[Pramuka] Tanggapan lain soal Golongan Pramuka dan TKK
Aduuhh, jadi pengen cerita juga deh . Mudah2 an nggak ada yang keberatan ya kak. Kebetulan pengalaman yang sama, saya dapatkan juga Kak. Alhamdulillah, saya ditempa oleh Gerakan Pramuka pada tiga jenjang sekaligus : kelompok siaga, kelompok Penggalang dan kelompok Penegak. Saya mulai aktif di kegiatan Pramuka (di sekolah) sejak kelas 1 SD. Waktu itu sebagai anggota Barung Merah saya menjadi Ketua Barung dan memimpin sejumlah anak kecil yang baru saja lulus TK dan masih pada doyan menangis. Termasuk saya tentunya. Kegiatan Siaga ini dalam kenangan saya sungguh sangat menyenangkan, jauh lebih menyenangkan daripada kegiatan sekolah. Kita berlatih berbaris, menyanyi, juga berkemah di halaman sekolah. Wah, rasanya bangga sekali memakai seragam pramuka, di pinggang ada pisau kecil dan juga ada tali pramuka. Terima kasih buat Pak Eko Saputro yang telah menanamkan jiwa kepanduan dengan baik untuk saya dan teman2 waktu itu. Saya mulai memasuki usia penggalang saat duduk di kelas 5 SD (umur 11 tahun), berlatih sangat giat sekali. Dan menjadi anggota Regu Rajawali, salah satu regu yang ditakuti di kota kami, karena kedigjayaan regu ini dalam setiap even Lomba Tingkat. Bahkan dalam lomba tingkat Kabupaten kami berhasil mengalahkan peserta lain dari kelompok penggalang dari Gudep lain. Regu kami tidak semua berasal dari SD, bahkan sang Ketua Regu adalah siswa SMP kelas II. Saya sendiri hanyalah anak bau kencur yang kerap jadi kacung kawan2 lain karena bertubuh paling kecil dan paling lemah diantara peserta lainnya. Oh ya, waktu penggalang, saya tidak lagi ikut pramuka di sekolahan melainkan di sebuah gugus depan yang berpangkalan di Kantor Polsek. Selain kelompok penggalang, di sini ada juga kelompok remaja yang dididik sebagai Satuan Karya Bhayangkara (Penegak). Karena saking giatnya, setahun kemudian, sewaktu saya duduk di kelas 6 SD kami diikutkan dalam seleksi Pramuka yang akan ikut serta dalam kegiatan Jambore Nasional 1981 di Cibubur. Alhamdulillah saya ikut terpilih. Seleksinya cukup berat dan bagi anak kecil seusia saya waktu itu cukup menakutkan. Umur saya waktu itu baru saja 12 tahun, tetapi sudah macam2 kegiatan dibebankan pada saya. Saya memulai SKU penggalang Ramu dan ketika berangkat ke Jamnas berhasil mencapai SKU Penggalang Rakit serta 5 TKK wajib plus 10 TKK pilihan yang dipampang di selempang kebesaran. Bangga sekali saya waktu itu. Sepulang Jambore Nasional, banyak anggota Pramuka yang memilih yang tidak aktif lagi, tetapi saya malah semakin aktif. Dan akhirnya saya terpilih sebagai Ketua Regu Rajawali menggantikan Kak John yang masuk usia Penegak (SMA). Waktu itu saya duduk di kelas 2 SMP. Beberapa bulan kemudian, dalam musyawarah Dewan Penggalang saya ditunjuk sebagai Pratama untuk seluruh Pasukan Penggalang. Saya juga lulus semua persyaratan TKU dan TKK sehingga menjadi satu-satunya Penggalang Terap di pasukan. Saya tidak berhenti disitu saja. Ketua-ketua regu lain saya dorong untuk mencapai TKU Penggalang Terap. Sehingga ketika akhirnya saya lulus dari SMP pada usia 15 tahun sebagai Pratama, semua ketua regu saya sudah mencapai tingkat Penggalang Terap dan banyak Penggalang Rakit dan Ramu di dalam regu mereka. Saya menjadi pembantu pembina Penggalang dan melatih anak-anak Siaga yang bersiap masuk ke pasukan Penggalang. Saya sempat memimpin pasukan penggalang ke arena Perkemahan Bhakti Pramuka 1983 di Samarinda dalam rangka Munas Gerakan Pramuka tahun itu. Saya juga sempat mengikuti seleksi sebagai Pramuka Garuda, namun tidak sampai selesai berhubung saya mesti melanjutkan sekolah ke luar kota di lain provinsi. Perpindahan saya ini sangat disayangkan oleh kakak-kakak pembina tetapi mau bagaimana lagi, karena cita-cita tetaplah mesti diutamakan. Di kota dan provinsi yang baru saya memulai aktivitas saya di kepramukaan sebagai Penegak tamu, dan kali ini pada Pramuka yang berpangkalan di sekolah. Saya mengikuti kegiatan pramuka, pengenalan terhadap berbagai satuan karya (Bhayangkara, Wanabhakti dan Dirgantara) dan sebagainya. Saya putuskan untuk aktif di kegiatan Saka Wanabhakti. Dan pengalaman di masa Penggalang dulu amat membantu saya dipercaya oleh kawan-kawan yang ada di pangkalan Wanabhakti. Sayapun ditunjuk sebagai Ketua Satuan Putra. Memimpin remaja2 dari berbagai sekolah di Saka Wanabhakti merupakan pengalaman yang amat berharga bagi saya. Dan sungguh pengalaman yang amat menyenangkan. Saya pernah mengikuti Perkemahan Wirakarya Apiari di Batang, Jawa Tengah tahun 1985 sebagai utusan Kwarcab Banyumas. Juga dua kali mengikuti Perkemahan Pekan Penghijauan Nasional masing2 di Wonogiri (1985) dan di Pengalengan (1986). Juga menjadi peninjau pada Jambore Nasional 1986 di Cibubur. Benar-benar suatu pengalaman yang sangat meyenangkan. Namun itulah cerita terakhir saya di lingkungan Gerakan Pramuka, karena setelah lulus SMA dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota lain, saya memilih kegiatan lain yang tidak
Re: [Pramuka] Tanggapan lain soal Golongan Pramuka dan TKK
Seragam, selain alat membina juga alat pemasaran (daya tarik). Sebagai alat membina silakan kakak2 nilai, masih bisa atau tidak. Menurut saya, sebagai alat pemasaran pramuka, seragam kita sudah tidak mendukung, bukan sekedar desain masalahnya, tatapi kebijakan Gerakan Pramuka dimasa lampau sudah menghancurkan nilai kebanggaan yang ada. Dan sekarang, selanjutnya terserah kita kaan, vivat Pramuka ghozy --- iwan sams [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduuhh, jadi pengen cerita juga deh . Mudah2 an nggak ada yang keberatan ya kak. Kebetulan pengalaman yang sama, saya dapatkan juga Kak. Alhamdulillah, saya ditempa oleh Gerakan Pramuka pada tiga jenjang sekaligus : kelompok siaga, kelompok Penggalang dan kelompok Penegak. Saya mulai aktif di kegiatan Pramuka (di sekolah) sejak kelas 1 SD. Waktu itu sebagai anggota Barung Merah saya menjadi Ketua Barung dan memimpin sejumlah anak kecil yang baru saja lulus TK dan masih pada doyan menangis. Termasuk saya tentunya. Kegiatan Siaga ini dalam kenangan saya sungguh sangat menyenangkan, jauh lebih menyenangkan daripada kegiatan sekolah. Kita berlatih berbaris, menyanyi, juga berkemah di halaman sekolah. Wah, rasanya bangga sekali memakai seragam pramuka, di pinggang ada pisau kecil dan juga ada tali pramuka. Terima kasih buat Pak Eko Saputro yang telah menanamkan jiwa kepanduan dengan baik untuk saya dan teman2 waktu itu. Saya mulai memasuki usia penggalang saat duduk di kelas 5 SD (umur 11 tahun), berlatih sangat giat sekali. Dan menjadi anggota Regu Rajawali, salah satu regu yang ditakuti di kota kami, karena kedigjayaan regu ini dalam setiap even Lomba Tingkat. Bahkan dalam lomba tingkat Kabupaten kami berhasil mengalahkan peserta lain dari kelompok penggalang dari Gudep lain. Regu kami tidak semua berasal dari SD, bahkan sang Ketua Regu adalah siswa SMP kelas II. Saya sendiri hanyalah anak bau kencur yang kerap jadi kacung kawan2 lain karena bertubuh paling kecil dan paling lemah diantara peserta lainnya. Oh ya, waktu penggalang, saya tidak lagi ikut pramuka di sekolahan melainkan di sebuah gugus depan yang berpangkalan di Kantor Polsek. Selain kelompok penggalang, di sini ada juga kelompok remaja yang dididik sebagai Satuan Karya Bhayangkara (Penegak). Karena saking giatnya, setahun kemudian, sewaktu saya duduk di kelas 6 SD kami diikutkan dalam seleksi Pramuka yang akan ikut serta dalam kegiatan Jambore Nasional 1981 di Cibubur. Alhamdulillah saya ikut terpilih. Seleksinya cukup berat dan bagi anak kecil seusia saya waktu itu cukup menakutkan. Umur saya waktu itu baru saja 12 tahun, tetapi sudah macam2 kegiatan dibebankan pada saya. Saya memulai SKU penggalang Ramu dan ketika berangkat ke Jamnas berhasil mencapai SKU Penggalang Rakit serta 5 TKK wajib plus 10 TKK pilihan yang dipampang di selempang kebesaran. Bangga sekali saya waktu itu. Sepulang Jambore Nasional, banyak anggota Pramuka yang memilih yang tidak aktif lagi, tetapi saya malah semakin aktif. Dan akhirnya saya terpilih sebagai Ketua Regu Rajawali menggantikan Kak John yang masuk usia Penegak (SMA). Waktu itu saya duduk di kelas 2 SMP. Beberapa bulan kemudian, dalam musyawarah Dewan Penggalang saya ditunjuk sebagai Pratama untuk seluruh Pasukan Penggalang. Saya juga lulus semua persyaratan TKU dan TKK sehingga menjadi satu-satunya Penggalang Terap di pasukan. Saya tidak berhenti disitu saja. Ketua-ketua regu lain saya dorong untuk mencapai TKU Penggalang Terap. Sehingga ketika akhirnya saya lulus dari SMP pada usia 15 tahun sebagai Pratama, semua ketua regu saya sudah mencapai tingkat Penggalang Terap dan banyak Penggalang Rakit dan Ramu di dalam regu mereka. Saya menjadi pembantu pembina Penggalang dan melatih anak-anak Siaga yang bersiap masuk ke pasukan Penggalang. Saya sempat memimpin pasukan penggalang ke arena Perkemahan Bhakti Pramuka 1983 di Samarinda dalam rangka Munas Gerakan Pramuka tahun itu. Saya juga sempat mengikuti seleksi sebagai Pramuka Garuda, namun tidak sampai selesai berhubung saya mesti melanjutkan sekolah ke luar kota di lain provinsi. Perpindahan saya ini sangat disayangkan oleh kakak-kakak pembina tetapi mau bagaimana lagi, karena cita-cita tetaplah mesti diutamakan. Di kota dan provinsi yang baru saya memulai aktivitas saya di kepramukaan sebagai Penegak tamu, dan kali ini pada Pramuka yang berpangkalan di sekolah. Saya mengikuti kegiatan pramuka, pengenalan terhadap berbagai satuan karya (Bhayangkara, Wanabhakti dan Dirgantara) dan sebagainya. Saya putuskan untuk aktif di kegiatan Saka Wanabhakti. Dan pengalaman di masa Penggalang dulu amat membantu saya dipercaya oleh kawan-kawan yang ada di pangkalan Wanabhakti. Sayapun ditunjuk sebagai Ketua Satuan Putra. Memimpin remaja2 dari berbagai sekolah di Saka Wanabhakti merupakan pengalaman yang amat berharga bagi saya. Dan sungguh pengalaman yang amat menyenangkan. Saya pernah mengikuti Perkemahan
Re: Balasan: [Pramuka] Re: Apa betul seragam Pramuka perlu diubah ?
Sdr Hendro ini kalau bikin tanggapan, baca dulu yg bener Siapa, yang bilang Kwarnas harus ngatur sekolah,( Kata anda dulu, Kwarnas mana bisa ngatur sekolah. ) Saya berpendapat : Dan yang paling penting adanya PERATURAN KWARNAS YANG MELARANG PEMAKAIAN SERAGAM PRAMUKA DISEKOLAH KECUALI PADA ACARA KEPRAMUKAAN.( Supaya orang tua murid tidak dibebani - keharusan - membeli seragam Pramuka - padahal anaknya tidak aktif di GP Karena banyak masyarakat - yg saya tahu disekeliling kampung, dimana orang tua saya tinggal - sering merasa keberetan kalau anaknya setiap hari sabtu harus pakai seragam GP, belum jumat pakai baju muslim, terus hari apa lagi harus seragam Olah Raga - Sedangkan untuk, membeli seragam sekolah bukupun mereka sudah repot Tapi kalau sekolah tetap mewajibkan, ( ini lucu : karena sekolah sudah bisa mewajibkan seragam organisasi diluar kewenangannya ) KWARNAS mau bisa apa ?( selain mohon - sambil berlutut kalau perlu - kepada departement yg ngurus sekolah ) karena itulah kenyataan di negeri tercinta, paling tidak KWARNAS sudah peduli pada orang tua yg kurang mampu Soal Pengakap mau seribu macam seragam itu urusan mereka - Dan jangan lupa ekonomi mereka sudah jauh lebih baik dari pada RI - Masa dasi pakai lambang kitri. Jelek banget dan tidak punya makna. Saya kira ucapan ini tidak bijak keluar dari seorang pelatih ! wujudnya saja belum ketahuan sudah bisa katagorik itu jelek banget dan tidak punya makna Saya jadi ingat anak saya ( ketika seumur siaga) waktu mau dikasih Surabi, belum saja dicicipi sudah bilang tidak enak. Tahukah anda bahwa ada dasi yang penuh dengan lambang kepanduan dunia ( walaupun bukan dasi seragam resmi) - , dan yang menjual - bukan toko sebelah, tapi kedainya pandu dunia Soal bagus - jeleknya - logo GP di dasi tinggal bagaimana caranya supaya bagus, dan soal makna apa bedahya dengan di krah baju atau di saku - di topi - di peci - di baret - diikat pinggang - ditanda jabatan andalan - dan dibanyak lagi. Dan kalau anda benar benar positif thinking anda bisa mengerti maksud yang sebenarnya, Supaya di dasi itu ada trade mark nya GP, dan tidak setiap orang bisa membikin tanpa membayar hak cipta kepada GP Soal setengan leher pa-pi sama( modelnya ) , mengingat kepada BP nyonya.( BS /GG) - tapi kalaupun tetap pakai pita leher karena unik, mungkin benar karena di GP ini banyak yang unik ! Setengan leher PUTRA PUTRI SAMA, ( maaf kalau salah: saya belum melihat PITA LEHER DI KEPANDUAN MANAPUN DI DUNIA ) dengan logo GP - supaya bisa didaftar hak ciptanya - tidak setiap orang bisa bikin tanpa ijin Pramuka dan membayar hak ciptanya , JUGA BAGI ATRIBUT ATRIBUT LAINNYA. Semuanya itu hanya pendapat saya untuk GP, dan pada pendapat pendapat lainnya walaupun saya tidak sependapat, saya tetap menyampaikan rasa hormat saya, dan bersyukur karena masih banyak yg peduli terhadap GP. Terima kasih Salam Tata [Non-text portions of this message have been removed]
[Pramuka] [tanggapan]golongan penggalang
salam Pramuka, kak. usia penggalang emang usia yang berada di dua jenjang pendidikan. SD SMP. ada bagus tentu ada minus. nah, karena saya membina di gudep penggalang SMP yang sikonnya adem-ayem. beberapa siswa yang gak mo ikut pramuka alasannya ; Bosan kak. SD saya udah ikut pramuka. udah belajar kayak baris, semaphore, morse. udah ikut lomba, kemah. ibarat kata, mereka udah tau pramuka sehingga tergambar lebih dulu bahwa pramuka di SMP ya gak jauh beda. belum lagi seragam SD yg makin lama makin sempit. pas diminta beli baru ada rasa keberatan karena SMP-nya enggak terapin make seragam Pramuka. dari seratus anak SD, mungkin hanya segelintir yang mo lanjutin lagi kegiatan pramuka di SMP. sisanya memilih kegiatan yang baru kayak klub olahraga/ musik. menurut saya, memang harus ada formula pola pelatihan baru di jenjang SD SMP. sama-sama penggalang tapi ada pembedanya. terima kasih Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]