Media Indonesia Senin, 28 Maret 2005
OPINI PDIP (makin) Mengkhawatirkan Asrinaldi A; Pengajar Universitas Andalas, Padang KONDISI PDIP menjelang kongres di Bali (28/3) semakin mengkhawatirkan. Konflik internal di dalam tubuh kepengurusan DPP PDIP semakin menampakkan wujudnya. Tak terelakkan lagi perseteruan kelompok-kelompok tersebut sudah mengarah pada upaya jegal-menjegal calon ketua umum pada kongres mendatang. Masing-masing kelompok berupaya berebut pengaruh DPD dan DPC agar mendapat dukungan di kepengurusan mendatang. Kondisi ini diperburuk oleh berbagai intrik politik yang dilakukan kelompok tertentu seperti menyusun skenario deadlock dalam kongres (Media, 14/3) hingga edaran DPP PDIP tentang status peninjau dalam kongres (Media, 17/3). Setidaknya ada tiga kelompok yang saling berseberangan. Pertama, adalah kelompok yang menginginkan adanya perubahan yang sangat fundamental dalam kepengurusan PDIP. Kelompok ini menginginkan mekanisme dalam pengambilan keputusan strategis dan bentuk kepemimpinan PDIP ke depan harus direformasi. Dari tawaran gagasan dan ide yang dikemukakan, mereka adalah kelompok yang mengusulkan adanya pemurnian kembali perjuangan PDIP. Ada beberapa tokoh penting PDIP di balik kelompok ini di antaranya Kwik Kian Gie dan Roy BB Janis. Kelompok ini juga di dukung oleh kelompok lain yang satu visi melihat masa depan PDIP yaitu kelompok pembaruan. Kelompok ini dimotori oleh Sukowaluyo Mintoraharjo dan Laksamana Sukardi. Kedua, adalah kelompok yang cenderung pro-status quo yang memiliki pengaruh besar dalam lingkaran elite PDIP. Yang pasti kelompok ini masih menganggap bahwa kondisi partai sekarang tetap dipertahankan. Kalaupun ada perubahan sifatnya inkremental dan tidak perlu diubah secara mendasar. Kelompok ini tentunya terdiri dari Megawati Soekarnoputri, serta the gang of three menurut versi kelompok pertama yaitu Gunawan Wirosarojo, Sutjipto dan Pramono Anung. Ketiga, adalah kelompok yang turut berjasa dalam membesarkan PDIP yang memandang masalah perseteruan kelompok reformis dan pro-status quo ini perlu dicarikan solusinya. Kelompok ini tetap berpegang pada idealisme PDIP agar kejayaan partai pada masa lalu akan tetap terulang. Di antara tokoh dalam kelompok ini adalah Abdul Madjid VB da Costa dan Armin Arjoso. Perpecahan dalam tubuh PDIP tampaknya menjadi keniscayaan sejarah terkait dengan jatuh bangunnya partai politik di republik ini. Perpecahan ini bermula dari kekalahan PDIP pada pemilu legislatif dan pemilu presiden 2004 yang lalu. Suara PDIP yang terjun bebas dari pemilu 1999 yang memperoleh 33 juta menjadi 21 juta pada pemilu 2004 adalah bukti adanya masalah serius di tubuh DPP PDIP. Keadaan ini semakin diperburuk dengan kekalahan Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden. Kenyataan ini memunculkan reaksi yang beragam dari elite PDIP. Mulai dari gaya kepemimpinan ketua umum yang tidak mencerminkan kedekatan dengan rakyat hingga pilihan kebijakan yang tidak sesuai dengan misi PDIP. Gerakan pemurnian dan pembaruan yang dimotori oleh Kwik Kian Gie dkk menuding bahwa kekalahan PDIP dalam pemilu tersebut tidak lepas dari peran the gang of three. Kelompok reformis ini menuntut tanggung jawab akibat kekalahan itu dari Pramono Anung dkk. Dari reaksi yang ditampilkan sepertinya gerakan pembaruan menargetkan agar the gang of three terlempar dari lingkaran kekuasaan DPP PDIP pada kepengurusan mendatang. Tentunya, tudingan dan reaksi tersebut tidak diterima begitu saja oleh the gang of three. Konsolidasi politik pun dilakukan oleh Pramono Anung dkk agar target kelompok reformis tersebut tidak kesampaian. Melihat realitas di kepengurusan PDIP selama ini, terasa sekali adanya sekat yang menghambat komunikasi antarkelompok elite di tubuh PDIP. Komunikasi aktif yang idealnya diperankan Megawati sebagai ketua umum gagal dijalankan. Akibatnya yang timbul justru kecurigaan sesama elite. Masing-masing kelompok mengklaim apa yang dilakukan kelompoknya adalah tepat untuk kemajuan partai. Sementara kelompok lain, menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh kelompok tersebut adalah upaya mereka untuk merealisasikan kepentingan tertentu (vested interest). Selama ini yang terjadi ternyata kedekatan the gang of three dengan ketua umum dalam hal ini Megawati Soekarnoputri dimanfaatkan terutama dalam memengaruhi cara pandang dan sikap ketua umum terhadap suatu kebijakan strategis. Peran Megawati sebagai agregator politik terutama dalam mengumpulkan pendapat kelompok elite di lingkaran kekuasaannya tidak pula berjalan dengan baik, sehingga banyak pendapat yang berasal dari banyak pihak untuk kebaikan PDIP hilang begitu saja. Tragisnya ini bermuara pada friksi antar kelompok. Di sisi lain, ketergantungan elite PDIP terutama yang prostatus quo pada Megawati juga semakin terasa. Ketidakpercayaan kelompok pro-status quo ini terhadap kemampuan kader lain untuk menggantikan posisi Megawati sebagai ketua umum dikonkretkan dengan 'pengalangan dukungan politik' untuk Megawati hingga ke daerah. Reaksi ini adalah manifestasi strategi politik kelompok prostatus quo untuk menggagalkan skenario kelompok pembaruan untuk menggantikan Megawati. Yang jelas strategi ini berhasil ini terbukti dengan klaim Megawati berikut ini. ''Selama saya didukung, saya bersedia menjadi ketua umum. Dilihat dari berita acara (konferensi), semua menghendaki saya sebagai ketua umum lagi. Kalau enggak dipilih sebagai ketua umum, saya menjadi anggota biasa. Saya tidak mau menjadi dewan kehormatan atau apa pun namanya.'' (Media, 17/3). Konflik elite di tubuh PDIP sudah terlanjur diketahui publik hingga lapisan bawah. Pertanyaannya apa implikasi negatif dari konflik elite tersebut? Pertama, kondisi ini semakin menegaskan pada publik bahwa Megawati mengalami kegagalan yang signifikan dalam memimpin PDIP selama ini. Indikator kekalahan dalam pemilu serta konflik elite yang semakin meruncing adalah indikasi kuat kegagalan tersebut. Jika ini terus dibiarkan, keinginan PDIP menjadi kekuatan oposisi tidak akan pernah terwujud. Kedua, jika upaya rekonsiliasi yang seyogianya difasilitasi oleh ketua umum terkait dengan konflik elite di sekitar lingkaran kekuasaan tidak segera dituntaskan akan menimbulkan eksodus politik. Jelas ini akan merugikan PDIP. Karena pemikir partai yang dimiliki selama ini hengkang (brain drain). Kemungkinan yang akan terjadi yaitu mereka akan mendirikan partai sendiri dengan berusaha mengambil simpati pendukung loyalis PDIP atau hijrah ke partai politik lain dan bersama-sama mengalahkan PDIP pada pemilu mendatang. Ketiga, PDIP secara perlahan namun pasti akan ditinggalkan oleh pendukung setianya. Ini sudah dibuktikan lewat pemilu yakni terus merosotnya perolehan suara PDIP. Seiring dengan perjalanan waktu ke depan, sepertinya massa pendukung setia PDIP masih menunggu hasil akhir dari kongres tersebut. Kesalahan elite PDIP mengambil keputusan dalam kongres berdampak langsung pada masa depan PDIP. Apakah PDIP akan tetap besar seperti masa lalu atau menjadi partai yang dicatat sejarah demokrasi di Indonesia? Kongreslah yang menentukan.*** [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/