[ppiindia] Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional Dalam Pendidikan

2006-08-08 Terurut Topik Ambon
  http://www.antara.co.id/seenws/?id=39666

Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional Dalam Pendidikan


Jakarta (ANTARA News) - Dulu ada perasaan di Jawa semua pintar, tapi kan di 
Jawa tak semua tinggal di Cikini, dan tak semua sekolahnya baik. Kkenapa mesti 
dibedakan dengan di Ambon dan NTT. Akibatnya terjadi pembodohan nasional, kata 
Wakil Presiden M. Jusuf Kalla.

Hal itu, menurut Wapres dalam Rapat Kerja Nasional di kantornya, lantaran tidak 
adanya ketegasan dalam penentuan keluluan atau kenaikan kelas, sehingga 
mengakibatkan terjadinya pembodohan nasional dan terdesain secara resmi bahwa 
siswa sekolah luar Jawa harus lebih bodoh daripada di Jawa.

Ia pun mencontohkan, pada zaman dulu jika angka kelulusan di Daerah Khusus 
Ibukota (DKI) Jakarta enam, maka di luar Jawa, seperti Bengkulu dan sebagainya 
angka empat akan didongkrak dua poin sehingga menjadi enam.

Artinya, terdesain secara resmi bahwa anda di daerah harus lebih bodoh, dan 
boleh lebih bodoh daripada di DKI. Di sinilah telah terjadi 
pembodohan-pembodohan, karena kita punya pengalaman mengasihani daerah dalam 
arti kata memperbodoh daerah, setiap kita kasihani daerah secara prinsip, 
artinya kita kasih bodoh daerah, katanya.

Akibatnya, tambah Wapres, saat ini terjadi kesulitan bagi siswa-siswa luar Jawa 
untuk bisa masuk ke perguruan tinggi favorit, seperti Universitas Indonesia 
(UI) dan Istitut Teknologi Bandung (ITB), bahkan ke Akademi Militer (Akmil) 
serta Akademi Kepolisian (Akpol).

Bahkan, sekarang ini sulit mencari jenderal dari Timur, seperti Ambon, Papua 
dan sebagainya sudah susah. Di situlah NKRI ini akan mulai pecah apabila 
SDM-nya berbeda-beda, karena ekonomi akan rendah, karena suatu daerah SDM-nya 
rendah, kata Wapres.

Oleh karena itulah, menurut Wapres, pemerintah saat ini mengambil sikap tegas 
dalam pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) yang dilakukan guna meningkatkan 
mutu pendidikan melalui standar nasional.

Pemerintah pusat di era otonomi daerah saat ini hanya tinggal melaksanakan tiga 
fungsi, yakni mejalankan norma, prosedur dan melakukan standar nasional.

Kenapa ujian nasional? Karena, pemerintah harus punya standar nasional, negara 
harus punya standar, tegas Wapres.

Dulu, kata Wapres, semua murid akan lulus, dan akan naik kelas, sehingga 
membuat siswa tidak mau belajar keras lantaran toh semua akan lulus, sehingga 
kebijakan tersebut harus dihentikan.

Hentikan itu semua, kita harus tegas dalam pendidikan, yang lulus ya lulus, 
yang nggak lulus ya nggak lulus, kalau tidak kita akan kalah terus, kata Kalla.

Kebijakan tersebut, tambahnya, dilakukan agar anak didik terbiasa untuk mau 
belajar lebih keras, dan peserta didik saat ini harus diperkuat rasa malu untuk 
tidak lulus atau tidak naik, sehingga membuatnya menjadi lebih keras belajar.

Wapres juga membandingkan angka kelulusan yang ada di Malaysia yang berada pada 
angka enam dan di Singapura lebih tinggi pada angka delapan, sedangkan untuk 
Indonesia saat ini baru mencapai 4,3.

Kita selama sekian puluh tahun, terjadi kayak orang lompat tinggi, kalau ada 
orang tak bisa lompat, maka galahnya yang diturunkan, jadi makin turun. Di 
Singapura galahnya yang dinaikkan terus pelan-pelan, kata Wapres, sambil 
memeragakan tangannya naik turun.

Karena itu pula, Wapres menambahkan, kebijakan UAN akan tetap dilakukan dengan 
tegas tanpa ada perbedaan-perbedaan di setiap daerah. (*)


COPYRIGHT © 2006 ANTARA

8 Agustus 2006 16:2

 Kirim   Cetak


[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional dalam Pendidikan

2006-08-08 Terurut Topik Ambon
refleksi:Apakah yang dikatakan Wakil presiden  bahwa sekarang tidak terjadi 
pembodohan bila dibandingkan dengan masa dulu adalah benar?


HARIAN ANALISA
Edisi Rabu, 9 Agustus 2006 

Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional dalam Pendidikan 

Jakarta, (Analisa) 

Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan, tidak adanya ketegasan dalam penentuan 
kelulusan atau kenaikan kelas pada masa lalu mengakibatkan terjadinya 
pembodohan nasional dan terdesain secara resmi bahwa siswa sekolah luar Jawa 
harus lebih bodoh daripada di Jawa. 

Dulu ada perasaan di Jawa semua pintar, tapi kan di Jawa tak semua tinggal di 
Cikini dan tak semua sekolahnya baik, kenapa mesti dibedakan dengan di Ambon 
dan NTT. Akibatnya terjadi pembodohan nasional, kata Wapres M Jusuf Kalla saat 
pidato pada Rakornas Pendidikan di kantor Wapres, Jakarta, Selasa (8/8). 

Wapres mencontohkan pada zaman dulu, jika angka kelulusan di DKI Jakarta enam, 
maka di luar Jawa seperti Bengkulu dan sebagainya angka empat akan didongkrak 
dua point sehingga menjadi enam. 

Artinya terdesain secara resmi bahwa anda di daerah harus lebih bodoh, dan 
boleh lebih bodoh daripada di DKI. Di sinilah telah terjadi 
pembodohan-pembodohan, karena kita punya pengalaman mengasihani daerah dalam 
artikata memperbodoh daerah, setiap kita kasihani daerah secara prinsip artinya 
kita kasih bodoh daerah, kata Jusuf Kalla. 

Akibatnya, tambah Wapres, saat ini terjadi kesulitan bagi siswa-siswa luar Jawa 
untuk bisa masuk ke perguruan tinggi favorit seperti Universitas Indonesia (UI) 
dan Istitute Teknologi Bandung (ITB) bahkan termasuk untuk Akmil atau Akpol. 

Bahkan sekarang ini sulit mencari jenderal dari Timur, seperti Ambon, Papua 
dan sebaginya sudah susah. Di situlah NKRI ini akan mulai pecah apabila SDM-nya 
berbeda-beda. Karena ekonomi akan rendah karena suatu daerah SDM-nya rendah, 
kata Wapres serius. 

Karena itulah, tambah Wapres, pemerintah sekarang mengambil sikap tegas dalam 
pelaksanaan ujian akhir nasional (UAN). Menurut Wapres, UAN dilakukan guna 
meningkatkan mutu pendidikan melalui standar nasional. Menurut Wapres, 
pemerintah pusat di era otonomi daerah saat ini hanya tinggal melaksanakan tiga 
fungsi yakni menjalankan norma, prosedur dan melakukan standar nasional. 

Kenapa ujian nasional, karena pemerintah harus punya standar nasional, negara 
harus punya standar, kata Wapres. 

Dulu, tambah Wapres, semua murid akan lulus, dan akan naik kelas karena itu 
membuat siswa tidak mau belajar keras karena toh semua akan lulus. Karena 
itulah, tambah Wapres, kebijakan tersebut harus dihentikan. 

Hentikan itu semua, kita harus tegas dalam pendidikan, yang lulus ya... lulus, 
yang nggak lulus ya... nggak lulus,... kalau tidak kita akan kalah terus, kata 
Kalla. 

Kebijakan tersebut, tambahnya, dilakukan agar anak didik terbiasa untuk mau 
belajar lebih keras. Menurut Wapres, peserta didik saat ini harus diperkuat 
rasa malu untuk tidak lulus atau tidak naik, sehingga membuat siswa jadi lebih 
keras belajar. 

Wapres juga membandingkan angka kelulusan yang ada di Malaysia yang berada pada 
angka enam dan di Singapura lebih tinggi pada angka delapan. Sedangkan untuk 
Indonesia saat ini, tambahnya baru mencapai 4,3. 

Kita selama sekian puluh tahun, terjadi kayak orang lompat tinggi, kalau ada 
orang tak bisa lompat, maka galahnya yang diturunkan, jadi makin turun. Di 
Singapura galahnya yang dinaikkan terus pelan-pelan, kata Wapres sambil 
memperagakan tangannya naik turun. 

Karena itu, tambahnya, kebijakan UAN akan tetap dilakukan dengan tegas tanpa 
ada perbedaan-perbedaan di setiap daerah. (Ant) 



[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional dalam Pendidikan

2006-08-08 Terurut Topik Taruna Ikrar
Mantap Daeng Yusuf, Maju terus,
  Gambare...he..he..he
  Taruna

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
  refleksi: Apakah yang dikatakan Wakil presiden bahwa sekarang tidak 
terjadi pembodohan bila dibandingkan dengan masa dulu adalah benar?

HARIAN ANALISA
Edisi Rabu, 9 Agustus 2006 

Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional dalam Pendidikan 

Jakarta, (Analisa) 

Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan, tidak adanya ketegasan dalam penentuan 
kelulusan atau kenaikan kelas pada masa lalu mengakibatkan terjadinya 
pembodohan nasional dan terdesain secara resmi bahwa siswa sekolah luar Jawa 
harus lebih bodoh daripada di Jawa. 

Dulu ada perasaan di Jawa semua pintar, tapi kan di Jawa tak semua tinggal di 
Cikini dan tak semua sekolahnya baik, kenapa mesti dibedakan dengan di Ambon 
dan NTT. Akibatnya terjadi pembodohan nasional, kata Wapres M Jusuf Kalla saat 
pidato pada Rakornas Pendidikan di kantor Wapres, Jakarta, Selasa (8/8). 

Wapres mencontohkan pada zaman dulu, jika angka kelulusan di DKI Jakarta enam, 
maka di luar Jawa seperti Bengkulu dan sebagainya angka empat akan didongkrak 
dua point sehingga menjadi enam. 

Artinya terdesain secara resmi bahwa anda di daerah harus lebih bodoh, dan 
boleh lebih bodoh daripada di DKI. Di sinilah telah terjadi 
pembodohan-pembodohan, karena kita punya pengalaman mengasihani daerah dalam 
artikata memperbodoh daerah, setiap kita kasihani daerah secara prinsip artinya 
kita kasih bodoh daerah, kata Jusuf Kalla. 

Akibatnya, tambah Wapres, saat ini terjadi kesulitan bagi siswa-siswa luar Jawa 
untuk bisa masuk ke perguruan tinggi favorit seperti Universitas Indonesia (UI) 
dan Istitute Teknologi Bandung (ITB) bahkan termasuk untuk Akmil atau Akpol. 

Bahkan sekarang ini sulit mencari jenderal dari Timur, seperti Ambon, Papua 
dan sebaginya sudah susah. Di situlah NKRI ini akan mulai pecah apabila SDM-nya 
berbeda-beda. Karena ekonomi akan rendah karena suatu daerah SDM-nya rendah, 
kata Wapres serius. 

Karena itulah, tambah Wapres, pemerintah sekarang mengambil sikap tegas dalam 
pelaksanaan ujian akhir nasional (UAN). Menurut Wapres, UAN dilakukan guna 
meningkatkan mutu pendidikan melalui standar nasional. Menurut Wapres, 
pemerintah pusat di era otonomi daerah saat ini hanya tinggal melaksanakan tiga 
fungsi yakni menjalankan norma, prosedur dan melakukan standar nasional. 

Kenapa ujian nasional, karena pemerintah harus punya standar nasional, negara 
harus punya standar, kata Wapres. 

Dulu, tambah Wapres, semua murid akan lulus, dan akan naik kelas karena itu 
membuat siswa tidak mau belajar keras karena toh semua akan lulus. Karena 
itulah, tambah Wapres, kebijakan tersebut harus dihentikan. 

Hentikan itu semua, kita harus tegas dalam pendidikan, yang lulus ya... lulus, 
yang nggak lulus ya... nggak lulus,... kalau tidak kita akan kalah terus, kata 
Kalla. 

Kebijakan tersebut, tambahnya, dilakukan agar anak didik terbiasa untuk mau 
belajar lebih keras. Menurut Wapres, peserta didik saat ini harus diperkuat 
rasa malu untuk tidak lulus atau tidak naik, sehingga membuat siswa jadi lebih 
keras belajar. 

Wapres juga membandingkan angka kelulusan yang ada di Malaysia yang berada pada 
angka enam dan di Singapura lebih tinggi pada angka delapan. Sedangkan untuk 
Indonesia saat ini, tambahnya baru mencapai 4,3. 

Kita selama sekian puluh tahun, terjadi kayak orang lompat tinggi, kalau ada 
orang tak bisa lompat, maka galahnya yang diturunkan, jadi makin turun. Di 
Singapura galahnya yang dinaikkan terus pelan-pelan, kata Wapres sambil 
memperagakan tangannya naik turun. 

Karena itu, tambahnya, kebijakan UAN akan tetap dilakukan dengan tegas tanpa 
ada perbedaan-perbedaan di setiap daerah. (Ant) 

[Non-text portions of this message have been removed]



 


Taruna Ikrar, MD
Founder  CFIS (Center For  Interregional  Study)
Address:
Departement of Cardiology
Faculty of Medicine, Niigata University,
Asahimachi 1-754, Niigata 51-8510,
JAPAN
Phone: +81-(25)-227-2183, Fax: +81-(25)-227-0774
 
 






 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To 

Re: [ppiindia] Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional dalam Pendidikan

2006-08-08 Terurut Topik Yohanis Komboi
Mantaf memang mas Ikrar pak Wapres kita. Kali ini dia menyentuh hal yg benar
dan mengomentari secara benar pula. He deserves keplok saudarasaudara...

Dan begitulah seharusnya. Kita dukung (dengan keplok) pejabat publik
manakala mereka melakukan sesuatu yang benar. Sementara itu kita siap pula
memaki mereka kalau mereka melakukan kesalahan atau bahkan sekedar tidak
perform.

yk

On 8/9/06, Taruna Ikrar [EMAIL PROTECTED] wrote:

Mantap Daeng Yusuf, Maju terus,
 Gambare...he..he..he
 Taruna

 Ambon [EMAIL PROTECTED] sea%40swipnet.se wrote:
 refleksi: Apakah yang dikatakan Wakil presiden bahwa sekarang tidak
 terjadi pembodohan bila dibandingkan dengan masa dulu adalah benar?

 HARIAN ANALISA
 Edisi Rabu, 9 Agustus 2006

 Wapres: Dulu Terjadi Pembodohan Nasional dalam Pendidikan

 Jakarta, (Analisa)

 Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan, tidak adanya ketegasan dalam
 penentuan kelulusan atau kenaikan kelas pada masa lalu mengakibatkan
 terjadinya pembodohan nasional dan terdesain secara resmi bahwa siswa
 sekolah luar Jawa harus lebih bodoh daripada di Jawa.

 Dulu ada perasaan di Jawa semua pintar, tapi kan di Jawa tak semua
 tinggal di Cikini dan tak semua sekolahnya baik, kenapa mesti dibedakan
 dengan di Ambon dan NTT. Akibatnya terjadi pembodohan nasional, kata Wapres
 M Jusuf Kalla saat pidato pada Rakornas Pendidikan di kantor Wapres,
 Jakarta, Selasa (8/8).

 Wapres mencontohkan pada zaman dulu, jika angka kelulusan di DKI Jakarta
 enam, maka di luar Jawa seperti Bengkulu dan sebagainya angka empat akan
 didongkrak dua point sehingga menjadi enam.

 Artinya terdesain secara resmi bahwa anda di daerah harus lebih bodoh,
 dan boleh lebih bodoh daripada di DKI. Di sinilah telah terjadi
 pembodohan-pembodohan, karena kita punya pengalaman mengasihani daerah dalam
 artikata memperbodoh daerah, setiap kita kasihani daerah secara prinsip
 artinya kita kasih bodoh daerah, kata Jusuf Kalla.

 Akibatnya, tambah Wapres, saat ini terjadi kesulitan bagi siswa-siswa luar
 Jawa untuk bisa masuk ke perguruan tinggi favorit seperti Universitas
 Indonesia (UI) dan Istitute Teknologi Bandung (ITB) bahkan termasuk untuk
 Akmil atau Akpol.

 Bahkan sekarang ini sulit mencari jenderal dari Timur, seperti Ambon,
 Papua dan sebaginya sudah susah. Di situlah NKRI ini akan mulai pecah
 apabila SDM-nya berbeda-beda. Karena ekonomi akan rendah karena suatu daerah
 SDM-nya rendah, kata Wapres serius.

 Karena itulah, tambah Wapres, pemerintah sekarang mengambil sikap tegas
 dalam pelaksanaan ujian akhir nasional (UAN). Menurut Wapres, UAN dilakukan
 guna meningkatkan mutu pendidikan melalui standar nasional. Menurut Wapres,
 pemerintah pusat di era otonomi daerah saat ini hanya tinggal melaksanakan
 tiga fungsi yakni menjalankan norma, prosedur dan melakukan standar
 nasional.

 Kenapa ujian nasional, karena pemerintah harus punya standar nasional,
 negara harus punya standar, kata Wapres.

 Dulu, tambah Wapres, semua murid akan lulus, dan akan naik kelas karena
 itu membuat siswa tidak mau belajar keras karena toh semua akan lulus.
 Karena itulah, tambah Wapres, kebijakan tersebut harus dihentikan.

 Hentikan itu semua, kita harus tegas dalam pendidikan, yang lulus ya...
 lulus, yang nggak lulus ya... nggak lulus,... kalau tidak kita akan kalah
 terus, kata Kalla.

 Kebijakan tersebut, tambahnya, dilakukan agar anak didik terbiasa untuk
 mau belajar lebih keras. Menurut Wapres, peserta didik saat ini harus
 diperkuat rasa malu untuk tidak lulus atau tidak naik, sehingga membuat
 siswa jadi lebih keras belajar.

 Wapres juga membandingkan angka kelulusan yang ada di Malaysia yang berada
 pada angka enam dan di Singapura lebih tinggi pada angka delapan. Sedangkan
 untuk Indonesia saat ini, tambahnya baru mencapai 4,3.

 Kita selama sekian puluh tahun, terjadi kayak orang lompat tinggi, kalau
 ada orang tak bisa lompat, maka galahnya yang diturunkan, jadi makin turun.
 Di Singapura galahnya yang dinaikkan terus pelan-pelan, kata Wapres sambil
 memperagakan tangannya naik turun.

 Karena itu, tambahnya, kebijakan UAN akan tetap dilakukan dengan tegas
 tanpa ada perbedaan-perbedaan di setiap daerah. (Ant)

 [Non-text portions of this message have been removed]

 Taruna Ikrar, MD
 Founder CFIS (Center For Interregional Study)
 Address:
 Departement of Cardiology
 Faculty of Medicine, Niigata University,
 Asahimachi 1-754, Niigata 51-8510,
 JAPAN
 Phone: +81-(25)-227-2183, Fax: +81-(25)-227-0774
 .

 



[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg