Re: Stop Child Abuse (Re: [Pramuka] Risk Safety Management )

2007-07-13 Terurut Topik Ari Wijanarko Adipratomo, A+
Setuju kak, untuk pencegahan child abuse tsb harus dimulai dari para kakak 
kakak pembinanya. Kursus regarding child abuse ini juga masuk kurikulum dasar 
pendidikan bagi pembina yang ingin mengabil sertifikasi dan badge trained di 
Boy Scout of America kak. Kebetulan juga ada kursus onlinenya kalau tidak 
salah. Semoga program Kwarnas ini dapat berkembang, marilah kita dukung dan 
doakan ya kakak kakak peserta millis!

Ari
Chicago
+18478520286

Berthold Sinaulan [EMAIL PROTECTED] wrote:  
Salam Pramuka Kak Ghozy,
   Usulnya nanti saya teruskan. Mudah-mudahan Kwarnas mau menyelenggarakan 
karena ini memang penting. Apalagi dengan semakin banyaknya kegiatan yang 
dilakukan saat ini.
   Sekadar menambahkan, sepengetahuan saya yang termasuk dalam safety  risk 
management itu juga adalah bagaimana kita menyetop child abuse (pelecehan 
terhadap anak-anak). Ini bukan hanya berkaitan dengan pelecehan seksual yang 
memang harus nyata-nyata kita tumpas, sekali pun bukan berada di lingkungan 
Gerakan Pramuka.
   Tetapi juga pelecehan anak dalam hal lainnya. Contohnya: Panitia 
Penyelenggara Jambore Kepanduan Sedunia ke-21 yang akan berlangsung akhir bulan 
ini di Inggris MELARANG TUKAR-MENUKAR BADGE ANTARA ORANG DEWASA (PEMBINA) 
DENGAN ANAK-ANAK PESERTA JAMBORE.
   Seperti kita ketahui, dalam ajang seperti jambore, tukar-menukar badge 
merupakan hal yang termasuk paling mengasyikkan. Nah, untuk mencegah jangan 
sampai anak-anak peserta jambore ditipu oleh orang dewasa dalam tukar-menukar 
badge, misalnya orang dewasa memberikan badge yang jelek atau bukan badge 
pandu/pramuka atau badge dibilang sangat langka sehingga minta ditukar dengan 
dua badge, diadakanlah peraturan itu.
   Di kalangan Gerakan Pramuka juga dikenal satuan terpisah antara putra dan 
putri, dan pembina putra membina peserta didik putra, demikian pula sebaliknya. 
Kecuali, mohon koreksi kalau saya salah, pembina siaga putri boleh membina 
perindukan siaga putra. Ini pun bagian dari pencegahan child abuse.

   Berthold
   
 
 ghozy [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Usul nih kak Berthold, adain dunk pelatihan Risk
 Manajemen. Kalau Kwarnas ga bisa ya Gudep aja ngadain,
 kita siapin materi n sebar undangan terbuka. Mbayar
 juga orang pasti mau, krn itu penting kan.
 
 ghozy
 
 --- Berthold Sinaulan [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
  Salam Pramuka,
  Dik Ari, Dik Randy, dan semua kakak dan adik di
  milis ini. Terima kasih mengingatkan kembali
  mengenai survival kit yang penting ini. Kebetulan,
  seperti disebutkan beberapa kakak sebelumnya, kita
  juga sedang berduka dengan meninggalnya 6 adik-adik
  yang sedang ikut kegiatan kepramukaan di Kawah Ratu,
  di kawasan Gunung Salak, Bogor.
  Saya jadi teringat kembali tentang Risk  Safety
  Management yang telah didengungkan oleh WOSM sejak
  satu dekade terakhir dan diadopsi oleh kepanduan di
  Asia-Pasifik (dan juga setahu saya telah mulai
  dikembangkan di Gerakan Pramuka sejak kepengurusan
  Kwarnas dua periode terakhir). 
  Mungkin kakak-kakak yang pernah ikut pelatihan ini
  (Kak Hendry dan kakak-kakak dari Jawa Timur?),
  bisa membagi ilmu/men-share beberapa hal penting.
  Saya hanya mencoba membagi beberapa hal yang saya
  ingat (maaf, belum sempat buka catatan):
  
  1. Risk  Safety Management adalah prosedur yang
  perlu dipahami dan dijalankan oleh semua pembina
  pramuka dalam melaksanakan semua kegiatan
  kepramukaan. Sekecil apa pun, setiap kegiatan
  kepramukaan mempunyai resiko terjadinya sesuatu yang
  tidak diinginkan. 
  Contohnya: kegiatan prakarya menggunting kertas,
  bisa saja ada peserta didik yang jarinya terkena
  gunting. Karena itu harus disiapkan peralatan P3K,
  sehingga pada saat ada hal yang tak diinginkan
  terjadi, dapat segera dilakukan tindakan
  pertolongan.
  Contoh lain: kegiatan kepramukaan di perkotaan
  (urban scouting) misalnya. Saat melakukan
  pengelanaan/hiking, bisa saja ada yang tersesat.
  Jadi, harus disiapkan peta perjalanan, daftar
  telepon yang mudah dihubungi dalam keadaan darurat,
  dan sebagainya.
  Dua contoh itu hanya untuk hal-hal kecil saja.
  Apalagi untuk kegiatan di alam terbuka, seperti
  perkemahan, wide game, atau lintas alam. Tentu perlu
  persiapan yang lebih dari cukup.
  
  2.Seingat saya yang perlu dipersiapkan adalah:
  a. Sumber daya manusia, siapa penanggung jawab,
  bagaimana mencegah hal yang tidak diinginkan, kalau
  terjadi siapa yang mampu menanggulangi, dan
  sebagainya.
  
  b. Metode dan tata cara kegiatan, sehingga
  meminimalkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tak
  diinginkan.
  
  c. Peralatan pendukung, mulai dari kotak P3K,
  daftar telepon keadaan darurat, dan sebagainya.
  
  Ini sekadar memulai saja, saya tahu kakak-kakak
  dan adik-adik juga banyak yang dapat menambahkan
  mengenai hal ini.
  Terima kasih.
  
  salam,
  Berthold Sinaulan
  
  Randi Triadi [EMAIL PROTECTED] wrote:
  kak ari, handbooknya yang edisi kebrapa?
  saya punya yang edisi 11. mungkin
  kita bisa 

[Pramuka] CHILD ABUSE Pembina Putri

2007-07-13 Terurut Topik megi primagara
sebenarnya GP sudah menunjukan upaya tidak terjadinya Child Abuse dengan 
prinsip satuan terpisah. means ada dua gudep, putra  putri. means juga ada 
pembina putra  putri. means lagi ada pembantu pembina putra  putri. itu 
prinsip yang seharusnya diterapkan di semua gudep, bukan begitu ?. tapi 
sayangnya, gudep yang kebanyakan berpangkalan di sekolah yang notabene 
mabigusnya kepsek tidak memandang hal itu sebagai sebuah prinsip yang enggak 
bisa ditawar. 
sebagai contoh, pangkalan sekolah saya memiliki gudep Pa/Pi. tapi untuk pembina 
hanya diberikan seorang Bapak guru untuk dua gudep. dan saya pun diminta 
melatih dua gudep tersebut. bukannya enggak tau, tapi ketika saya konfirm 
tentang satuan terpisah y beragam alasan keluar. mulai kendala biaya honor u/ 2 
pembina  pembantu pembina, jumlah anggota yang dianggap hanya cukup ditangani 
satu pembina  pembantu pembina saja, dll. walhasil, jika ada kegiatan saya 
sering meminta ambalan/ alumni putri untuk bantu. nah, jika situasi seperti ini 
dimana posisi pembantu pembina yang notabene bukan guru ternyata tidak bisa 
membuatnya menegakan prinsip-prinsip kepramukaan, boleh ngadu gak sih ama 
kwarran ?




  
 
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]