Pengaruh Islamisme & Sosialisme
Oleh : Tulus Chandra Simanungkalit
Pengaruh ajaran Islam bagi Soekarno tampak jelas dikarenakan Soekarno sangat
meyakini firman Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
“ Sesungguhnya Tuhan tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka merubah
keadaan mereka sendiri. “
Soekarno selain menyerap berbagai pemikiran dari berbagai pakar dunia, ia juga
menghayati kitab-kitab suci. Setelah ditelaah ternyata pemahaman Soekarno
terhadap Indonesia adalah pemahaman yang benar dan diatas pemahaman itulah
dibangun teori dan metode merubah nasib bangsa Indonesia.
Latar belakang pemikiran Soekarno juga sangat dipengaruhi oleh tradisi Islam
yakni Islam yang sebagaimana dipahami dan dihayati oleh masyarakat Jawa. Untuk
mewujudkan Indonesia yang merdeka Soekarno melihat bahwa akar teologi Islam
yaitu tauhid menjadi pijakan yang kuat untuk membangun etos kejuangan tersebut.
Pemahaman Soekarno tentang Islam bukanlah dalam kerangka studi Islamakan tetapi
menjadikan Islam sebagai roh yang menjadi semangat bagio aktivitas perjuangan
politik. Dan gagasan Soekarno menemukan keberhasilan dengan munculnya
perlawanan terhadap kolonial Belanda yang dipelopori oleh sebahagian besar umat
Islam dalam wadah Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1905 dan berubah menjadi
Sarekat Islam pada tahun 1911.
Soekarno juga pernah terlibat dialog dengan ulama NU seperti Rais Akbar
Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari dimana dalam Muktamar NU tahun 1953 ditetapkan
bahwa negara Indonesia yang menjadi cita-cita NU adalah negara Darussalam
(negeri yang damai dan sejahtera) bukan Darul Islam (negara Islam). Pemikiran
strategis ini sangat menarik perhatian Soekarno.
Cokroaminoto yang menjadi guru politik Soekarno pada tahun 1924 membuat sebuah
risalah berjudul “ Islam dan Sosialisme “ yang intinya berisi :[
1. Bahwa Islam dengan ajaran anti riba (riba adalah rente tambah meerwarde)
pada hakikatnya adalah anti kapitalisme.
2. Bahwa perintah-perintah Tuhan untuk kedermawanan (zakat-fitrah, dsb),
kebajikan dan bermusyawarah (w’amruhum sjuro bainahum) kepada dan dengan sesama
manusia adalah suruhan Tuhan untuk sosialisme dan demokrasi.
3. Bahwa berdasarkan penyelidikan- penyelidikan sejarah oleh Cokroaminoto dan
karangan sarjana Islam maupun karya para Orientalis berisikan masyarakat
sosialis yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam bahkan pada masa Sajidina Oemar
menerapkan susunan pemerintahan dan masyarakatnya adalah komunistis-militeri
stis dalam batas-batas ajaran Islam.
4. Bahwa Cokroaminoto berdasarkan analisa marxistis menarik kesimpulan
kemelaratan rakyat Indonesia disebabkan oleh kolonialisme dan kapitalisme,
dimana Sarekat Islam berkeyakinan memiliki kebersamaan tujuan dengan pergerakan
rakyat dan kaum buruh di dunia. Dalam artian Cokroaminoto melihat adanya
hubungan kerjasama antara gerakan buruh sosial-internasiona l dengan Pan
Islamisme.
Pan Islamisme adalah gerakan perjuangan nasional, perjuangan merebut
kemerdekaan nasional, perjuangan yang ditujukan untuk melawan kapitalisme dan
imperialisme. Pan Islamisme adalah persatuan semua orang muslim terhadap
penindasnya. Secara tegas Kyai Tubagus Hadikoesoemo menyatakan bahwa “ Orang
islam yang tidak mendukung persatuan dalam menghadapi kaum imperialis, maka
sesungguhnya ia sesat. “
Gerakan Sarekat Islam di Jawa adalah perkumpulan yang besar dan beranggotakan
petani miskin, bersifat spontanitas dan revolusioner. Sarekat Islam juga
terlibat dalam aksi pemogokan bersama kaum buruh dengan mendengung-dengungk an
jargon bahwa kekuasaan berada di tangan petani miskin, kekuasaan berada di
tangan proletar. Sarekat Islam juga menerapkan cara dan strategi yang sama
dengan kaum komunis. Sarekat Islam memiliki perjuangan yang sama dengan
komunisme yaitu melawan imperialisme- kapitalisme untuk kemerdekaan bangsa.
Beberapa faktor yang mendasari radikalisasi massa dan organisasi dalam tubuh SI
diakibatkan oleh faktor kemiskinan masyarakat yang begitu akut sebagai
konsekuensi kolonialisasi. Terutama semakin terasa setelah Pemerintah Hindia
Belanda merubah sistem penjajahan dari VOC menjadi sistem liberal.
Kedua janji Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum pada tahun 1917 untuk
membentuk Dewan Rakyat (Volksraad) dan hal ini mengecewakan para tokoh
pergerakan mengingat yang mereka inginkan adalah sebuah dewan legislatif yang
sesungguhnya dan tidak hanya bersifat sebagai penasehat kekuasaan.
Ketiga, mengenai adanya pembentukan milisi bumiputera yang oleh Sneevliet dan
Cipto Mangunkusumo menuduh hal tersebut sebagai upaya menjadikan milisi
bumiputera sebagai umpan peluru dan perisai, sebatas untuk mempertahankan
kepentingan Belanda.
Faktor keempat yakni selain faktor nasional juga disebabkan faktor lokal
seperti wabah pes yang menyerang Semarang akibatnya buruknya perumahan dan
lingkungan tempat rakyat kecil tingga. Kondisi ini diperparah oleh buruknya
gizi masyarakat yang kurang makan, dika