Salah Anggapan

Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri



Kalau saya, misalnya, disuruh mengajar kitab Sullam Safiinah atau
A-Jurumiyah kepada anak-anak santri atau mengimami salat di mushalla, insya
Allah saya bisa. Atau sekedar secara global mengamarmakruf-nahimunkari
orang-orang yang saya cintai, saya insya Allah juga bisa. Tapi kalau saya
disuruh memimpin dan menata suatu organisasi, lebih-lebih organisasi
politik, atau menjadi manager perusahaan, terus terang saya tidak mampu.
Saya tidak punya keahlian untuk itu. Saya tidak pernah belajar managemen dan
administrasi. Bahkan sekolah formal yang sampai tamat, hanya Sekolah Rayat
(sekarang SD).



Dawuh yang disampaikan almarhum ayah saya, "Maa halaka umru-un 'arafa
qadrahu" (Tak akan rusak orang yang tahu batas kemampuannya) , rupanya
sangat membekas, karena selalu saya ingat-ingat; terutama pada saat saya
dihadapkan kepada suatu tugas atau tanggung jawab.. Ketika saya akan
direkrut KBRI di Saudi Arabia untuk menjadi pegawai musim haji, misalnya,
meskipun saya kepingin sekali (karena hanya dengan menjadi pegawai musim,
waktu itu, saya bisa menunaikan ibadah haji), saya tidak buru-buru
menerimanya, tapi saya tanyakan dulu kepada yang berwenang, apa tugas-tugas
saya. Saya khawatir saya diberi tugas yang di luar kebisaan saya.



Ketika kawan-kawan mendaftarkan saya untuk menjadi calon anggota DPD, yang
pertama-tama saya tanyakan juga tentang tugas-tugas DPD. Karena terdesak
jadwal KPU, kawan-kawan bilang yang penting daftar dulu. Dan baru setelah
mendaftar, saya diberitahu rincian tugas-tugas DPD. Ketika saya tahu
tugas-tugasnya, saya pun mengundurkan diri. Saya takut –kalau saya tetap
mencalonkan diri—bukan hanya diri saya yang akan kapiran, tapi bisa-bisa
juga orang banyak dan bahkan mungkin negara ikut kena dampaknya. Bukankah
Nabi Muhammad SAW telah bersabda: Idzaa wussidal amru ilaa ghairi ahlihi
fantazhiris saa'ah"?! (Apabila urusan diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, tunggulah kiamatnya)



 Waktu berdirinya PKB dan Muktamarnya yang pertama di Surabaya , banyak
sekali tokoh yang mendorong-dorong saya dan mencalonkan saya sebagai Ketua
Umum, termasuk Gus Dur sendiri. Tapi saya tahu sesuatu yang orang lain tidak
begitu tahu, yaitu kemampuan saya. Saya tidak punya keahlian untuk memimpin
organisasi politik. Dari pada ngrusak dandanan, lebih baik saya tolak.
Kekecewaan orang karena gagal mencalonkan saya, tidak seberapa dibandingkan
dengan kekecewaan yang pasti terjadi bila saya menerima jabatan itu.



Di NU, saya sering dikritik sebagai orang yang hanya bisa mengkritik tapi
lari bila diserahi tanggung jawab sendiri. Kritikan ini benar sekali. Kalau
mau analog yang agak gagah, saya ini ibaratnya kritikus sastra. Saya bisa
menunjukkan puisi ini atau prosa itu istimewa atau banyak kekurangannya,
tapi saya sendiri tak bisa membuat puisi atau prosa yang baik. Di NU, saya
memang hanya membaca Khitthah NU dan perilaku para pendiri dan
pendahulu-pendahulu NU. Tapi pengetahuan tentang hal ini adalah satu hal dan
pengetahuan tentang memimpin organisasi ada hal yang lain.



Tapi bukan berarti saya tidak pernah tergoda oleh suatu jabatan yang
disodorkan kepada saya. Misalnya ketika banyak kiai dan tokoh ramai
berkehendak mencalonkan saya menjadi ketua umum NU di Muktamar Lirboyo dan
di Donohudan, terbentik juga angan-angan, wah bila aku turuti kehendak
mereka dan saya benar-benar menjadi ketua umum NU, bagaimana ya rasanya
menjadi pemimpin berjuta umat. Saya bisa mengendalikan banyak orang.
Pikiran-pikiran saya akan dapat saya implementasikan dalam program-program
dan kegiatan-kegiatan organisasi. Saya bisa ini, bisa itu.Wah. Tapi
alhamdulillah, setiap kali godaan angan-angan tentang hal-hal yang bersifat
gengsi dan prestise itu, dapat dikalahkan oleh kesadaran akan keterbatasan
kemampuan saya dan sabda Nabi tersebut.



Orang lain sering hanya melihat tampakan luar yang acap kali menipu. Orang
yang dilihat mempunyai satu-dua keahlian, celakanya, lalu dianggap ahli
dalam semua hal. Dan kenyataan membuktikan memang banyak juga orang yang
senang dianggap ahli dalam banyak hal dan berusaha memperteguh anggapan itu.
Ada semacam kecenderungan umum menganggap seorang tokoh yang dikenal
memiliki kemampuan di satu bidang, dianggap memiliki keahlian di berbagai
atau bahkan di semua bidang. Seorang profesor misalnya, tanpa peduli
profesor di bidang apa, dianggap sebagai profesor serba bidang, ahli apa
saja. Seorang ahli pidato dianggap sebagai orang yang pasti mampu
melaksanakan semua yang dipidatokan.Seorang yang berhasil memimpin majlis
taklim, dianggap pasti mampu juga menjadi memimpin daerah, menjadi bupati.
Demikian seterusnya.  Dan tak jarang yang bersangkutan justru senyum-senyum
berusaha meyakinkan kebenaran anggapan yang mustahil itu.



Kalau berhenti pada anggapan saja, mungkin tidak mengapa. Tapi kalau
kemudian hal itu dijadikan dasar dan pertimbangan untuk merekrut atau
mendudukkan "tokoh-tokoh anggapan" itu dalam jabatan-jabatan yang di luar
keahlian mereka yang sebenarnya, insya Allah tinggal menunggu saja datangnya
kiamat.



.Saya tak tahu mengapa, melihat kasus Mulyana W. Kusuma dan Said Aqil H.
Munawar, saya kok lalu menulis tentang diri saya seperti ini. Jangan-jangan
di lubuk hati saya, memang ada sebersit anggapan bahwa mereka adalah korban
dari salahanggapan-salahanggapan yang meruyak di negeri ini.



KH. Dr. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar
Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.


-- 
"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke