[ppiindia] siklus

2009-08-07 Thread heri latief
kematian puisi adalah
proses yg dimulai dari kelahiran, impian manusia berlayar ke langit,
ketemu segala yg telah membatu dan melayang bersama secawan arak
wangi...

http://herilatief.wordpress.com/
http://akarrumputliar.wordpress.com/
http://sastrapembebasan.wordpress.com/





  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] siklus tak bertepi

2006-05-15 Thread sangumang kusni



SIKLUS TAK BERTEPI
   
  [In lmemoriam Basef]
   
   
  pada dengung bamba*] menghilir dan menghulu
  di angin hutan menjenguk kampung demi kampung
  kutundukkan kepala menghimpun segala kenang 
  liku demi liku tanjung rantau dilalui seketika terbayang
  dan kau seperti yang lain masih saja seperti sediakala setia pada diri
  hatiku saja yang pilu mengucap hormat dan adieu  
   
  pada dengung bamba menghilir dan menghulu 
  kulihat senja tumbang satu satu 
  malam  pongah menunggu 
  sedangkan diri makin terbakar 
  seakan harapan tak lain dari kesia-siaan di negeri kian galau
  di ujung tanduk
   
  mimpi itu api 
  kita kayu bakarnya
  patut siap jadi abu
  tapi mimpi itu  pun phoenix
  bersayap perkasa
  bangkit dari abu mati 
   
  pada dengung bamba menghilir dan menghulu
  aku menundukkan kepala kepadamu
  seperti siapa saja yang tak menyerah
  dengan kematian membakar malam di tanur mimpi 
  langit pun tahu menjaga warna panji di rentang pelangi
  pada kerlip bintang cahaya bulan dan matahari
   
  kematian jadinya
  bukan akhir segala
  siklus  jalan pemimpi
  tak bertepi
   
  Paris, Mei 2006.
  -
  JJ. Kusni 

    
-
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Movies - Search movie info and celeb profiles and photos.

[Non-text portions of this message have been removed]







***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]






  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "ppiindia" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[ppiindia] Siklus Otoritarianisme Dunia Ketiga

2004-05-13 Thread Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/14/opini/1024944.htm

  Jumat, 14 Mei 2004  
 
 
 

  Siklus Otoritarianisme Dunia Ketiga 


  Oleh A Eby Hara

  NEGARA-negara demokrasi baru di Eropa Timur dan Asia selalu mengalami gejolak 
sebelum mencapai tingkat kematangan demokrasi. Selain krisis pemerintahan karena 
aturan kelembagaan yang belum dihargai bersama, muncul fenomena menguatnya kembali 
kekuatan lama yang telah berganti warna dalam politik negara-negara itu.

  Meski demikian, naiknya Partai Komunis atau mantan tokoh komunis seperti di 
Rusia (Presiden Vladimir Putin), Hongaria (PM Peter Medgyessy), Slowakia (Presiden 
Rudolph Schuster), dan Serbia ke pucuk pemerintahan tak mengubah sistem demokrasi yang 
belum lama berjalan. Tampaknya sistem demokrasi telah diterima luas, termasuk Partai 
Komunis yang sebelumnya menerapkan sistem totaliter dalam pemerintahan.

  FENOMENA ini sedikit berbeda di negara dengan tradisi rezim militer. Di 
Pakistan, rezim militer yang dianggap sudah anakronis ternyata kembali berkuasa 
melalui kudeta terhadap pemerintahan sipil. Di Myanmar, rezim militer tetap bertahan 
hingga kini meski diisolasi negara-negara Barat. Di Thailand, baru beberapa tahun ini 
rezim pemerintahan sipil berkuasa cukup lama. Sebelumnya, Thailand terkenal dengan 
jatuh bangunnya pemerintahan karena kudeta. Godaan bagi militer untuk kembali ke 
pemerintahan mungkin masih besar di Thailand, tetapi sejalan dengan menguatnya 
pemerintahan sipil, kemungkinan kudeta militer makin kecil. Korea Selatan juga pernah 
dipegang penguasa militer, namun transisi ke pemerintahan sipil berjalan lancar.

  Mengikuti fenomena di Eropa Timur, Indonesia juga tidak memerlukan waktu cukup 
lama bagi kembalinya kekuatan-kekuatan lama ke pemerintahan. Reformasi tidak mengubah 
secara mendasar komposisi kekuatan partai politik maupun struktur dan hierarki sosial 
di masyarakat. Maka, tidak mengherankan bila kekuatan lama yang punya jaringan kuat 
tinggal menunggu waktu untuk kembali berkuasa.

  Namun, berbeda dengan fenomena rezim-rezim militer yang merebut kembali 
kekuasaan lewat kudeta seperti di Pakistan, Myanmar, atau Thailand sepuluh tahun lalu, 
konsolidasi kekuasaan militer meski lewat para purnawirawan, di Indonesia dilakukan 
dengan melebur pada sistem dan mekanisme politik baru.

  Fenomena masuknya militer ke politik seperti di Indonesia, meski bukan 
satu-satunya di dunia, kurang kondusif bagi perkembangan demokrasi. Seperti di Eropa 
Timur, diharapkan lembaga demokrasi akan tetap dipertahankan siapa pun yang berkuasa. 
Namun, masyarakat tidak dapat menyembunyikan kekhawatiran tentang munculnya kembali 
otoritarianisme, yang kalau tidak dimotivasi oleh faktor internal pada diri militer, 
bisa dipercepat oleh faktor eksternal yang mendorong peran militer lebih besar.

  SIKLUS otoritarianisme demikian sudah diingatkan Samuel Huntington dan Joan 
Nelson lebih dari tiga puluh tahun lalu. Mereka menyebutkan, masalah utama demokrasi 
di dunia ketiga terletak pada pelembagaan dan partisipasi politik. Dalam hal 
partisipasi, negara- negara yang menutup keran partisipasi politik akan mencapai titik 
jenuh yang menimbulkan apa yang disebutnya "ledakan sosial". Tuntutan bagi partisipasi 
yang besar ini akan melahirkan pemerintahan yang terbuka, populis, dan pro-pemerataan 
ekonomi. Namun, suasana ini tidak akan bertahan lama karena melemahnya kemampuan 
ekonomi negara. Stagnasi ekonomi ini akan kembali melahirkan protes, ketidakstabilan 
politik yang mengancam negara itu. Huntington dan Nelson menyebutkan akan munculnya 
represi politik dan otoritarianisme baru untuk mengatasi kesulitan ekonomi dan 
kesemrawutan politik akibat keterbukaan.

  Siklus itu akan terus berputar menuju kembali ke ledakan sosial, kecuali ada 
kebijakan-kebijakan tambahan yang diambil rezim otoriter untuk menghentikan lingkaran 
itu. Rezim-rezim otoriter pembangunan menjadi harapan bagi perubahan bila berhasil 
memperbaiki ekonomi dan mengambil kebijakan yang bisa menanggulangi kesenjangan 
ekonomi di masyarakat. Rezim otoriter pembangunan di Korea Selatan dan Taiwan dianggap 
berhasil dalam hal ini sehingga social explosion bisa dicegah. Kestabilan politik 
terpelihara dan perubahan ke arah sistem demokratis bisa berjalan lebih lancar tanpa 
korban berarti.

  Pandangan Huntington dan Nelson memang berlaku untuk rezim otoriter pembangunan 
beberapa dekade lalu saat rezim-rezim itu masih menjadi model di Amerika Latin dan 
Asia. Namun, kondisi-kondisi yang bisa melahirkan siklus itu agaknya tetap sama. 
Ledakan sosial dan tuntutan perubahan, terutama, terjadi bila kesenjangan ekonomi kian 
besar meski pertumbuhan ekonomi baik.

  Sebaliknya, otoritarianisme dan represi politik akan muncul bila ekonomi stagnan 
yang menyebabkan lahirnya berbagai tuntutan masyarakat yang berujung ketidakstabilan 
politik dan kerusuhan.

  DALAM konteks siklus ini, kekhawatiran atas munculnya

[ppiindia] Siklus Kekerasan Membuat Perempuan Tidak Berdaya

2005-03-20 Thread Eko Bambang Subiyantoro

http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-331%7CP
Senin, 21 Maret 2005
Siklus Kekerasan Membuat Perempuan Tidak Berdaya
Jurnalis : Eko Bambang S
Jurnalperempuan.com-Jakarta. Siklus kekerasan yang sering menimpa perempuan 
berdampak kurang menguntungkan bagi perempuan. Siklus kekerasan inipun menjadi 
sebuah persoalan nyata yang menyebabkab perempuan pada umumnya tidak berdaya 
untuk menghadapi laki-laki atau suami mereka ketika ia mengalami kekerasan. 

Dalam sejumlah kasus yang ditemui, siklus kekerasan ini memang kerap terjadi. 
Dalam siklus kekerasan, pelaku akan segera meminta maaf kepada korban atas 
segala tindakannya. Pelaku biasanya berjanji untuk tidak mengulangi lagi 
perbuatannya. Dalam situasi seperti ini banyak perempuan yang tidak sadar 
memaafkan apa yang dimohonkan oleh pelaku. Setelah permohonan maaf ini diterima 
korban, maka yang ada adalah masa bulan madu. Untuk beberapa saat memang pelaku 
akan berubah perilakunya. Namun demikian, setelah beberapa waktu, kembali 
pelaku melakukan kekerasan terhadap korban dengan berbagai alasan. Dan setelah 
itu biasanya pelaku lagi-lagi minta maaf atas tindakannya, dan korban akan 
memaafkannya. 

Banyak alasan yang akhirnya membuat perempuan yang menjadi korban siklus 
kekerasan ini seperti kasihan, berharap tidak mengulangi perbuatannya dan 
sebagainya. Namun demikian tindakan kekerasan itu terus berulang, dan lagi-lagi 
perempuan kadang memaafkannya dengan sejumlah harapan. Begitulah siklus 
kekerasan berjalan. Siklus inilah yang terkadang membuat perempuan tidak 
berdaya atas penganiayaan yang terjadi pada dirinya. 

Demikian pendaat Mira Diarsi dari Komnas Perempuan dalam acara acara diskusi 
tentang Womens Crisis Center yang diselenggarakan oleh Komnas Perempuan dalam 
rangkaian hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Galery Nasional Jakarta 
Senin, (14/03/05). Menurut Pipit, Public Affair Komnas Perempuan, diskusi ini 
mengundang secara khusus aparat penegak hukum perempuan mulai dari kejaksaan, 
hakim, kepolisian, istri diplomat dan istri-istri para penegak hukum yang 
bertujuan agar mereka lebih mengerti tentang perspektif gender dalam penegakan 
hukum. 

Sementara itu, Deliana Sayuti Ismudjoko, wakil ketua Komnas Perempuan 
mengatakan bahwa diskusi dengan para penegak hukum ini ditujukan agar para 
penegak hukum atau orang-orang yang mempunyai kedekatan dengan penegak hukum 
untuk lebih memahami pentingnya pengetahuan akan kekekerasan terhadap 
perempuan. “Sejauh ini aparat penegak hukum tidak mempunyai perspektif gender 
dalam menangani sejumlah kasus. Tidak memiliki perspektif gender inilah yang 
menyebabkan mengapa UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga belum berjalan 
padahal sudah disahkan” Ujar Deliana. 
 







 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Siklus 5-6 tahun di KKG dalam kasus ketenagakerjaan

2006-12-16 Thread Satrio Arismunandar
Secara bercanda, saya ngobrol dengan teman wartawan, bahwa kok seperti ada 
semacam siklus 5-6 tahunan di Kompas/KKG dalam pecahnya kasus-kasus 
ketenagakerjaan yang cukup signifikan.

Saya masuk Kompas tahun 1988, tak lama setelah pecah kasus Albert Kuhon. Kuhon 
berhenti, sesudah banyak "huru-hara" terkait upayanya mendirikan Serikat 
Pekerja di Kompas. Wartawan Irwan Julianto dihukum dengan dibuang ke daerah. 
Sejumlah wartawan lain "minta maaf" pada pimpinan, dan selamat. (Kuhon setahu 
saya sekarang jadi dosen jurnalistik di Universitas Pelita Harapan).

Tahun 1995, saya dan Dhia Prekasha Yoedha dipaksa berhenti dari Kompas, tak 
lama sejak berdirinya AJI dan pembreidelan Tempo, DeTik, Editor 1994, serta 
terkait pula dengan aktivitas kami di SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia). 
Ini juga terkait dengan situasi politik waktu itu (tekanan dari rezim Soeharto 
via Menpen Harmoko, dan PWI).

Tahun 2000, kasus Stanley dkk di Majalah Jakarta-Jakarta (ada debat sengit 
dengan Widi Krastawan, yang mewakili manajemen KKG Majalah). Stanley dkk 
menerbitkan buletin "Suara Serikat" sebagai media perlawanan (saya kebetulan 
masih menyimpan 2 copynya).

Tahun 2006, Kasus Bambang Wisudo. Belum jelas apa ujungnya dan dampaknya.

Apakah "siklus" ini menandakan ada suatu permasalahan endemik yang belum 
tuntas, dalam institusi KKG/Kompas? Ataukah ini sekadar cetusan biasa dan 
proses yang umum dihadapi suatu perusahaan, yang berkembang menjadi industri 
besar dan konglomerasi media, dengan segala pergeseran nilai dan kepentingan di 
dalamnya? Entahlah

Buruh industri pers,
Satrio A.

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/