saya salut pada ketekunan pak mawi menulis puisi. salam, hl
--- On Thu, 12/4/08, ultimus bandung <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: ultimus bandung <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [puitika] Penyair Bandung Bercerita Untuk Nancy To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], "widzar al-ghifary" <[EMAIL PROTECTED]> Cc: [EMAIL PROTECTED], "SP" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], "wahana-news" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, December 4, 2008, 10:15 PM hujan dan dingin... bahkan alam pun turut bersedih, barangkali ia ingat bahwa ini acara terakhir ultimus di lengkong besar...hehehe...(tak terasa 4 tahun sudah, minus 10 hari di-police line 2 tahun yg lalu.....) saya forward kembali sambutan si penyair Mawie Ananta Jonie yang semalam dibacakan dengan kehangatan salah seorang penyair Bandung Desiyanti.... salam buat semua kawan, bilven ==== Surat Kepada Ultimus Bandung di Bandung-Indonesia. Hadirin yang saya hormati dan saya cintai. Tatkala saya datang di kota Bandung sekitar tahun 1962/1963 saya berumur 22 tahun. Datang sebagai wakil PB IPPI (Pengurus Besar Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia ) untuk ikut dalam kegiatan Pendidikan Kader IPPI Cabang Bandung. Hari pertama sampai saya menginap di kantor mereka yang terletak di Jalan Lembong ( ? ). Tidur di atas meja tanpa alas, berselimutkan kain bekas spanduk, bebantal gulungan koran tua. Tidak bisa tidur, bukan karena ini, melainkan karena perut lapar. Sejak pagi hanya bergantung pada sekerat singkong goreng. Sebatang pohon raksasa tumbuh menjadi pelindung perkarangan. Hadirin. Bukan pohon beringin! Di sinilah berlangsung kegiatan ceramah tentang organisasi IPPI saya sampaikan. Pada jam jam terakhir ceramah sudah, para peserta tiba tiba bubar mengejutkan. Jumlah mereka sekitar seratus orang. Terdiri dari para pelajar SMP dan SMA. Mereka berlarian menuju salah satu kantor yang katanya bahagian urusan pendidikan. Apa yang terjadi? Demonstrasi?. Buru buru saya mengikuti gerak arus. Menyaksikan ada gejala kekerasan akan terjadi saya meminta teman teman kembali. Saya masuk ke tengah tengah mereka supaya dapat mendengar himbauan saya. Dan mereka satu satu pergi. Di malam hari penutupan kegiatan tersebut kami mengadakan kemah api unggun dengan nyanyi dan baca puisi. Pada sebuah punggung bukit di daerah Dago saya memandang Bandung . Bandung diwaktu malam.. Apakah itu untuk pertama kalinya saya datang ke Bandung ini? Tidak. Waktu itu saya berumur 20 tahun. Terpilih ikut dalam rombongan Delegasi Pemuda Sumatra Barat ke Kongres Pemuda Seluruh Indonesia Kelima di kota ini tanggal 14-21 Februari 1960. Saya memimpin regu Volley di bidang olahraga dan deklamator dalam bidang kesenian. Sajak yang saya bawakan antara lain adalah: DEMOKRASI, puisi Penyair Agam Wispi. Selesai Kongres bersamasama rombongan Delegasi Pemuda dari propinsi lainnya kami diterima oleh Bung Karno di Istana Bogor . Saya bisa melihat Bung Karno dekat-dekat sekali. Lalu kapan yang terakhir datang ke Bandung ? Tahun 2000. Seorang kawan dan keluarganya mengetahui saya dan keluarga di Jakarta , menawarkan kepada kami untuk bersamasama berlibur ke Bandung . Tentu kami menganggukkan kepala dan terimakasih. Kendaraan melalui Bogor , Puncak dan Cipanas tembus ke Dago pada sebuah penginapan yang menyediakan masakan dan makanan Tionghoa. Apakah yang terjadi ketika itu? Saya teringat akan jaman Bung Karno dimana kita hidup di dunia: Kita Cinta Damai Tapi Lebih Cinta Kemerdekaan. Dan lagu: Hallo Hallo Bandung gegap gempita dinyanyikan. Hadirin yang saya hormati dan saya cintai, hari ini kita berkumpul di sini. Dan melalui surat ini saya ikut di tengahtengah hadirin menyambut peluncuran Kumpulan Sajak: "CERITA UNTUK NANCY". Saya meminta dibacakannya surat saya ini untuk menyatakan terimakasih saya kepada Bilven Ultimus Bandung Dkk yang telah menerbitkan " CERITA UNTUK NANCY ". Tak kalah arinya terimakasih saya kepada Heri Latif/Sastra-Pembebasan Dkk, tempat saya berenang bersimburan air dalam kolam sastra di layar kaca, telah membantu terkumpulnya sajak sajak yang dibukukan. Kepada hadirin sekalian, katakanlah surat ini seumpama saya sendiri mengayunkan langkah menyalami dan menyatakan terimakasih saya atas kesediaan hadirin meluangkan waktu datang ke pertemuan di tempat ini. Tentang Kumpulan Sajak "CERITA UNTUK NANCY" hanyalah sekedar cerita saya di hari tua untuk anak cucu dengan perhitungan punya keberanian dan kekuatan untuk meneruskan jejak langkah kakek yang terbengkelai. Semoga "CERITA UNTUK NANCY"mendapat tempat di hati pembacanya! MAWIE ANANTA JONIE. Amsterdam , 28 Juli 2008. --- On Thu, 12/4/08, heri latief <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: heri latief <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [puitika] Penyair Bandung Bercerita Untuk Nancy To: [EMAIL PROTECTED], "Bilven Ultimus Bandung" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], "SP" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], "wahana-news" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, December 4, 2008, 4:24 PM terima kasih wetry, saya yang jauh ini ngiri rasanya gak bisa menghadiri acara launching bukunya pak mawi. salam, heri latief amsterdam http://progind.net/ kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan http://herilatief.wordpress.com/ http://akarrumputliar.wordpress.com/ --- On Thu, 12/4/08, wetry febrina <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: wetry febrina <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [puitika] Penyair Bandung Bercerita Untuk Nancy To: [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, December 4, 2008, 2:41 PM Penyair Bandung Bercerita Untuk Nancy (Laporan Wetry Febrina tentang peluncuran buku puisi Cerita Untuk Nancy karya Mawie Ananta Jonie di Ultimus Bandung 3 Desember 2008) Hujan tak jera mengguyur Bandung di akhir tahun. Awan menggelantung begitu hitam saat saya kelar kuliah sekitar jam setengah enam sore. Sejenak saya sempat khawatir, akankah hujan akan mengguyur sebagaimana malam-malam kemarin. Bukannya saya tak mensyukuri hujan, hanya saja malam ini bertepatan dengan acara launching buku puisi teman saya, Mawie Ananta Jonie. Kekhawatiran saya terbukti, hujan turun sangat lebat di ambang Magrib. Setengah basah saya sampai juga di toko buku Ultimus. Dalam hati saya berdoa semoga hujan tidak menyurutkan hasrat para pencinta sastra untuk menghadiri acara peluncuran buku puisi ini. Atas rahmatNYA, meski acara tertunda selama setengah jam, terbukti hujan bukanlah penghalang. Panggung terbuka Ultimus ramai disesaki para pencinta sastra dan seni. Bersama kami menggerombol, mengacuhkan hujan yang menetesi kepala dari atap terpal yang bocor. Bergiliran kami mengapresiasi buku puisi Mawie Ananta Jonie. Bergiliran kami bercerita untuk Nancy. Tiba-tiba di kota Kecamatan berletupan suara senapan Tiba-tiba dari seluruh kaki gunung seperti datang penyerbuan Tenang kata nenekmu itu bukan suara tembakan dari bedil musuh Tetapi ia semakin gencar tidak semakin jauh (Cerita Untuk Nancy) Nancy, cucu kesayangan Mawie adalah ruh dari buku puisi ini. Di usia yang sudah rembang senja, bagi Mawie Nancy belia adalah bulan purnama yang akan benderangi malam-malamnya. Malam-malam yang terkebat kenangan, tentang kawan lama, juga kampung halaman yang lama ditinggalkan. Dia kenal baik Batang Tapakih yang mengalir di bawah jembatan Sebuah tepian gadis mandi berkecimpung dan bercibiran (Gerimis Senja di Batang Tapakih) Menurun dari Silaying ke Kayutanam udaranya nyaman Senja pun mengantar purnama dalam perjalanan (Kayutanam) Saya dan Mawie memang berasal dari generasi yang berbeda, tapi saya memahami kesakitannya tercerabut akar dari kampung halaman. Tersebab saya sendiri juga perantau, berpindah-pindah kota dari Lubuk Alung, Medan, Jakarta, Dumai (Riau) dan sekarang di Bandung. Terkadang mendengar nama kota lalu saja disebut, terasa ngilu. Lubuk Alung, Kayutanam, Sicincin, dan kota-kota lain yang ditulis Mawie dalam puisinya, juga adalah kota-kota yang saya kenal baik sedari lahir. Karenanya mengenal Mawie yang memiliki akar kenangan yang sama, bagi saya seperti mendapat teman berbagi lentera. Tentang kisah yang getir, dan menertawakan kekinian yang aneh. Tahukah Mawie bahwa Batang Tapakih sudah lama tak berair? Tepian gadis mandi berkecimpung dan bercibiran sudah lama berakhir. Dia bukan pesiar dia penyair kampung melihat masa lalu Ketika hatinya patah patah bagai kijang lumpuh diburu (Dari Tiku ke Maninjau) Ya, Mawie adalah penyair yang menulis kekinian berdasarkan kenangan. Keberadaannya yang jauh di negeri Belanda membuatnya tak menyadari bahwa banyak yang sudah berubah. Sedang saya, adalah penyair muda yang menulis kekinian berdasarkan apa yang hari ini saya lihat dan saya pandang. Namun saya sungguh iri kepada Mawie, yang bisa mencatatkan kenangan sebegitu indahnya. Dalam langgam sajak sederhana yang begitu penuh rasa. Seperti ditulis tangan dewa, ujar Tomy DG dalam endorsment-nya di belakang buku ini. Sebuah cermin masa lalu dalam rangka menganalisa keadaan Indonesia di masa kini, komentar Heri Latief. Malam ini, bergiliran kami bercerita untuk Nancy di bawah hujan. Rintiknya semakin deras saja, tapi tak seorang pun beranjak pulang. Sihir Mawie menggantung di atap terpal yang sudah bolong, menawarkan gigil tersebab baju kami yang basah. Sebagai pembaca puisi terakhir, saya memilih puisi Teluk Bayur, puisi tentang kota pelabuhan tempat Mawie dilahirkan Dia pelabuhan yang membuka pintu hatinya bagi perantau Datang dan pergi aku mendengar suaranya di lepas pulau Teluk Bayur tempatku lahir, Tempatku menggali pantun dan akar syair Salut untuk temanku, Mawie Ananta Jonie. Teruslah mencatat kenangan supaya kelak sejarah akan mencatat namamu dan sajak-sajakmu akan selamanya hidup dalam kenangan para sahabat, sanak saudara dan semua orang. Terimakasih kepada Ultimus, Sastra Pembebasan, Bilven, Heri Latief, dan rekan-rekan penyair Bandung : Bojes, Wida, Denai, Mulyani, IBS, Desiyanti, Anna Bilqis, Rahmat, Ari, Didin, Yunis Kartika dan semua yang tak tersebut namanya yang sudah berpartisipasi membaca puisi. Juga Samsir Mohammad, Dian Hartati, Faisal, Ernest dan para pencinta sastra yang menyempatkan hadir pada acara ini. Salam kreatif! [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/