[ppiindia] Mendorong Papua Menentukan Diri Sendiri

2006-06-18 Terurut Topik Ambon
http://www.gatra.com/artikel.php?id=95481


Mendorong Papua Menentukan Diri Sendiri


Senator yang satu ini paling bersemangat mendukung pemberian visa kepada 42 
pencari suaka WNI asal Papua. Dialah Kerry Nettle. Selain itu, juru bicara 
imigrasi untuk Partai Hijau ini juga menyokong upaya rakyat Papua untuk 
menentukan nasib sendiri. Berikut petikan percakapan Ida Palaloi Suhadji dari 
Gatra dengan Kerry:

Ceritakan dukungan Anda kepada 43 peminta suaka?
Partai Hijau (Green Party) telah lama terlibat dalam isu Papua. Keterlibatan 
saya adalah menyokong kebijakan partai yang mendukung peminta suaka dari Papua 
Barat ke Australia.

Anda mendukung Papua merdeka?
Saya mendukung upaya penentuan diri sendiri (self determination) masyarakat 
Papua. Ini berbeda dengan saya mendukung kemerdekaan. Dengan demikian, mereka 
dapat kembali ke negaranya.

Gerard Henderson, Direktur Eksekutif Institute Sydney di Sydney Morning Herald 
(4 Juni 2006), mengatakan bahwa kebijakan luar negeri Australia tidak dipegang 
Partai Hijau. Komentar Anda?
Saya tidak baca artikel itu. Alangkah lucunya kalau dibilang kebijakan politik 
luar negeri Australia tidak dikendalikan oleh Partai Hijau (Kerry tertawa). 
Akan berbeda sekali kalau partai kami tidak terlibat di dalamnya.

Posisi Anda dan partai?
Jika dalam waktu panjang tidak ingin berurusan dengan pencari suaka dari Papua 
Barat, Australia harus mampu terlibat dalam dialog yang tulus dengan Pemerintah 
Indonesia dan dapat mengubah situasi di Papua. Jadi, mereka tidak perlu pergi 
dari tanah kelahiran mereka.

Anda merasa perlu ada dialog untuk menyelesaikan masalah itu?
Satu hal yang selama ini diinginkan orang Papua adalah dialog dengan Pemerintah 
Indonesia. Untuk ini, dibutuhkan beberapa anggota masyarakat internasional, 
seperti yang dilakukan GAM beberapa waktu lalu.

Tapi, Indonesia tidak mau berdialog dengan materi kemerdekaan?
Harus ada dialog. Sesuatu telah disepakati oleh Pemerintah Indonesia dan 
Australia terhadap apa yang terjadi pada 1968-1969 tentang act of free choice 
yang dilakukan tidak bebas dan tidak fair. Sekitar 1.025 orang Papua dipaksa 
oleh Pemerintah Indonesia. Jadi, saya kira, keputusan act of free choice itu 
tidak akurat untuk memperlihatkan suara sebenarnya rakyat Papua.

Itu sudah lama terjadi dan semua mengakui sah?
Peristiwa itu sudah sangat lama terjadi dan itu salah. Karena itu, kini kami 
mendorong dunia internasional seperti PBB untuk melihat kembali keabsahan act 
of free choice itu. Kami tidak meminta Indonesia melakukannya tetapi PBB yang 
melakukan review itu.

Sudah terjadi?
Belum. Saya kira, kami berhak meminta Pemerintah Australia dan masyarakat 
inernasional mengangkat hal itu. Seperti black caucus di Amerika. Mereka sudah 
lama meminta keabsahan act of free choice itu dikaji ulang.

Apakah Pemerintah Australia juga bersalah dengan mengakui act of free choice?
Jelas sekali. Saya kira, masyarakat internasional juga bersalah, termasuk PBB. 
Itu sebabnya, kami fokus melakukan kampanye tentang act of free choice kepada 
PBB untuk dikaji ulang. Dari PBB ini kami harapkan absah tidaknya act of free 
choice itu.

Siapa yang harus melakukan inisiatif?
Saya kira, seharusnya Sidang Umum PBB. Tetapi Sidang Umum PBB itu baru terjadi 
jika sejumlah negara yang mewakilinya mendukung proposal untuk mengkaji ulang 
hasil act of free choice. Jadi, sudah banyak kampanye yang dilakukan untuk isu 
ini. Dan saya punya komitmen berkampanye untuk melakukan kaji ulang atas 
pemilihan di Papua tahun 1969.

[Internasional, Gatra Nomor 31, Beredar Kamis, 15 Juni 2006] 


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [ppiindia] Mendorong Papua Menentukan Diri Sendiri

2006-06-18 Terurut Topik Saeful Rohman
ah alasan klise, dari dulu australia atawa amerika tidak pernah beranjak dari 
masalah kekayaan sumber daya alam. Timtim merdeka bagaimana sekarang keadaanya, 
melarat dan sekarat tinggal menunggu mati
saja. Padahal Australia dulunya yang getol melobi dunia supaya Timtim merdeka 
tapi sesudah merdeka ya sudah jadi jongosnya australia. Orang papua mestinya 
belajar dari kasus Timtim ini. jangan sampai
keluar dari mulut buaya masuk ke neraka berabe. bisa-bisa nyesel seumur hidup. 
tanyalah sama orang timtim sana.

-Original Message-
From: Ambon [EMAIL PROTECTED]
To: Undisclosed-Recipient:;
Date: Sun, 18 Jun 2006 23:40:30 +0200
Subject: [ppiindia] Mendorong Papua Menentukan Diri Sendiri

 http://www.gatra.com/artikel.php?id=95481
 
 
 Mendorong Papua Menentukan Diri Sendiri
 
 
 Senator yang satu ini paling bersemangat mendukung pemberian visa kepada 42 
 pencari suaka WNI asal Papua. Dialah Kerry Nettle. Selain itu, juru bicara 
 imigrasi untuk Partai Hijau ini juga menyokong
 upaya rakyat Papua untuk menentukan nasib sendiri. Berikut petikan percakapan 
 Ida Palaloi Suhadji dari Gatra dengan Kerry:
 
 Ceritakan dukungan Anda kepada 43 peminta suaka?
 Partai Hijau (Green Party) telah lama terlibat dalam isu Papua. Keterlibatan 
 saya adalah menyokong kebijakan partai yang mendukung peminta suaka dari 
 Papua Barat ke Australia.
 
 Anda mendukung Papua merdeka?
 Saya mendukung upaya penentuan diri sendiri (self determination) masyarakat 
 Papua. Ini berbeda dengan saya mendukung kemerdekaan. Dengan demikian, mereka 
 dapat kembali ke negaranya.
 
 Gerard Henderson, Direktur Eksekutif Institute Sydney di Sydney Morning 
 Herald (4 Juni 2006), mengatakan bahwa kebijakan luar negeri Australia tidak 
 dipegang Partai Hijau. Komentar Anda?
 Saya tidak baca artikel itu. Alangkah lucunya kalau dibilang kebijakan 
 politik luar negeri Australia tidak dikendalikan oleh Partai Hijau (Kerry 
 tertawa). Akan berbeda sekali kalau partai kami
 tidak terlibat di dalamnya.
 
 Posisi Anda dan partai?
 Jika dalam waktu panjang tidak ingin berurusan dengan pencari suaka dari 
 Papua Barat, Australia harus mampu terlibat dalam dialog yang tulus dengan 
 Pemerintah Indonesia dan dapat mengubah situasi
 di Papua. Jadi, mereka tidak perlu pergi dari tanah kelahiran mereka.
 
 Anda merasa perlu ada dialog untuk menyelesaikan masalah itu?
 Satu hal yang selama ini diinginkan orang Papua adalah dialog dengan 
 Pemerintah Indonesia. Untuk ini, dibutuhkan beberapa anggota masyarakat 
 internasional, seperti yang dilakukan GAM beberapa waktu
 lalu.
 
 Tapi, Indonesia tidak mau berdialog dengan materi kemerdekaan?
 Harus ada dialog. Sesuatu telah disepakati oleh Pemerintah Indonesia dan 
 Australia terhadap apa yang terjadi pada 1968-1969 tentang act of free choice 
 yang dilakukan tidak bebas dan tidak fair.
 Sekitar 1.025 orang Papua dipaksa oleh Pemerintah Indonesia. Jadi, saya kira, 
 keputusan act of free choice itu tidak akurat untuk memperlihatkan suara 
 sebenarnya rakyat Papua.
 
 Itu sudah lama terjadi dan semua mengakui sah?
 Peristiwa itu sudah sangat lama terjadi dan itu salah. Karena itu, kini kami 
 mendorong dunia internasional seperti PBB untuk melihat kembali keabsahan act 
 of free choice itu. Kami tidak meminta
 Indonesia melakukannya tetapi PBB yang melakukan review itu.
 
 Sudah terjadi?
 Belum. Saya kira, kami berhak meminta Pemerintah Australia dan masyarakat 
 inernasional mengangkat hal itu. Seperti black caucus di Amerika. Mereka 
 sudah lama meminta keabsahan act of free choice
 itu dikaji ulang.
 
 Apakah Pemerintah Australia juga bersalah dengan mengakui act of free choice?
 Jelas sekali. Saya kira, masyarakat internasional juga bersalah, termasuk 
 PBB. Itu sebabnya, kami fokus melakukan kampanye tentang act of free choice 
 kepada PBB untuk dikaji ulang. Dari PBB ini
 kami harapkan absah tidaknya act of free choice itu.
 
 Siapa yang harus melakukan inisiatif?
 Saya kira, seharusnya Sidang Umum PBB. Tetapi Sidang Umum PBB itu baru 
 terjadi jika sejumlah negara yang mewakilinya mendukung proposal untuk 
 mengkaji ulang hasil act of free choice. Jadi, sudah
 banyak kampanye yang dilakukan untuk isu ini. Dan saya punya komitmen 
 berkampanye untuk melakukan kaji ulang atas pemilihan di Papua tahun 1969.
 
 [Internasional, Gatra Nomor 31, Beredar Kamis, 15 Juni 2006] 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia