[ppiindia] Waspadalah

2010-02-17 Terurut Topik heri latief
Waspadalah

mimpinya jauh di sana 
menggali kata sajak memori
rindu ombak laut selatan

terbakar mimpinya hangus
kemana lagi hayalan dicuci
riwayat hujan dingin bersalju

jurang pemisah tajam berduri
dunia materi jual harga diri
ribuan slogan tanpa kejadian

melaju waktu sonder permisi
sisa kenekatan tadi pagi
terbuai rayuan kerlip berlian

lantang swara tukang obat
penyakitnya berasal dari atas
perlu operasi bypass?!

pastikan semua oke boss
kemana dicari keberanian
di balik dompet kulit buaya

yang dijanjikan bisik angin
badai menuai kebingungan
waspadalah, jangan lengah

Amsterdam, 17/02/2010


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Waspadalah ... waspadalah

2007-05-04 Terurut Topik Donald USE Taralia
Masih saja cara-cara tak terpuji dipakai oleh sebagian orang untuk memengaruhi 
keimanan orang lain. Waspadalah ... waspadalah!



Jumat, 04 Mei 2007  16:03:00
   Depag Duga Penyisipan Injil dalam Alquran Ada Unsur 
Kesengajaan
  http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=291970&kat_id=23
  Jombang-RoL-- Kepala Kantor Departemen Agama (Depag) 
Kabupaten Jombang, Warsito Hadi, menduga, penyisipan lembaran Kitab Injil dalam 
dua Mushaf Alquran ada unsur kesengajaan.
 
 "Tidak mungkin dalam sebuah Mushaf Alquran ada sisipan Kitab Injil kalau tidak 
disengaja," katanya di Jombang, Jawa Timur, Jumat (4/5).
 
 Sekilas Mushaf Alquran itu seperti Alquran biasanya, namun jika setiap 
halamannya diteliti satu-persatu akan terdapat selembar tulisan latin berbahasa 
Indonesia berisi nukilan Kitab Injil.
 
 Dua buah mushaf yang dicetak oleh PT Maqbul Jaya Surabaya pada tahun 1994 itu, 
ditemukan Taufiq, guru Taman Pendidikan Alquran Syubbanul Khoir, Desa Pojok 
Kulon, Kesamben, Jombang pada 7 April lalu.
 
 "Sampai sekarang, dua mushaf ini berada di kantor kami, untuk selanjutnya akan 
kami kirimkan ke Kanwil Depag Jatim," kata Warsito Hadi.
 
 Selain itu, Depag juga telah melaporkan temuan itu kepada pihak kepolisian 
setempat untuk diselidiki lebih lanjut. Namun demikian, sampai sekarang belum 
ada tindakan apapun dari pihak kepolisian mengenai temuan yang dapat meresahkan 
Umat Islam itu.
 
 "Walau begitu, kami meminta kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk tetap 
tenang dan tidak terpengaruh dengan masalah ini," ucapnya mengingatkan.
 
 Sedang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jombang, KH Syamsul Huda 
menyatakan, hal itu sebagai bentuk penodaan terhadap agama Islam.
 
 "Oleh sebab itu, kami meminta agar aparat keamanan mengusut tuntas kasus ini 
dan menindak tegas pelakunya," ujarnya.
 
 Sementara itu, puluhan anggota Barisan Serba Guna Anshor (Banser) 
berancang-ancang menggelar aksi unjuk rasa menyikapi permasalahan tersebut.
 
 Namun, hingga berita ini diturunkan belum ada tanda-tanda massa onderbouw NU 
itu, turun ke jalan. antara


 
-
8:00? 8:25? 8:40?  Find a flick in no time
 with theYahoo! Search movie showtime shortcut.

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Waspadalah!!! Waspadalah!!

2006-06-02 Terurut Topik Alvin Daniel



sebuah analisis yg CERDAS sekali dari media sektarian 
dibawah ini...
silahkan menikmati...




Bangkitnya Komunis Berjubah Islam

Irfan S Awwas
Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Republika, 2 Juni 2006

Kini penganut paham komunis di Indonesia, semakin berani 
tampil vulgar. Namun,
tentu saja, mereka tidak punya nyali tampil telanjang sambil 
mengusung ideologi
komunis, karena mereka tahu, akan segera dilibas oleh 
kekuatan Islam. Mereka
menggunakan siasat lain, yaitu melakukan pola mimikri 
(menyamar) dengan
mengenakan jubah Islam.
Kader-kader neo-PKI banyak yang masuk ke perguruan tinggi 
Islam semacam IAIN
atau UIN. Dari dalam, mereka mengacak-acak Islam, 
melakukan pembusukan ideologi
dengan dalih liberalisasi dan pembaharuan pemikiran Islam. 
Padahal, sesungguhnya
mereka membawa misi de-Islamisasi (pendangkalan aqidah) 
dan pemurtadan. Yang
terjebak ke dalam barisan ini, tidak saja mereka yang berstatus 
mahasiswa,
tetapi juga dosen bahkan pimpinan PT tersebut.

Oleh karena itu, wajar saja bila dari perguruan tinggi Islam 
seperti itu lahir
seruan untuk "bertakbir" dengan lafaz anjinghu akbar dan 
berbagai kesesatan
lainnya seperti pernyataan 'kawasan bebas tuhan' dan 'tuhan 
telah mati'. Bahkan,
ada dosen yang karena berpendirian bahwa Alquran (secara 
fisik) adalah makhluk,
maka tidak apa-apa bila diinjak-injak. Lafaz Allah yang ditulisnya 
sendiri di
atas secarik kertas, kemudian diinjak-injak adalah bukan 
apa-apa.

Jika pelecehan demikian dilakukan terhadap kalam Allah, 
apakah dosen itu juga
berani menginjak-injak bendera merah putih, yang juga makhluk 
ciptaan makhluk,
namun diposisikan sebagai lambang negara? Pasti si dosen 
akan dicokok aparat
berwenang. Apakah dosen itu juga berani menuliskan nama 
presiden RI di atas
secarik kertas, kemudian menginjak-injaknya di depan umum? 
Pasti ia tidak
berani, karena selain dipecat ia juga akan dibekuk aparat 
dengan tuduhan
subversi atau teroris.


Neo-PKI tidak saja masuk ke dalam Perguruan Tinggi Islam, 
bahkan sudah sejak
lama mereka menyusup ke dalam ormas Islam, dengan tampil 
sebagai generasi muda
Islam yang melawan kejumudan (kebekuan) berpikir, 
mengusung liberalisme, dan
inklusifisme. Mereka tidak akan berani tampil dengan wajah 
aslinya, sehingga
umat Islam sering terkecoh, dan tidak secara langsung 
melibasnya. Bisa karena
alasan aqidah, sesama Muslim dilarang saling memusuhi. 
Atau, alasan politis,
tidaklah etis bertengkar sesama ormas Islam. Selain 
berpenampilan sebagai
pemikir, mereka juga masuk ke laskar-laskar ormas Islam.
Maka, tidaklah mengherankan bila kemudian dari ormas Islam 
seperti itu, mencuat
seruan dan tuntutan untuk membubarkan lembaga Islam 
lainnya. Ini, mengingatkan
kita pada gaya PKI di zaman Soekarno dulu. Ketika itu, PKI 
sangat gencar
mendesak Bung Karno untuk membubarkan Masyumi dan HMI 
yang dianggapnya tidak
sejalan dengan jiwa revolusioner Bung Karno.

Aliansi dan konspirasi

Selain melakukan mimikri dengan mengenakan jubah Islam, 
mereka juga membangun
aliansi dan konspirasi dengan tokoh atau elemen yang 
mengaku Islam, seperti
Islam liberal, Islam moderat, maupun Islam warna-warni. Tema 
kebencian terhadap
Islam dan umat Islam, disebarkan melalui cara penertrasi 
gerakan, termasuk
melakukan hasutan dan adu domba di antara umat Islam.

Terhadap gerakan yang secara ideologis memiliki identitas 
Islam mereka beri
label fundamentalis, Islam garis keras, dan yang paling baru 
preman berjubah.
Sekalipun mereka berusaha menutupi identitas aslinya, dengan 
bersembunyi di
balik jubah Islam, namun ciri-cirinya mudah dikenali, karena 
mereka tampil
dengan gaya dan format lama, persis gaya PKI di masa orde 
lama.

Istilah preman berjubah pertamakali dipopulerkan Ahmad Syafii 
Maarif, dalam
salah satu stasiun TV dalam rangka memperingati sewindu 
reformasi. Hadir dalam
dialog tersebut antara lain Akbar Tanjung, Wiranto, Buyung 
Nasution. Ketika itu
Syafii mengatakan --kalimat ini tidak terlalu persis: "Pada 2030 
nanti Pancasila
sebagai karya brilian Bung Karno harus sukses diamalkan, 
karena sekarang
penentang Pancasila sudah tidak ada lagi setelah para preman 
berjubah kehilangan
energi".

Bila istilah ini dilabelkan pada gerakan Islam yang bertujuan 
mengamalkan
syariat Islam, tegas memberantas kemungkaran, jelas bukan 
ucapan manusia
beradab. Sebab, para tokoh pejuang mengusir penjajah 
Belanda seperti Pangeran
Diponegoro, Pangeran Antasari, Pangeran Hasanuddin, tampil 
mengenakan sorban dan
jubah. Begitu pula Imam Bonjol, Syeikh Ahmad Syurkati, Teuku 
Umar, KH Syeikh
Hasyim Asyari, mereka semua berpakaian jubah. Jangan lupa, 
Panglima Besar
Soedirman selama masa gerilya mengenakan overcoat yang 
oleh pengikutnya disebut
jubah. Nah, bagaimana Ahmad Syafi Maarif menilai dan 
memposisikan orang besar
seperti itu?

Contoh kasus

Sikap biadab yang sama, ternyata diwarisi juga oleh seseorang 
yang mengklaim
diri kelompok Aliansi Anti Kekerasan, Taufiq, dan artis Rieke 
Dyah Pitaloka.
Dalam dialog di Metro TV de