Re: [ppiindia] Nabi Muhammad tidak buta!

2007-05-02 Terurut Topik Ahmad Syukri
Memang masalah apakah Nabi SAW ini buta huruf atau tidak bukanlah merupakan 
pokok yang menjadi aqidah bagi umat Islam. Tapi kalau kita membaca beberapa 
hadis, misalnya pada saat wahyu pertama turun yaitu  Iqro' , 
bismirabbikalladzi kholaq(Bacalah, dengan nama tuhanmu yng telah 
menciptakan .. dst.) . Pada saat  Jibril membacakan wahyu pertama : Iqro' 
(bacalah !) , saat itu nabi menjawab  saya tidak bisa membaca kemudian 
ternyata Jibril terus membacakan wahyu  (Iqro'  sampai selesai). Ternyata Nabi 
SAW  dapat menghapalnya  tanpa membacanya (karena memang tidak ada  tulisannya.
kata aku tidak bisa membaca menyatakan Nabi SAW itu ummi (tidak bisa membaca 
dan menulis).
Selain itu bila pada saat itu Nabi SAW bisa membaca dan menulis. Tentu dia akan 
menuliskan wahyu tersebut dan bukan menghapalnya. Kenyataannya pada saat itu 
Nabi Muhammad  para sahabatnya selalu menghapalkan setiap wahyu yang turun. 
Dan Jibril a.s melakukan pengulangan 2 kali dalam setahun atas hafalan Nabi 
untuk mengkoreksi bila terjadi kesalahan dalam menghapalkan wahyu yang telah 
diturunkan.
 Ini menunjukkan bahwa pada saat itu sedikit sekali  orang yang bisa membaca 
dan menulis. Dan Al Qur'an pada saat itu dihafal oleh Nabi SAW dan para 
sahabatnya yang selanjutnya turun temurun sampai saat ini di Indonesia sangat 
banyak yang hafal Qur'an yang tebalnya 30 juz (lebih kurang 500 - 600 halaman 
kitab qur'an yang sekarang). Jadi sebenarnya Master Al-qur'an ada dalam dada 
setiap hafidz (penghafal Qur'an) yang diturunkan sejak Nabi SAW sampai sekarang 
secara turun temurun.
Baru pada masa khalifah Abubakar Al Qur'an mulai ditulis dalam satu kitab atas 
anjuran Umar r.a. Karena banyaknya muslim (yg hafidz Qur'an) berguguran dalam 
peperangan, dan khawatir generasi berikutnya tidak sempat menghafal Qur'an. 
Walllahua'alam bissawab.


radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Maaf, kali ini Ny. Mus benar, karena dia selalu gembar-gembor di milis bahwa 
Nabi Muhammad tidaklah buta. Yang bilang dia buta hanya ingin menjelek-jelekkan 
Nabi saja, berdasarkan tafsir yang dikelirukan maknanya.


   From: Rach Leed [EMAIL PROTECTED] 
 Date: Tue May 1, 2007 7:15 pm 
 Subject: [mediacare] Nabi Muhammad, Buta Huruf atau Genius?
  


   Semoga bermanfaat :D 

   Salam 

   Alida

    

   Judul  : Nabi Muhammad, Buta Huruf atau Genius?
   (Mengungkap Misteri Keummian 
Rasulullah)
   Pengarang : Syekh Al-Maqdisi
   Penerjemah   : Abu Nayla
   Penerbit : Nun Publisher, April 2007, 144 hlm. Rp 
20.000,-
   
   
   Runtuhnya Mitos Kebutahurufan Nabi Muhammad  

   //Ajaran bahwa Rasulullah tidak mampu baca-tulis adalah sebuah kekeliruan 
tafsir sejarah yang konyol. Inilah buku kontroversial yang mematahkan mitos 
kebutahurufan Nabi Muhammad//. 

   Kalau ada umat yang begitu bangga menerima kenyataan bahwa pemimpin atau 
nabi-nya sebagai sosok yang buta huruf, itulah umat Islam. Tak ada lain. Sejak 
kecil, ketika seorang anak muslim mulai mengenal baca-tulis, ajaran bahwa Nabi 
adalah sosok yang buta huruf selalu ditekankan. 

   Kebutahurufannya seakan menjadi kenyataan yang patut dibanggakan dan bisa 
membangun kepercayaan diri umat Islam!  Pertanyaannya, benarkah ajaran itu? 
Atas dasar apa Nabi dianggap sebagai sosok yang buta huruf? Apakah ia pernah 
menyatakan dirinya betul-betul tidak mampu membaca dan menulis sejak kecil 
hingga akhir hayatnya? Lalu, jika ada anggapan ia mampu membaca dan menulis, 
apakah itu akan mengurangi keabsahannya sebagai utusan Allah?   

   Bagi Syekh Al-Maqdisi, jawabannya cukup jelas: Ada tafsir sejarah yang 
keliru terhadap kapasitas Rasulullah, khususnya dalam soal baca-tulis. Dan 
semua itu, bersumber dari kekeliruan kita dalam menerejamahkan kata ummi 
dalam Alquran maupun Hadis, yang oleh sebagian besar umat Islam diartikan buta 
huruf. 

   Menurut Al-Maqdisi, ummi memang bisa berarti buta huruf, tapi ketika 
menyangkut Nabi Muhammad, ummi di situ lebih berarti orang yang bukan dari 
golongan Yahudi dan Nasrani. Pada masa itu, kaum Yahudi dan Nasrani sering kali 
menyebut umat di luar dirinya sebagai orang-orang ummi atau non-Yahudi dan 
non-Nasrani.   Termasuk Rasulullah dan orang Arab lainnya.

   Selain itu, kata ummi di situ juga bisa merujuk pada kata umm atau ibu 
kandung. Jadi, maknanya adalah orang-orang yang seperti masih dikandung oleh 
rahim ibunya, sehingga belum tahu apa-apa. 

   Dalam buku ini, Syekh Al-Maqdisi menunjukkan bukti-bukti otentik (hadis) 
yang menunjukkan fakta sebaliknya bahwa Rasulullah adalah sosok yang justru 
pintar membaca dan menulis. Antara lain, sebuah hadis yang diungkapkan Zaid bin 
Tsabit bahwa Nabi pernah bersabda: Jika kalian menulis kalimat 
Bismillahirrahmanirrahim, maka perjelaslah huruf sin di situ.

   Pikirkan, kalau untuk 

[ppiindia] Nabi Muhammad tidak buta!

2007-05-01 Terurut Topik radityo djadjoeri
Maaf, kali ini Ny. Mus benar, karena dia selalu gembar-gembor di milis bahwa 
Nabi Muhammad tidaklah buta. Yang bilang dia buta hanya ingin menjelek-jelekkan 
Nabi saja, berdasarkan tafsir yang dikelirukan maknanya.
   
   
  From: Rach Leed [EMAIL PROTECTED] 
Date: Tue May 1, 2007 7:15 pm 
Subject: [mediacare] Nabi Muhammad, Buta Huruf atau Genius?
 
   
   
  Semoga bermanfaat :D 
   
  Salam 
   
  Alida
   
   
   
  Judul  : Nabi Muhammad, Buta Huruf atau Genius?
  (Mengungkap Misteri Keummian 
Rasulullah)
  Pengarang : Syekh Al-Maqdisi
  Penerjemah   : Abu Nayla
  Penerbit : Nun Publisher, April 2007, 144 hlm. Rp 20.000,-
  
  
  Runtuhnya Mitos Kebutahurufan Nabi Muhammad  
   
  //Ajaran bahwa Rasulullah tidak mampu baca-tulis adalah sebuah kekeliruan 
tafsir sejarah yang konyol. Inilah buku kontroversial yang mematahkan mitos 
kebutahurufan Nabi Muhammad//. 
   
  Kalau ada umat yang begitu bangga menerima kenyataan bahwa pemimpin atau 
nabi-nya sebagai sosok yang buta huruf, itulah umat Islam. Tak ada lain. Sejak 
kecil, ketika seorang anak muslim mulai mengenal baca-tulis, ajaran bahwa Nabi 
adalah sosok yang buta huruf selalu ditekankan. 
   
  Kebutahurufannya seakan menjadi kenyataan yang patut dibanggakan dan bisa 
membangun kepercayaan diri umat Islam!  Pertanyaannya, benarkah ajaran itu? 
Atas dasar apa Nabi dianggap sebagai sosok yang buta huruf? Apakah ia pernah 
menyatakan dirinya betul-betul tidak mampu membaca dan menulis sejak kecil 
hingga akhir hayatnya? Lalu, jika ada anggapan ia mampu membaca dan menulis, 
apakah itu akan mengurangi keabsahannya sebagai utusan Allah?   
   
  Bagi Syekh Al-Maqdisi, jawabannya cukup jelas: Ada tafsir sejarah yang keliru 
terhadap kapasitas Rasulullah, khususnya dalam soal baca-tulis. Dan semua itu, 
bersumber dari kekeliruan kita dalam menerejamahkan kata ummi dalam Alquran 
maupun Hadis, yang oleh sebagian besar umat Islam diartikan buta huruf. 
   
  Menurut Al-Maqdisi, ummi memang bisa berarti buta huruf, tapi ketika 
menyangkut Nabi Muhammad, ummi di situ lebih berarti orang yang bukan dari 
golongan Yahudi dan Nasrani. Pada masa itu, kaum Yahudi dan Nasrani sering kali 
menyebut umat di luar dirinya sebagai orang-orang ummi atau non-Yahudi dan 
non-Nasrani.   Termasuk Rasulullah dan orang Arab lainnya.
   
  Selain itu, kata ummi di situ juga bisa merujuk pada kata umm atau ibu 
kandung. Jadi, maknanya adalah orang-orang yang seperti masih dikandung oleh 
rahim ibunya, sehingga belum tahu apa-apa. 
   
  Dalam buku ini, Syekh Al-Maqdisi menunjukkan bukti-bukti otentik (hadis) yang 
menunjukkan fakta sebaliknya bahwa Rasulullah adalah sosok yang justru pintar 
membaca dan menulis. Antara lain, sebuah hadis yang diungkapkan Zaid bin Tsabit 
bahwa Nabi pernah bersabda: Jika kalian menulis kalimat 
Bismillahirrahmanirrahim, maka perjelaslah huruf sin di situ.
   
  Pikirkan, kalau untuk soal huruf saja ia memperhatikan, ibarat seorang editor 
naskah, mungkinkah Nabi seorang yang buta huruf? Buku Maqdisi ini, sekali lagi, 
mematahkan semua kekeliruan sejarah ini.   
   
  
   Dengan bahasa yang lugas, Syekh Al-Maqdisi menggiring kita pada suatu cara 
pandang yang sungguh baru mengenai 'keummian' Nabi Muhammad. 
  —Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
   
  Nabi memang ummi, tetapi beliau mampu membaca dan menulis.
  —Dr. Muhammad Syahrur, Penulis Al-Kitâb wal Qur'ân,
   
  
Makna kata ummi bukanlah tidak mampu membaca dan menulis, tapi merujuk pada 
kata umm (ibu kandung).
  —Abdul Karim Al-Hairi, Penulis An-Nabiyyul Ummiy
  
 


e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  blog: http://mediacare.blogspot.com

   
-
Ahhh...imagining that irresistible new car smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]