[ppiindia] Makna Kebahagiaan

2008-06-23 Thread agussyafii
Makna Kebahagiaan


Ketika malam Hana putri kami tertidur lelap. Ibunya selalu memandangi
wajahnya. Malam itu istri saya mengatakan, "Mas, Kalo melihat hana
sedang tertidur lelap begini rasanya saya bahagia.." mendengar
kata-kata istri saya, saya bisa membayangkan kebahagiaan seorang ibu
yang setiap hari menjaga dan merawat hana dengan setulus hatinya.
Tentunya semua hal yang dilakukan seorang ibu mengasuh dan merawat
anaknya memiliki makna kebahagiaan tersendiri.


Ada dua ungkapan, senang dan bahagia. Senang adalah terpenuhinya
tuntutan syahwat, misalnya sedang lapar menemukan makanan lezat,
sedang haus menemukan minuman segar, sedang sulit menemukan kemudahan,
sedang kesepian ketemu teman atau kekasih, sedang nganggur dapat
pekerjaan. 

Adapun bahagia berhubungan dengan misteri yang sangat subyektif tetapi
intinya adalah datangnya  pertolongan ilahiyah hingga memperoleh
sesuatu yang dianggap sebagai kebaikan ilahiyah (al khoir). 

Seperti Rasa bahagia terasa ketika anaknya lahir laki-laki setelah
sekian lama mendambakan ingin mempunyai anak lelaki. Keberhasilan
memeliliki anak-lelaki tidak diklaim sebagai prestasinya – "ini karena
aku bisa bikinnya" kata sang ayah tetapi orang yang mempunyai anak
lelaki setelah hampir putus asa mendambakan kehadirannya merasa bahwa
kehadiran anak lelaki itu merupakan anugerah Alloh SWT yang tak ternilai. 

Kebahagiaan juga terasa ketika seorang ibu yang membesarkan anak
gadisnya tanpa kehadiran suami sehingga ia dalam keadaan berat selalu
berharap agar anaknya memiliki masa depan yang baik. Pada saatnya anak
gadisnya dipersunting oleh seorang  pemuda saleh yang cerah masa
depannya. Masa depan cerah anak gadisnya itu tidak diklaim sebagai
prestasinya tetapi benar-benar dipandang sebagai anugerah Alloh SWT.


Sumber, http://agussyafii.blogspot.com


Salam cinta,
agussyafii

===
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye "Keluargaku, Surgaku"
silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di
http://agussyafii.blogspot.com atau sms 0888 176 48 72





[ppiindia] Makna Kebahagiaan

2010-03-04 Thread muhamad agus syafii
Makna Kebahagiaan

By: agussyafii

Bila malam tiba, saya dan istri mengajar mengaji anak-anak Amalia. Istri saya 
suka mengajak anak-anak Amalia untuk menghapal Juz Amma' atau menghapal Asma ul 
Husna. Kegiatan mengajar mengaji anak-anak Amalia merupakan kegiatan yang 
mendatangkan kebahagiaan tersendiri sebab kami bisa berbagi ilmu dan 
mengajarkan untuk anak-anak Amalia. Disaat itulah kebahagiaan juga terpancar 
diwajah anak-anak Amalia. Anak-anak Insan Mulia.

Ada dua ungkapan, senang dan bahagia. Senang adalah terpenuhinya tuntutan 
syahwat, misalnya sedang lapar menemukan makanan lezat, sedang haus menemukan 
minuman segar, sedang sulit menemukan kemudahan, sedang kesepian ketemu teman 
atau kekasih, sedang nganggur dapat pekerjaan dan sebangsanya. Adapun bahagia 
berhubungan dengan misteri yang sangat subyektif, tetapi intinya adalah 
datangnya  pertolongan ilahiyah hingga memperoleh sesuatu yang dianggap sebagai 
kebaikan ilahiyah (al khoir). 

Rasa bahagia misalnya terasa ketika anaknya lahir laki-laki setelah sekian lama 
mendambakan ingin mempunyai anak lelaki. Keberhasilan memeliliki anak-lelaki 
tidak diklaim sebagai prestasi - ini karena aku bisa bikinnya misalnya; kata 
sang ayah- tetapi orang yang mempunyai anak lelaki setelah hampir putus asa 
mendambakan kehadirannya merasa bahwa kehadiran anak lelaki itu merupakan 
anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang tak ternilai. Kebahagiaan juga terasa 
ketika seorang ibu yang membesarkan anak gadisnya tanpa kehadiran suami 
sehingga ia dalam keadaan berat selalu berharap agar anaknya memiliki masa 
depan yang baik. Pada saatnya anak gadisnya dipersunting oleh seorang  pemuda 
saleh yang cerah masa depannya. Masa depan cerah anak gadisnya itu tidak 
diklaim sebagai prestasinya tetapi benar-benar dipandang sebagai anugerah Allah 
Subhanahu Wa Ta'ala.

Jadi kebahagiaan itu datang dalam rangkaian kesulitan yang panjang tetapi 
ketika hadir tidak diakui sebagai prestasinya. Orang lainpun akan berkomentar, 
ibu itu sungguh sudah bekerja keras melampaui berbagai kesulitan dalam mengasuh 
anaknya sendirian, maka pantaslah  jika Allah menganugerahinya kebahagiaan yang 
sempurna kepadanya. 

Dalam bahasa Arab ada  empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan, yaitu 
sa`adah (bahagia), falah (beruntung) dan najat (selamat) dan najah (berhasil). 
Jika saadah (bahagia)  mengandung nuansa anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala 
setelah terlebih dahulu mengarungi kesulitan, maka falah mengandung arti 
menemukan apa yang dicari (idrak al bughyah). Falah ada dua macam, dunyawi dan 
ukhrawi. Falah duniawi adalah memperoleh kebahagiaan yang membuat hidup di 
dunia terasa nikmat, yakni menemukan  (a) keabadian (terbatas); umur panjang, 
sehat terus, kebutuhan tercukupi terus dsb, (b) kekayaan; segala yang dimiliki 
jauh melebihi dari yang dibutuhkan, dan (c) kehormatan sosial. Sedangkan falah 
ukhrawi terdiri dari empat macam, yaitu (a) keabadian tanpa batas, (b) kekayaan 
tanpa ada lagi yang dibutuhkan, (c) kehormatan tanpa ada unsur kehinaan dan (d) 
pengetahuan hingga tiada lagi yang tidak diketahui. 

Sedangkan najat merupakan kebahagiaan yang dirasakan karena merasa terbebas 
dari ancaman yang menakutkan, misalnya ketika menerima putusan bebas dari 
pidana, ketika mendapat grasi besar dari presiden, ketika ternyata seluruh 
keluarganya selamat dari gelombang tsunami dan sebagainya. Adapun najah adalah 
perasaan bahagia karena yang diidam-idamkan ternyata terkabul, padahal ia sudah 
merasa pesimis, misalnya keluarga miskin yang sepuluh anaknya berhasil menjadi 
sarjana semua.

Kesenangan berdimensi horizontal, sedangkan kebahagiaan berdimensi horizontal 
dan vertikal. Orang masih bisa menguraikan anatomi kesenangan yang 
diperolehnya, tetapi ia akan susah mengungkap rincian kebahagiaan yang 
dirasakannya. Air mata bahagia merupakan wujud ketidakmampuan kata-kata. Prof. 
Fuad Hasan dalam bukunya Pengalaman Naik Haji mengaku tidak bisa menerangkan 
kenapa beliau menangis di depan Ka`bah, karena kebahagiaan yang beliau alami 
berdimensi vertikal, bernuansa anugerah, bukan prestasi. 

Banyak mempelai menitikkan air mata ketika akad nikah, demikian juga kedua 
orang tuanya, dan mereka tidak bisa menerangkan anatomi perasaan bahagianya.

Kebahagiaan berkaitan dengan tingkat kesulitan yang dialami. Kebahagiaan 
sesungguhynya dalam kehidupan rumah tangga bukan ketika akad nikah, bukan pula 
ketika bulan madu, tetapi ketika pasangan itu telah membuktikan mampu 
mengarungi samudera kehidupan hingga ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia 
mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Sungguh orang sangat menderita 
ketika di ujung umurnya menyaksikan anak-anak dan cucu-cucunya nya sengsara dan 
hina, meski perjalanan bahtera rumah tangganya penuh dengan kisah sukses. 
Kebahagiaan biasanya datang setelah orang sukses mengatasi kesulitan yang 
panjang, tetapi tidak semua kesulitan mengantar pada kebahagiaan yang 
sebenarnya.

Menurut hadis Nabi ada empat pilar kebahagiaan da