http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/03/opini/1724824.htm


 
Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi 
Oleh Amich Alhumami



TESIS bahwa pendidikan memberi kontribusi secara signifikan terhadap 
pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai 
kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahan tesis itu.

Buku terakhir William Schweke, Smart Money: Education and Economic Development 
(2004), sekali lagi memberi afirmasi atas tesis ilmiah para scholars terdahulu, 
bahwa pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) 
berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, 
tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi 
pertumbuhan ekonomi.

Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi 
perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian 
pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan 
produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan 
pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun 
pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, 
kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban 
sosial politik bagi pemerintah.

MEMASUKI abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based economy 
tampak kian dominan. Paradigma ini menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan 
ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan 
teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi 
menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama 
dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural 
berjangka panjang. Sebagai ilustrasi, Jepang adalah negara Asia pertama yang 
menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu pengetahuan. Setelah 
Jepang, menyusul negara-negara Asia Timur lain seperti Singapura, China, 
Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan.

Melalui artikel ini penulis bermaksud mencermati kontribusi pendidikan terhadap 
pembangunan ekonomi dengan melihat perbandingan antara Korea mewakili Asia 
serta Kenya dan Zimbabwe mewakili Afrika. Pilihan tiga negara ini menarik 
karena semula Korea, yang secara ekonomi tertinggal, ternyata mampu mengungguli 
dan kemudian meninggalkan kedua negara Afrika itu. Beberapa indikator ekonomi 
makro menunjukkan perubahan amat signifikan antara ketiga negara berbeda benua 
itu. Yang-Ro Yoon, seorang peneliti ekonomi Bank Dunia, dalam Effectiveness 
Born Out of Necessity: A Comparison of Korean and East African Education 
Policies (2003), mengemukakan sejumlah temuan menarik berdasarkan observasi di 
tiga negara itu. Pada dekade 1960-an GNP per kapita Korea hanya 87 dollar AS, 
sementara Kenya 90 dollar AS. Memasuki dekade 1970-an GNP per kapita Korea 
mulai meningkat menjadi 270 dollar AS, namun masih lebih rendah dibanding 
Zimbabwe yang telah mencapai 330 dollar AS.

Indikator lain seperti gross savings rate (persentase terhadap GDP) juga 
menunjukkan, Korea lebih rendah dibanding kedua negara Afrika itu. Pada 
pertengahan 1970-an, gross savings rate masing-masing negara adalah: Korea 8 
persen, Kenya 15 persen, dan Zimbabwe 14 persen.

Meski demikian, dalam hal pembangunan pertanian Korea relatif lebih unggul. 
Sektor pertanian memberi sumbangan terhadap GDP sebesar 37 persen di Korea, 35 
persen di Kenya, dan 20 persen di Zimbabwe.

Memasuki dekade 1980-an, pembangunan ekonomi di Korea berlangsung amat intensif 
dan pesat. Bahkan antara periode 1980 dan 1996 dapat dikatakan sebagai masa 
keemasan saat negeri gingseng itu mampu melakukan transformasi ekonomi secara 
fundamental. Pada tahun-tahun itu pertumbuhan ekonomi Korea melesat jauh 
meninggalkan Kenya dan Zimbabwe.

Pada tahun 1996 GNP per kapita Korea telah mencapai 10,600 dollar AS (meski 
lalu menurun menjadi 7.980 dollar AS tahun 1998 saat terjadi krisis moneter). 
Sedangkan GNP per kapita Kenya dan Zimbabwe masing-masing 320 dollar AS dan 610 
dollar AS.

Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada gross savings rate yakni 36 persen 
di Korea, 12 persen di Kenya, dan 17 persen di Zimbabwe. Pertumbuhan ekonomi 
Korea yang mengesankan ini terkait keberhasilan dalam menurunkan angka 
pertumbuhan penduduk selama tiga dekade: dari 2,7 persen tahun 1962 menjadi 0,9 
persen pada 1993.

Sementara pertumbuhan penduduk di Kenya justru meningkat dari 3,2 persen tahun 
1965 menjadi 4,2 persen tahun 1980, meski kemudian menurun menjadi 2,6 persen 
pada tahun 1995.

TIDAK diragukan lagi, salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi di 
Korea adalah komitmen yang kuat dalam membangun pendidikan. Berbagai studi 
menunjukkan, basis pendidikan di Korea memang amat kokoh. Pemerintah Korea 
mengambil langkah-langkah ekspansif antara 1960-an dan 1990-an guna memperluas 
akses pendidikan bagi segenap warga negara. Program wajib belajar pendidikan 
dasar (universal basic education) sudah dilaksanakan sejak lama dan berhasil 
dituntaskan tahun 1965, sementara Indonesia baru mulai tahun 1984. Sedangkan 
wajib belajar jenjang SLTP berhasil dicapai tahun 1980-an; dan jenjang SLTA 
juga hampir bersifat universal pada periode yang sama. Yang menakjubkan, pada 
jenjang pendidikan tinggi juga mengalami ekspansi besar-besaran; lebih dari 
setengah anak-anak usia sekolah pada level ini telah memasuki perguruan tinggi.

Komitmen Pemerintah Korea terhadap pembangunan pendidikan itu tercermin pada 
public expenditure. Pada tahun 1959, anggaran untuk pendidikan mencapai 15 
persen dari total belanja negara, guna mendukung universal basic education dan 
terus meningkat secara reguler menjadi 23 persen tahun 1971. Setelah program 
ini sukses, Pemerintah Korea mulai menurunkan anggaran pendidikan pada kisaran 
antara 14 sampai 17 persen dari total belanja negara atau sekitar 2,2 sampai 
4,4 persen dari GNP. Menyadari bahwa pendidikan dasar merupakan bagian dari 
public good, tercermin pada social return lebih tinggi dibanding private 
return, maka Pemerintah Korea mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dasar 
jauh lebih besar dibanding level menengah dan tinggi.

Penting dicatat, selain faktor basis pendidikan yang lebih kuat, kelas menengah 
ekonomi di Korea juga terbentuk dengan baik dan mapan. Pada dekade antara 
1960-an dan 1980-an, kalangan pengusaha Korea telah membangun hubungan dagang 
dan membuka akses pasar ke negara-negara kawasan seperti Jepang, bahkan telah 
menyeberang ke Amerika dan Eropa.

Korea sukses melakukan inovasi teknologi (otomotif dan elektronik) karena 
memperoleh transfer teknologi melalui hubungan dagang dengan negara-negara maju 
tersebut.

Bercermin pada pengalaman Korea, Pemerintah Indonesia harus mengambil 
langkah-langkah strategis dalam upaya membangun pendidikan nasional. Investasi 
di bidang pendidikan secara nyata berhasil mendorong kemajuan ekonomi dan 
menciptakan kesejahteraan sosial.

Untuk itu, investasi di bidang pendidikan harus didukung pembiayaan memadai, 
terutama yang diperuntukkan bagi penuntasan program wajib belajar pendidikan 
dasar sembilan tahun. Mengikuti agenda Millenium Development Goals (MDGs), 
tahun 2015 Pemerintah Indonesia harus menjamin bahwa seluruh anak usia sekolah 
dasar akan memperoleh pendidikan dasar.

Bersamaan dengan itu, akses ke pendidikan menengah dan pendidikan tinggi juga 
harus diperluas, guna mendukung upaya menciptakan knowledge society yang 
menjadi basis akselerasi pembangunan ekonomi di masa depan.

Amich Alhumami peneliti di Research Institute for Culture and Development, 
Jakarta


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke