Kritik Atawa Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Oleh: Dr. KH. A. Mustofa Bisri



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik ialah kecaman atau tanggapan,
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu
hasil karya, pendapat, dsb. Agaknya semua kita menyukai kritikan asal …
tidak ditujukan kepada diri kita. Dalam pengalaman saya bergaul selama ini,
saya sering mendengar orang mengatakan, "Saya tidak alergi kritikan"; atau
"Saya malah senang dikritik"; atau "Kritiklah saya!"; atau kata-kata semacam
yang mengesankan pemahaman orang yang bersangkutan terhadap penting dan
berfaedahnya kritikan. Namun sejauh itu saya belum pernah menjumpai orang
yang benar-benar senang atau sekedar mau dikritik. Bahkan saya sering
menyaksikan orang yang terkenal sangat gandrung demokrasi justru sangat
alergi terhadap kritikan.



Orang yang tak mau dikritik, biasanya berdalih, "Itu bukan kritikan!" atau
"Jangan asal kritik! Tunjukkan alternatifnya!" atau dalih-dalih keberatan
lainnya. Namun, yang paling sering justru tidak berdalih-dalih apa-apa.
Hanya marah!



Padahal kritikan –terutama yang dilontarkan oleh sahabat atau saudara
sendiri-- sebenarnya –dan memang seharusnya—dilambari oleh rasa sayang dan
eman."Man ahabbaka nashahaka", kata pepatah Arab; "Orang yang mencintaimu
akan menasehatimu" (atau boleh diartikan, hanya orang yang mencintaimulah
yang mau menasehatimu).



Tapi yang umum terjadi, orang yang mencintai seseorang justru tidak mau atau
sungkan mengkritik. Mungkin takut kritikannya akan melukai orang yang
dicintainya itu. Dan ini akan sangat merugikan orang yang dicintainya
tersebut. Karena bagaimana pun hebatnya orang yang kita cintai, dia adalah
manusia yang bisa khilaf atau keliru. Manusia yang tidak pernah salah malah
perlu dicurigai kemanusiaannya. Lebih buruk lagi bila orang yang mencintai
–atau sekedar kepingin dekat dengan—seseorang itu hanya membenarkan dan
memujinya. Sebab orang yang dicintai itu lama-lama merasa benar terus. Saya
melihat banyak tokoh yang pada dasarnya pantas dicintai karena
kelebihan-kelebihannya, kemudian menjadi sangat arogan dan merasa benar
sendiri, karena ulah orang-orang yang terus menerus membenarkannya tanpa
sedikit pun –dengan cara halus sekalipun—mengkritiknya. Lupa sama sekali
bahwa, Shadiequka man shadaqaka laa man shaddaqaka, Sahabatmu yang sejati
adalah orang yang jujur kepadamu, bukan orang yang selalu membenarkanmu!


Kritik bila bisa kita samakan dengan amar makruf nahi ('anil) munkar,
sebenarnya merupakan manifestasi atau pengejawentahan dari kasih sayang.



Bila kata orang, "Tak kenal maka tak sayang", maka seharusnya "Tak sayang
makan tak mengkritik". Seorang istri --yang menyintai suaminya-- pastilah
akan segera menegur dan mengkritik suaminya bila suaminya itu tampil tidak
pantas, misalnya memakai baju terbalik. Dia, si istri, tentu tidak cukup
membatin (bilqalbi), bahkan tidak cukup menegur dengan mulut (bil-lisaan),
tapi kemungkinan besar malah langsung dengan tangannya membenarkan pemakaian
baju suaminya (bil-yad). Karena itulah –wallahu a'lam bisshawab—di dalam
kitab suci al-Quran, ketika berbicara tentang komunitas kaum beriman, Allah
berfirman, "Wal mu'minuuna wal mu'minaatu ba'dluhum auliyaa-u ba'dlin
ya'muruuna bil-ma'ruufi wayanhaunaa 'anil munkar …" Al-ayat (Q. 9: 71)
"Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan sebagian dari
mereka adalah kekasih/ penolong/ bala (Jawa: kebalikan dari musuh) sebagian
yang lain; mereka beramar makruf dan bernahi anil munkar …" Saya lebih suka
memaknai kata "auliyaa-u" dengan bahasa Jawa "bala". Menurut pemahaman saya
orang-orang mukmin (laki-laki dan perempuan) adalah bala, satu kubu. Tidak
ada orang mukmin satu menjadi musuh mukmin yang lain. Karena kepentingan
mereka sama: mencari ridla Allah.



Bandingkanlah dengan ayat sebelumnya yang berbicara tentang komunitas
orang-orang munafik, "Almunaafiquuna wal munaafiqaatu ba'dluhum min ba'dlin
ya'muruuna bil-munkari wayanhauna 'anil-ma'ruuf…" al-Ayat. (Q. 9: 67).
"Orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, sebagian
mereka sama dengan sebagian yang lain; mereka beramar munkar dan bernahi
anil makruf…" Perhatikanlah perbedaan redaksi antara yang disini dan yang
disana tadi. Disana tadi, ba'dluhum auliyaa-u ba'dlin, satu sama lain
kekasih atau bala dan disini ba'dluhum min ba'dlin, satu sama lain sama.
Dalam komunitas orang-orang munafik, berbeda dengan komunitas orang-orang
mukmin, tidak ada balanan atau saling mengasihi. Bila kepentingan pas sama,
mereka bala dan saling mengasihi, bila kemudian kepentingan berbeda, bisa
saja mereka bermusuhan. Tapi dimana pun orang munafik itu sama: menyarankan
kemungkaran dan menghalang-halangi kemakrufan.



Waba'du; adanya banyak orang yang alergi kritik, boleh jadi karena
terpengaruh oleh banyaknya kritik yang asal kritik. Kritik yang dilakukan
oleh mereka yang tidak tahu artinya kritik. Kritik yang bukan dilandasi
kasih-sayang tapi sebaliknya didorong oleh kebencian. Karena kita semua
adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan, betapa pun
hebat kita, maka dalam pergaulan bersama ini, kita sangat memerlukan kondisi
dimana kritik –saling mengingatkan-- yang mukhlis dan membangun menjadi
budaya dengan pertama-tama menghilangkan rasa benci dan melatih diri
menyayangi sesama.



Wallahu a'lam.



KH. Dr. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar
Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.


-- 
"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke