antara lain Bank Mandiri, Bank BNI, dan BRI. Namun, saat dikonfirmasi, pejabat bank yang bersangkutan menyangkal mereka telah menghentikan fasilitas L/C akibat Pertamina menunggak kredit. "Hingga saat ini tidak ada masalah dengan L/C Pertamina. Sampai sekarang masih jalan. Pertamina tidak pernah menunggak dan Bank Mandiri juga tidak pernah menghentikan L/C untuk Pertamina," kata Direktur Mandiri Nimrod Sitorus. Menurut Nimrod, pihaknya tidak mengetahui secara pasti plafon fasilitas L/C untuk Pertamina. Namun, berdasarkan ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK), dengan modal senilai Rp 24,94 triliun Bank Mandiri bisa mengucurkan kredit ke Pertamina, termasuk L/C sekitar Rp 4,9 triliun atau 20 persen dari ekuitas. Direktur Bank BNI Tjahjana Tjakrawinata juga mengatakan, hingga Jumat lalu tidak ada masalah dengan Pertamina. "Namun, ini memang harus dicek karena posisi L/C berubah- ubah setiap hari," katanya. Menurut dia, plafon fasilitas L/C yang diberikan untuk Pertamina sebesar 200 juta dollar AS. "Kalau kreditnya sudah mencapai 200 juta dollar AS, secara otomatis L/C untuk Pertamina tidak bisa diberikan sampai Pertamina membayar L/C yang sebelumnya," ujarnya. Sebelumnya, Direktur BRI Rudjito juga mengatakan, BRI tidak bisa memberikan pinjaman untuk Pertamina melampaui ketentuan BMPK. Berulang Pertamina sudah mengalami krisis keuangan berkali-kali yang kemudian berdampak pada stok BBM yang mendekati tingkat kritis. Pada akhir tahun 2003 stok BBM menyentuh angka 19 hari. Hal itu berarti stok BBM yang ada di seluruh depo, tanker, dan kilang Pertamina hanya mampu memenuhi kebutuhan selama 19 hari. Krisis BBM di Tanah Air terjadi karena tidak semua produksi minyak mentah dari dalam negeri dapat diproses menjadi BBM oleh kilang- kilang minyak di dalam negeri yang berkapasitas 1,055 juta barrel per hari (bph). Pada tahun 2003 ketersediaan minyak mentah dalam negeri untuk diolah di kilang minyak di dalam negeri hanya sekitar 612.000 bph. Sisanya harus diimpor. Tentu saja dibutuhkan sejumlah dana untuk mengimpor minyak mentah. Persoalan atau beban menjadi kian berat manakala harga minyak meningkat tajam, sementara di sisi lain nilai rupiah melemah terhadap dollar AS. Asumsi harga minyak mentah dalam APBN Perubahan 2005 adalah 35 dollar AS per barrel, di mana pemerintah memberikan subsidi Rp 40 triliun untuk Pertamina. Padahal, saat ini harga minyak mentah sudah mencapai 58 dollar AS per barrel. Dengan harga minyak mentah yang melonjak tersebut, Pertamina jelas menanggung beban keuangan yang besar. Jika sudah demikian, j
Re: [ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak
Pak Hadinoto, Agaknya Pertamina itu tidak punya andil besar dalam pengolahan Migas di Indonesia, mungkin sengaja dikasi sama perusahaan asing, dan para pemberi konsesi terima komisi dibawah medja. Jadi yang diterima kedalam kas negara hanya porsi yang kecil saja. Barangkali hal tsb bisa dilihat dari dua kutipan tulisandibawah ini dengan gas alam di Papua Barat.: Feb. 26, 1997 Indonesia plans to bring two gas trains onstream in Irian Jaya by 2003-2004, the president of Arco Indonesia said.Arco holds 80 % and 40 % in the Wiriagar and Berau blocks in Bituni Bay, Irian Jaya, the western half of New Guinea island. Kanematsu holds the remaining 20 % in Wiriagar and 12 % in Berau, which is also held by Occidental Petroleum with 22.86 % and Nippon Oil Co 17.14 %. Codron said although Indonesia presents an attractive target for selective upstream investments and has strived to remain competitive, Indonesia may consider some changes to attract large upstream investors. "The ability to adapt to change in order to remain competitive is paramount," he said. The four changes he recommended were more incentives for investment in marginal fields and enhanced oil recovery (EOR), tax consolidation, transparency in domestic pricing and simplifying administrative prices Atlantic Richfield Co. (Arco) of the United States planned to spend $3 billion to develop a natural gas find in the Wiriagar and the Berau Blocks in Bituni Bay off Irian Jaya. The discovery was estimated to have total reserves of 368 billion cubic meters of natural gas (Far Eastern Economic Review, 1997). Arco holds an 80% interest in the Wiriagar Gasfield, and Kanematsu Corp. of Japan, the rest. Arco has a 40% stake in the Berau Block; Kanematsu, 20%; Occidental Petroleum Corp. of the United States, 22.86%; and Nippon Oil Co. of Japan, 17.14%. Pertamina was studying the possibility of building two liquefied natural gas (LNG) trains, each having a capacity of 3 Mt/yr. A consortium of Singapore companies signed an agreement - Original Message - From: "RM Danardono HADINOTO" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Monday, April 11, 2005 2:47 PM Subject: [ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak > > > > L/C Pertamina Ditolak, Pasokan BBM Terancam > - Pemerintah Lamban Cairkan Dana Subsidi> > > Jakarta, Kompas - PT Pertamina (Persero) terancam tidak bisa > mempertahankan stok bahan bakar minyak selama 22 hari karena tidak > bisa lagi mencairkan surat kredit (letter of credit) dari bank untuk > membeli BBM. Sampai saat ini L/C Pertamina belum dibayar senilai Rp 9 > triliun. > > Akibat tidak bisa mencairkan L/C tersebut, Pertamina kesulitan > memperoleh dana untuk mengimpor BBM guna mempertahankan stok pada > tingkat yang aman atau setara dengan kebutuhan BBM nasional selama 22 > hari. Pihak pemasok BBM dari luar negeri mulai menolak melayani > permintaan Pertamina. > > Sesuai dengan informasi yang diterima, Minggu (10/4), L/C Pertamina > yang belum dibayar terakumulasi hingga Rp 9 triliun. Pertamina masih > menunggu dana subsidi dari pemerintah yang belum dicairkan hingga > saat ini. > > Manajer Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT Pertamina Abadi > Poernomo membenarkan adanya masalah L/C yang tidak bisa dicairkan > Pertamina tersebut. Bahkan, menurut dia, nilai L/C yang tidak bisa > cair itu melebihi Rp 9 triliun. > > Menurut Abadi, Pertamina berharap pemerintah menepati janjinya untuk > memberikan dana subsidi minyak sebagai tugas pelayanan publik (public > service obligation/PSO) yang diemban Pertamina sebesar Rp 4,3 triliun > pada pekan ini. > > Dana itu diharapkan bisa membayar sebagian L/C Pertamina yang sudah > dipakai sehingga perusahaan ini bisa mempertahankan stok BBM nasional > pada tingkat yang aman. Kebutuhan BBM secara nasional sebanyak > 178.000 kiloliter per hari. Kebutuhan terbanyak adalah solar 74.000 > kiloliter per hari. Sementara premium 44.000 kiloliter per hari dan > minyak tanah 32.000 kiloliter per hari. > > Ketika ditanya bagaimana kalau pemerintah menunda pembayaran subsidi > kepada Pertamina, Abadi mengatakan, Pertamina bisa gagal bayar > (default) dan tidak bisa lagi mengimpor BBM. Saat ini saja perusahaan- > perusahaan pemasok BBM, seperti Saudi Arabian Oil Company Aramco, > sudah tidak mau menerima pesanan dari Pertamina. > > BBM yang akan dibeli sekarang ini adalah untuk mempertahankan stok 22 > hari pada bulan Mei dan Juni 2005. Saat ini kalau stok BBM tidak > ditambah, maka pemakaian BBM selama Mei dan Juni akan menyebabkan > stok BBM nasional turun ke posisi kritis. > > Tidak dihentikan > > Pertamina diketahui mendapatkan fasilitas L/C untuk impor BBM dari > sejumlah bank, antara lain Bank Mandiri, Bank BNI, dan BRI. Namun, > saat dikonfirmasi, pejabat bank yang bersangkutan menya
Re: [ppiindia] Gimana nihh?: L/C Pertamina Ditolak
Sudah tahu begitu, kok masih ekspor minyak 234 juta barrel setahun? Pakai dulu untuk kebutuhan dalam negeri, kalau lebih, baru ekspor. Ini lebih baik ketimbang harus impor bbm. --- RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > L/C Pertamina Ditolak, Pasokan BBM Terancam > - Pemerintah Lamban Cairkan Dana Subsidi > > > > Jakarta, Kompas - PT Pertamina (Persero) terancam > tidak bisa > mempertahankan stok bahan bakar minyak selama 22 > hari karena tidak > bisa lagi mencairkan surat kredit (letter of credit) > dari bank untuk > membeli BBM. Sampai saat ini L/C Pertamina belum > dibayar senilai Rp 9 > triliun. > > Akibat tidak bisa mencairkan L/C tersebut, Pertamina > kesulitan > memperoleh dana untuk mengimpor BBM guna > mempertahankan stok pada > tingkat yang aman atau setara dengan kebutuhan BBM > nasional selama 22 > hari. Pihak pemasok BBM dari luar negeri mulai > menolak melayani > permintaan Pertamina. > > Sesuai dengan informasi yang diterima, Minggu > (10/4), L/C Pertamina > yang belum dibayar terakumulasi hingga Rp 9 triliun. > Pertamina masih > menunggu dana subsidi dari pemerintah yang belum > dicairkan hingga > saat ini. > > Manajer Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT > Pertamina Abadi > Poernomo membenarkan adanya masalah L/C yang tidak > bisa dicairkan > Pertamina tersebut. Bahkan, menurut dia, nilai L/C > yang tidak bisa > cair itu melebihi Rp 9 triliun. > > Menurut Abadi, Pertamina berharap pemerintah > menepati janjinya untuk > memberikan dana subsidi minyak sebagai tugas > pelayanan publik (public > service obligation/PSO) yang diemban Pertamina > sebesar Rp 4,3 triliun > pada pekan ini. > > Dana itu diharapkan bisa membayar sebagian L/C > Pertamina yang sudah > dipakai sehingga perusahaan ini bisa mempertahankan > stok BBM nasional > pada tingkat yang aman. Kebutuhan BBM secara > nasional sebanyak > 178.000 kiloliter per hari. Kebutuhan terbanyak > adalah solar 74.000 > kiloliter per hari. Sementara premium 44.000 > kiloliter per hari dan > minyak tanah 32.000 kiloliter per hari. > > Ketika ditanya bagaimana kalau pemerintah menunda > pembayaran subsidi > kepada Pertamina, Abadi mengatakan, Pertamina bisa > gagal bayar > (default) dan tidak bisa lagi mengimpor BBM. Saat > ini saja perusahaan- > perusahaan pemasok BBM, seperti Saudi Arabian Oil > Company Aramco, > sudah tidak mau menerima pesanan dari Pertamina. > > BBM yang akan dibeli sekarang ini adalah untuk > mempertahankan stok 22 > hari pada bulan Mei dan Juni 2005. Saat ini kalau > stok BBM tidak > ditambah, maka pemakaian BBM selama Mei dan Juni > akan menyebabkan > stok BBM nasional turun ke posisi kritis. > > Tidak dihentikan > > Pertamina diketahui mendapatkan fasilitas L/C untuk > impor BBM dari > sejumlah bank, antara lain Bank Mandiri, Bank BNI, > dan BRI. Namun, > saat dikonfirmasi, pejabat bank yang bersangkutan > menyangkal mereka > telah menghentikan fasilitas L/C akibat Pertamina > menunggak kredit. > > "Hingga saat ini tidak ada masalah dengan L/C > Pertamina. Sampai > sekarang masih jalan. Pertamina tidak pernah > menunggak dan Bank > Mandiri juga tidak pernah menghentikan L/C untuk > Pertamina," kata > Direktur Mandiri Nimrod Sitorus. > > Menurut Nimrod, pihaknya tidak mengetahui secara > pasti plafon > fasilitas L/C untuk Pertamina. Namun, berdasarkan > ketentuan batas > maksimum pemberian kredit (BMPK), dengan modal > senilai Rp 24,94 > triliun Bank Mandiri bisa mengucurkan kredit ke > Pertamina, termasuk > L/C sekitar Rp 4,9 triliun atau 20 persen dari > ekuitas. > > Direktur Bank BNI Tjahjana Tjakrawinata juga > mengatakan, hingga Jumat > lalu tidak ada masalah dengan Pertamina. "Namun, ini > memang harus > dicek karena posisi L/C berubah- ubah setiap hari," > katanya. > > Menurut dia, plafon fasilitas L/C yang diberikan > untuk Pertamina > sebesar 200 juta dollar AS. "Kalau kreditnya sudah > mencapai 200 juta > dollar AS, secara otomatis L/C untuk Pertamina tidak > bisa diberikan > sampai Pertamina membayar L/C yang sebelumnya," > ujarnya. > > Sebelumnya, Direktur BRI Rudjito juga mengatakan, > BRI tidak bisa > memberikan pinjaman untuk Pertamina melampaui > ketentuan BMPK. > > Berulang > > Pertamina sudah mengalami krisis keuangan > berkali-kali yang kemudian > berdampak pada stok BBM yang mendekati tingkat > kritis. Pada akhir > tahun 2003 stok BBM menyentuh angka 19 hari. Hal itu > berarti stok BBM > yang ada di seluruh depo, tanker, dan kilang > Pertamina hanya mampu > memenuhi kebutuhan selama 19 hari. > > Krisis BBM di Tanah Air terjadi karena tidak semua > produksi minyak > mentah dari dalam negeri dapat diproses menjadi BBM > oleh kilang- > kilang minyak di dalam negeri yang berkapasitas > 1,055 juta barrel per > hari (bph). Pada tahun 2003 ketersediaan minyak > mentah dalam negeri > untuk diolah di kilang minyak di dalam negeri hanya > sekitar 612.000 > bph. Sisanya harus diimpor. > > Tentu saja dibutuhkan sejumlah