RE: [ppiindia] Bupati Malang Stop Kegiatan Ponpes Salat Berbahasa Indonesia

2005-05-08 Terurut Topik fatur
Aduh saya teringat film "the passion of the crist". Bener gitu ya judulnya?
Maaf kalau salah.
Saya jadi semakin faham kenapa banyak nabi juga dibunuh kaumnya, tetapi
ajarannya malah mendunia.
Kenapa Sayid Qutb digantung dan sekarang bukunya malah menyebar kemana-mana.
Kenapa Hamka dipenjara, sekarang bukunya malah mengilhami banyak orang.
Kenapa Abu Bakar Ba'asyir harus dipersoalkan.
Kenapa JIL juga harus dikecam.
Kenapa setiap yang berbeda dianggap gila.
Philosophical giants such as Nietzsche thought that "Madness is the
exception in individuals but the rule in groups"
 
Yang masih membuat saya bingung:
Disaat begitu banyak orang Islam TIDAK sholat, mengapa harus menghujat orang
yang sholat.
Disaat orang Islam sholat tapi masih mau korupsi, apa gunanya bacaan yang
benar?
Apakah dengan bahasa arab menjamin diterima oleh Tuhan? Hanya Tuhan yang
tahu.
Apakah Islam itu hanya diuntukkan buat mereka yg ngerti bahasa arab? 
Kalau begitu semestinya Tuhan segera menurunkan Nabi khusus buat bangsa
indonesia, jelas dengan bahasa indonesia. Apa kurang jahiliahnya negeri ini,
sehingga tidak pantas menerima seorang nabi?
Dan kalaupun Tuhan menurunkannya pasti negara akan mengejarnya, MUI akan
memfatwa mati. Jadilah kisah Isa second edition, yang satu disalib, yang
satu ditodong bedil. Mungkin Tuhan harus datang sendiri dan menengelamkan
negeri ini.
 
Rgds
fatur
 
 
 
 
  _  

From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of Your Name
Sent: Sunday, May 08, 2005 5:28 PM
To: ppiindia@yahoogroups.com
Subject: Re: [ppiindia] Bupati Malang Stop Kegiatan Ponpes Salat Berbahasa
Indonesia
 
Aku hanya melihat itikat baik dari sholat dengan 2 bahasa ini. Ibuku, 
walaupun belum begitu lama melampaui setengah abad umurnya, selalu 
merasa kesulitan untuk melafalkan surat-surat pendek dan bacaan-bacaan 
sholat lainnya. Tapi beliau tetap saja sholat 5 reka'at dan berdoa 
sesuai dengan apa yang mampu beliau lafalkan. Pada awalnya ada 
ketakutan salah dalam melakukannya. Beberapa kali ayahku memberikan 
tuntunan, demikian juga aku sabagai anak. Dan kepada beliau aku 
mengatakan bahwa Allah Maha Tahu, dan jika niat kita memang baik, tentu 
Allah akan mengerti asal kita berusaha.

Sholat dalam 2 bahasa mengantarkan beberapa orang pada pemahaman 
tersendiri mengenai apa yang dilafalkan dalam bahasa arab yang kemudian 
diartikan dalam bahasa Indonesia. Apa salahnya disini? Apa yang sesat, 
toh masih dengan bahasa arab walau kemudian selanjutnya bacaannya 
adalah bahasa Indonesia.

Seorang teman yang sedang bersekolah di Belanda mengatakan bahwa di 
Iran, mereka sholat 3 waktu. Dan yang aku ketahui disini juga banyak 
yang melakukan sendiri.

Lalu bagaimana dengan penafsiran terhadap Al-Qur'an yang berbeda-beda. 
Apakah tidak mungkin sejak jaman Nabi Muhhamad SAW menerima wahyu 
sampai pada perjalanannya di jaman ini, ada banyak pergeseran. Karena 
seperti yang kita ketahui bahwa manusia mempunyai keterbatasan, jadi 
bisa saja ada hal yang "kurang tepat" ditafsirkan yang mungkin terjadi 
dan atau terus terjadi sampai kemudian menjadi berbeda. Dan siapa yang 
tahu "kebenaran yang sebenarnya" tersebut? Hanya Allah...ya hanya Allah 
yang dapat menilai apakah itu benar atau salah, apakah itu dosa atau 
tidak berdosa dan berapa ukuran dosanya. Kita hanya berusaha untuk 
melakukan suatu yang kita yakini benar, dan ketika kita merasakan ada 
yang tidak beres karena menyakiti orang lain atau merugikan orang lain, 
kita akan berusaha untuk tidak melakukan hal tersebut.

Agama seseorang tidak bisa menentukan iman seseorang, dan sholat yang 
merupakan salah satu "ritual" yang dilakukan dalam beragama, juga tidak 
bisa menentukan apakah orang tersebut beriman atau tidak. Jadi kenapa 
dirisaukan sholat dengan 2 bahasa kalau memang itu membawa kebaikan 
buat orang-orang tersebut. Kenapa orang tidak sibuk saja mengurusi 
orang-orang yang korupsi, membantu yang terkena bencana dan kesusahan. 

SK Bupati Malang tidak akan ada gunanya bagi orang yang meyakini bahwa 
apa yang dilakukannya adalah benar. Pasti ada proses yang membawa 
sholat dalam 2 bahasa tersebut dilakukan oleh Kyai dari Malang tersebut.

Mending Bupati Malang ngurusin hal-hal yang mampu mensejahterakan 
rakyatnya dan membrantas korupsi yang melanda di seluruh lapisan bangsa 
ini.

bye
SK





[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju I

Re: [ppiindia] Bupati Malang Stop Kegiatan Ponpes Salat Berbahasa Indonesia

2005-05-08 Terurut Topik Your Name
Aku hanya melihat itikat baik dari sholat dengan 2 bahasa ini. Ibuku, 
walaupun belum begitu lama melampaui setengah abad umurnya, selalu 
merasa kesulitan untuk melafalkan surat-surat pendek dan bacaan-bacaan 
sholat lainnya. Tapi beliau tetap saja sholat 5 reka'at dan berdoa 
sesuai dengan apa yang mampu beliau lafalkan. Pada awalnya ada 
ketakutan salah dalam melakukannya. Beberapa kali ayahku memberikan 
tuntunan, demikian juga aku sabagai anak. Dan kepada beliau aku 
mengatakan bahwa Allah Maha Tahu, dan jika niat kita memang baik, tentu 
Allah akan mengerti asal kita berusaha.

Sholat dalam 2 bahasa mengantarkan beberapa orang pada pemahaman 
tersendiri mengenai apa yang dilafalkan dalam bahasa arab yang kemudian 
diartikan dalam bahasa Indonesia. Apa salahnya disini? Apa yang sesat, 
toh masih dengan bahasa arab walau kemudian selanjutnya bacaannya 
adalah bahasa Indonesia.

Seorang teman yang sedang bersekolah di Belanda mengatakan bahwa di 
Iran, mereka sholat 3 waktu. Dan yang aku ketahui disini juga banyak 
yang melakukan sendiri.

Lalu bagaimana dengan penafsiran terhadap Al-Qur'an yang berbeda-beda. 
Apakah tidak mungkin sejak jaman Nabi Muhhamad SAW menerima wahyu 
sampai pada perjalanannya di jaman ini, ada banyak pergeseran. Karena 
seperti yang kita ketahui bahwa manusia mempunyai keterbatasan, jadi 
bisa saja ada hal yang "kurang tepat" ditafsirkan yang mungkin terjadi 
dan atau terus terjadi sampai kemudian menjadi berbeda. Dan siapa yang 
tahu "kebenaran yang sebenarnya" tersebut? Hanya Allah...ya hanya Allah 
yang dapat menilai apakah itu benar atau salah, apakah itu dosa atau 
tidak berdosa dan berapa ukuran dosanya. Kita hanya berusaha untuk 
melakukan suatu yang kita yakini benar, dan ketika kita merasakan ada 
yang tidak beres karena menyakiti orang lain atau merugikan orang lain, 
kita akan berusaha untuk tidak melakukan hal tersebut.

Agama seseorang tidak bisa menentukan iman seseorang, dan sholat yang 
merupakan salah satu "ritual" yang dilakukan dalam beragama, juga tidak 
bisa menentukan apakah orang tersebut beriman atau tidak. Jadi kenapa 
dirisaukan sholat dengan 2 bahasa kalau memang itu membawa kebaikan 
buat orang-orang tersebut. Kenapa orang tidak sibuk saja mengurusi 
orang-orang yang korupsi, membantu yang terkena bencana dan kesusahan. 

SK Bupati Malang tidak akan ada gunanya bagi orang yang meyakini bahwa 
apa yang dilakukannya adalah benar. Pasti ada proses yang membawa 
sholat dalam 2 bahasa tersebut dilakukan oleh Kyai dari Malang tersebut.

Mending Bupati Malang ngurusin hal-hal yang mampu mensejahterakan 
rakyatnya dan membrantas korupsi yang melanda di seluruh lapisan bangsa 
ini.

bye
SK

> Pemberitaan pers kadang-kadang agak “nakal” juga, memakai bahasa Arab 
> dan Indonesia, dibilang “pakai bahasa Indonesia” (saja). Yang namanya 
> Ponpes itu, santrinya tetapnya hanya 20 orang
> 
> Eniwe, jelas sekali bahwa salat---mulai dari waktu-waktu 
pelaksanaannya, 
> cara bersuci, bacaan dan bahasa yang digunakan, gerakan, urut-urutan, 
> jumlah rakaat harus mengacu kepada contoh dari Nabi saw, seperti 
sabda 
> beliau yang masyhur itu: “salatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku 
> salat.” Dan itulah yang dipegang ummat Islam sejak zaman Nabi sampai 
> saat ini oleh mayoritas kaum muslimin di manapun di belahan bumi ini 
> suni, syiah dan ahmadi.
> 
> Karena itu pemandangan dari jendela pada lantai-lantai teratas Hotel 
> Hilton atau Darut Tauhid ke Masjidil Haram di Mekah pada salat-salat 
> wajib pada musim haji atau di bulan Ramadhan, di mana jemaah salat 
bisa 
> mencapai 1,5 juta orang yang luber sampai ke jalan-jalan di sekitar 
> Masjid, semuanya melingkar menghadap ke arah Ka’bah yang berdiri 
kokoh 
> di pelataran terbuka di tengah masjid, merupakan pemandangan yang 
sangat 
> fantastis. Dengan dipimpin seorang imam, seluruh jemaah apapun 
jabatan 
> dan pangkatnya tidak perduli raja atau presiden, apapun bangsanya dan 
> warna kulitnya, lelaki atau perempuan, sejak takbiratul ihram, 
berdiri, 
> rukuk, sujud, duduk, berdiri lagi, dst..dst... sampai dengan 
pembacaan 
> ucapan salam, bergerak serempak dengan tertib.
> 
> Hal itu pula yang menyebabkan seorang muslim Sunni yang bebas 
prasangka, 
> tidak akan mempunyai hambatan untuk ikut salat berjamah di masjid 
yang 
> dibangun oleh kaum muslimin Syiah dan Ahmadi atau sebaliknya.
> 
> Bayangkan apa yang terjadi kalau setiap muslim salat dengan versinya 
> sendiri-sendiri.
> 
> Lalu, apakah yang diajarkan Ustad KH Muhammad Yusman Roy di Ponpes 
> I'tikaf, Lawang, Malang, yang membaca lafal salat---yang dengan jujur 
> dikatakan sang ustad merupakan “kreativitasnya”---dengan menggunakan 
2 
> bahasa itu menyimpang dari sunah Nabi? Tidak sukar untuk menjawabnya, 
> karena ada salah satu ketentuan dasar dalam syariat: untuk hal yang 
> bersifat ritual/ubudiyah dilarang melakukan kecuali yang disuruh, 
> sedangkan untuk hal yang bersifat sosial/muamalah semua boleh kecuali 
> yang dilarang.
> 
> Dengan kata l