[ppiindia] Tidak Semua Penyakit Ada Dibuku

2006-08-14 Terurut Topik agussyafii
Tidak Semua Penyakit Ada Dibuku 

Begitulah seorang teman yang berprofesi sebagai dokter. Dia 
bercerita bahwa dirinya pernah dibuat pusing menangani pasien yang 
sudah 40 hari koma pasca operasi, tak sadarkan diri. Semua bukunya 
dibuka kembali. Semua profesor diberbagai bidang penyakit diajaknya 
konsultasi. Namun tak juga ketemu jawabannya.

Sampai suatu ketika dia melihat seorang ibu tua menengok sang 
pasien. Tak selang lama beberapa hari pasiennya siuman dari koma, 
terdasarkan diri dan tak lama kesehatannya berangsur pulih. Dokter 
tersebut keheranan, bagaimana mungkin dari tak sadarkan diri selama 
40 hari bisa pulih kurang dari satu minggu hanya karena ditengok 
seorang ibu tua.

Dia beranikan diri bertanya pada istri pasien yang waktu itu 
menungguinya. Kata istrinya, ibu tua itu adalah ibu sang pasien. 
Sewaktu menengok itu ibunya berkata bahwa dirinya hari ini sudah 
memaafkan semua kesalahan anaknya. Setelah ibunya pergi, suaminya 
mulai sadarkan diri.

Wassalam,
agussyafii
http://agussyafii.blogspot.com





***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




RE: [ppiindia] Tidak Semua Penyakit Ada Dibuku

2006-08-14 Terurut Topik Listy
 
kisah ini sedikit mirip..:)
 
 
-Original Message-




 

 ?xml:namespace prefix = o ns = urn:schemas-microsoft-com:office:office /

?xml:namespace prefix = st1 ns = urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags 
/14/04/2006 17:38 
Ibu, I Miss You So Much 
Jamil Azzaini -  
http://www.detikportal.com/index.php?fuseaction=detik.partneridpartner=104nmpartner=Kubik%20Leadershiptahun=2006bulan=04tgl=21
 Kubik Leadership 



Jakarta , Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang 
kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan 
energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan 
pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka 
kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya 
menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003. 

Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di 
Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang 
diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu 
pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli 
kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor. 

Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata, 
Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu. Sayapun menjawab 
Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan setiap pagi saya membeli berbagai 
macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya Dokter itu menjawab 
Karena obat yang ini mahal Pak Jamil. Memang harganya berapa dok? Tanya 
saya. Dokter itu dengan mantap menjawab Dua belas juta rupiah sekali suntik. 
Haahh 12 juta rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok? Dokter itu 
menjawab, Sehari tiga kali suntik pak Jamil. 

Setelah menarik napas panjang saya berkata, Berarti satu hari tiga puluh enam 
juta, dok? Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar 
saya berkata, Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, 
sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar penyakit istri saya 
segera ditemukan. Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami 
telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa 
kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena 
istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi 
tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak. jawab dokter. 

Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. 
Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, Ya Allah Ya Tuhanku... aku mengerti 
bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap 
kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa 
setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... 
gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan 
sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan 
pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu 
bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun 
mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. 
Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau 
mengatur milyaran planet di jagat raya ini. 

Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian 
puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin 
papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per 
bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 
125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya 
gunakan untuk jajan. 

Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, 
Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku kualat... Uang itu 
sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya 
hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang mengambil uang itu. 

Usai berdoa saya merenung, Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang 
Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh 
keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini 
karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki 
itu. Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu 
saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan 
kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya Bu, apakah ibu 
ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa 
puluh tahun yang lalu? 

Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu 
sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang 
ngambil, jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban