Setuju kak, untuk pencegahan child abuse tsb harus dimulai dari para kakak
kakak pembinanya. Kursus regarding child abuse ini juga masuk kurikulum dasar
pendidikan bagi pembina yang ingin mengabil sertifikasi dan badge trained di
Boy Scout of America kak. Kebetulan juga ada kursus onlinenya kalau tidak
salah. Semoga program Kwarnas ini dapat berkembang, marilah kita dukung dan
doakan ya kakak kakak peserta millis!
Ari
Chicago
+18478520286
Berthold Sinaulan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Salam Pramuka Kak Ghozy,
Usulnya nanti saya teruskan. Mudah-mudahan Kwarnas mau menyelenggarakan
karena ini memang penting. Apalagi dengan semakin banyaknya kegiatan yang
dilakukan saat ini.
Sekadar menambahkan, sepengetahuan saya yang termasuk dalam safety risk
management itu juga adalah bagaimana kita menyetop child abuse (pelecehan
terhadap anak-anak). Ini bukan hanya berkaitan dengan pelecehan seksual yang
memang harus nyata-nyata kita tumpas, sekali pun bukan berada di lingkungan
Gerakan Pramuka.
Tetapi juga pelecehan anak dalam hal lainnya. Contohnya: Panitia
Penyelenggara Jambore Kepanduan Sedunia ke-21 yang akan berlangsung akhir bulan
ini di Inggris MELARANG TUKAR-MENUKAR BADGE ANTARA ORANG DEWASA (PEMBINA)
DENGAN ANAK-ANAK PESERTA JAMBORE.
Seperti kita ketahui, dalam ajang seperti jambore, tukar-menukar badge
merupakan hal yang termasuk paling mengasyikkan. Nah, untuk mencegah jangan
sampai anak-anak peserta jambore ditipu oleh orang dewasa dalam tukar-menukar
badge, misalnya orang dewasa memberikan badge yang jelek atau bukan badge
pandu/pramuka atau badge dibilang sangat langka sehingga minta ditukar dengan
dua badge, diadakanlah peraturan itu.
Di kalangan Gerakan Pramuka juga dikenal satuan terpisah antara putra dan
putri, dan pembina putra membina peserta didik putra, demikian pula sebaliknya.
Kecuali, mohon koreksi kalau saya salah, pembina siaga putri boleh membina
perindukan siaga putra. Ini pun bagian dari pencegahan child abuse.
Berthold
ghozy [EMAIL PROTECTED] wrote:
Usul nih kak Berthold, adain dunk pelatihan Risk
Manajemen. Kalau Kwarnas ga bisa ya Gudep aja ngadain,
kita siapin materi n sebar undangan terbuka. Mbayar
juga orang pasti mau, krn itu penting kan.
ghozy
--- Berthold Sinaulan [EMAIL PROTECTED]
wrote:
Salam Pramuka,
Dik Ari, Dik Randy, dan semua kakak dan adik di
milis ini. Terima kasih mengingatkan kembali
mengenai survival kit yang penting ini. Kebetulan,
seperti disebutkan beberapa kakak sebelumnya, kita
juga sedang berduka dengan meninggalnya 6 adik-adik
yang sedang ikut kegiatan kepramukaan di Kawah Ratu,
di kawasan Gunung Salak, Bogor.
Saya jadi teringat kembali tentang Risk Safety
Management yang telah didengungkan oleh WOSM sejak
satu dekade terakhir dan diadopsi oleh kepanduan di
Asia-Pasifik (dan juga setahu saya telah mulai
dikembangkan di Gerakan Pramuka sejak kepengurusan
Kwarnas dua periode terakhir).
Mungkin kakak-kakak yang pernah ikut pelatihan ini
(Kak Hendry dan kakak-kakak dari Jawa Timur?),
bisa membagi ilmu/men-share beberapa hal penting.
Saya hanya mencoba membagi beberapa hal yang saya
ingat (maaf, belum sempat buka catatan):
1. Risk Safety Management adalah prosedur yang
perlu dipahami dan dijalankan oleh semua pembina
pramuka dalam melaksanakan semua kegiatan
kepramukaan. Sekecil apa pun, setiap kegiatan
kepramukaan mempunyai resiko terjadinya sesuatu yang
tidak diinginkan.
Contohnya: kegiatan prakarya menggunting kertas,
bisa saja ada peserta didik yang jarinya terkena
gunting. Karena itu harus disiapkan peralatan P3K,
sehingga pada saat ada hal yang tak diinginkan
terjadi, dapat segera dilakukan tindakan
pertolongan.
Contoh lain: kegiatan kepramukaan di perkotaan
(urban scouting) misalnya. Saat melakukan
pengelanaan/hiking, bisa saja ada yang tersesat.
Jadi, harus disiapkan peta perjalanan, daftar
telepon yang mudah dihubungi dalam keadaan darurat,
dan sebagainya.
Dua contoh itu hanya untuk hal-hal kecil saja.
Apalagi untuk kegiatan di alam terbuka, seperti
perkemahan, wide game, atau lintas alam. Tentu perlu
persiapan yang lebih dari cukup.
2.Seingat saya yang perlu dipersiapkan adalah:
a. Sumber daya manusia, siapa penanggung jawab,
bagaimana mencegah hal yang tidak diinginkan, kalau
terjadi siapa yang mampu menanggulangi, dan
sebagainya.
b. Metode dan tata cara kegiatan, sehingga
meminimalkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tak
diinginkan.
c. Peralatan pendukung, mulai dari kotak P3K,
daftar telepon keadaan darurat, dan sebagainya.
Ini sekadar memulai saja, saya tahu kakak-kakak
dan adik-adik juga banyak yang dapat menambahkan
mengenai hal ini.
Terima kasih.
salam,
Berthold Sinaulan
Randi Triadi [EMAIL PROTECTED] wrote:
kak ari, handbooknya yang edisi kebrapa?
saya punya yang edisi 11. mungkin
kita bisa