[proletar] Test Kepribadian: MAAF
Yuu..uk coba test kepripadian: Cobalah renungkan sejenak, nama-nama dari orang kepada siapa saja Anda merasa sewot/sebel/ benci ? Begitu juga dengan kejadian-kejadian yang sangat menyakiti hati Anda ? Apakah masih ada nama-nama atau kejadian-kejadian menyakitkan yang masih teringat ? Apabila jawabannya Yes berarti Anda kurang rapih membersihkan arsip gudang dosa Anda, kita masih belum mampu mereset jadi nol kembali kalkulator dosa kita, sehingga rasa benci dan hal-hal yang negatif lainnya masih tetap saja bercokol dan teringat terus. Dalam hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa virus benci maupun sewotnya masih tetap ada di dalam pikiran maupun lubuk hati kita. Itulah hasil nyata dari Neraca hitung-hitungan dari Permohonan Maaf Lahir Batin selama hari raya Lebaran kemarin ! Padahal kalau direnungkan, kemarin kita telah mengirimkan puluhan bahkan ratusan SMS, kartu permohonan maaf lahir dan batin, begitu juga dengan parsel maupun bunga kepada semua rekan-rekan dan handai taulan kita dengan harapan minimum setahun sekali kita dapat membersihkan batin dan hati kita. Dengan demikian diharapkan dapat mengawali tahun baru dengan pandangan maupun hidup yang baru. Hanya sayangnya kalau kita jujur, orang yang kita benci masih tetap saja ada dan banyak, bahkan kejadian-kejadian yang menyakitkan pun masih tetap saja tak terlupakan. Kenapa? Permasalahannya; kita hanya mengirimkan SMS, kartu ucapan permohonana maaf lahir dan batin kepada orang-orang yang kita merasa dekat / simpatik saja, apalagi dengan kiriman parsel maupun bunga ini pada umumnya hanya ditujukan kepada keluarga dekat seperti ortu, kekasih atau rekan bisnis atau pejabat; agar take give nya jelas begitu. Jawablah dengan jujur pernahkan anda mengirimkan parsel ato bunga maupun kartu kepada orang yang kita benci ataupun kepada musuh kita, ataupun kepada korban orang-orang yang pernah kita sakiti. Jangan harap ! Boro-boro ucapan selamat yang berkaitan dengan uang kirim email ato sms yang gratisan azah udah ogah. Sebenarnya bukan saya yang menyakiti, melainkan sayalah sang korban yang disakiti, moso sih saya yang harus kirim kartu apalagi parsel, emangnya aku ini termasuk wong gendheng? Bukankah kita seringkali mendengar ucapan seperti forgiving, but not forgetting, kita mungkin bisa memaafkan, tetapi tidak bisa melupakan, apalagi kalau rasa sakitnya itu dalam sekali, sehingga telah menghancurkan hidupnya seseorang. Disamping itu permohonan maafnya pun dalam bentuk kodian, yang dikirim secara grosiran dalam jumlah besar, bukannya eceran. Jadi bukannya yang khusus ditujukan dan ditulis untuk saya tulen, melainkan karena kalimat permohonan maaf tsb sdh tercantum dicetak dikartu atau karena hanya men fwd SMS orang saja. Maka dari itu kalau ia benar-benar serious mau minta maaf, kenapa harus menunggu hingga tibanya hari raya Idul Fitri bukan sebelumnya. Apakah permohonan maaf itu seperti juga penutupan buku neraca akhir tahun yang dilakukan hanya setahun sekali saja untuk melihat laba dan rugi nya untuk berkawan dengan seseorang ? Maka dari itu janganlah heran kalau banyak orang yang menilai permohonan maaf lahir batin yang diajukan pada saat hari raya Idul Fitri tidak dapat ditanggapi secara serious, karena hal ini lebih menjurus kepada tradisi yang sekedar basa-basi atau pemanis bibir saja ! Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis maaf memaafkan ini setiap tahunnya dapat menghasilkan omset ratusan milyar Rp, mulai dari penjualan kartu mohon maaf, s/d porto meterainya, belum lagi dengan pengiriman parsel-nya, kueh, bunga dll-nya. Perlu diketahui bahwa Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi Anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi! Orang yang dapat memaafkan kesalahan seseorang adalah orang yang baik, sedangkan yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseoran adalah orang yang bijak, tetapi orang yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang sebelumnya orang tsb minta maaf adalah orang yang memiliki sifat illahi. Mang Ucup Email: [EMAIL PROTECTED] Homepage: www.mangucup.org http://www.friendster.com/mangucup Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Chelsea...
chelsea sedang mengalami masa sulit. pada saat mourinho dipecat oleh abram, banyak yang memperkirakan akan banyak terjadi eksodus pemain chelsea. lampard sampai saat ini masih menunda perpanjangan kontraknya, lalu drogba sudah menyatakan akan keluar tahun depan. hampir saja drogba langsung keluar dari chelsea, dengan menolak bermain melawan dengan valencia supaya 'eligible' bermain di champions cup dengan klub lain. who's next? susah dah, kalo owner ikut campur urusan pemain, seperti tipikal klub di indonesia. henk ten cate baru direkrut dari ajax, cuman posisinya masih nggak jelas, sebagai asisten ato sebagai manager kembar dengan avram? soale, drogba nggak pernah sekalipun menyebut nama avram. wawancara drogba di prancis... Drogba denies he'll leave Chelsea in January 'I am someone who has always campaigned for solidarity, so I've decided to stay until next summer' Paul Doyle Friday October 19, 2007 Guardian Unlimited For a man who has a reputation for diving, Didier Drogba is remarkably honest off the pitch. Not only does he openly admit to France Football, in an interview published today, that he wants to leave Chelsea, but he explains that he will not do so in the course of this season because it would be a little cowardly to leave at a time when the boat is rocking. He admits, however, that his initial intention after Jose Mourinho's departure was to leave the club as soon as possible and that he originally planned to refuse to play against Valencia last month so that he would be eligible to play in the Champions League for another team later in the season. After reflection, Drogba eventually declared himself available for that game and now says he is determined to stay at Chelsea until June. When you're disappointed you sometimes take stances that you haven't thought about properly, he explained. That was my way of showing how angry I was. But I wouldn't have been able to look my team-mates in the eye afterwards. I am someone who has always campaigned for solidarity, so I've decided to stay until next summer. Chelsea have already pointed out that Drogba committed himself to the club until 2010 when he signed an improved contract last year, but the player said he hoped the club would realise it will be in everybody's interests to let him go next June. Experience shows that there's no point holding on to a player against his wishes, he said. I hope we'll be able to find a tidy way of leaving Chelsea. Drogba also revealed that he has been taking Spanish and Italian lessons for a little while and would relish the opportunity to play for one of the giants of Serie A or La Liga. I want to get back to playing with butterflies in my stomach for a club who make me dream, he said. For me, there aren't 50 clubs who could stimulate this sort of passion, just four: AC Milan, Inter, Barça and Real. Aware that Chelsea fans may accuse him of disloyalty or money-grabbing, Drogba said: Since my first day at Chelsea, I've always thought collectively. I don't think anyone can complain if I decide to think a little about myself towards the end. Though he admitted that this is not the first time he has considered leaving Stamford Bridge and that he has always had a bizarre relationship with Chelsea, he said that Mourinho's departure convinced him it was time to move on. Indeed, he revealed that he would almost certainly have left last summer if he'd known that the manager would be gone within a month of the season's start. Asked if he thought the club waited until after the closure of the transfer window to shed Mourinho precisely because they wanted to prevent a player exodus, Drogba reportedly feigned shock before exclaiming: That would be Machiavellian thinking! All I know is that the decision has done a lot of damage to the team, he continued, seriously. There are many casualties in the dressing room because now we know what happened and whose fault it is that Jose Mourinho is gone. In the days after his departure, I had trouble looking at certain people without feeling angry. Some things that were done and said did not conform to the mentality of a squad that until that point had always been tight and had shown solidarity for each other. I understand that some people might not have wanted the coach to stay and hoped that his successor might give them more games, but what happened went beyond that. It went far too far. Maybe it would be an exaggeration to talk about treachery but certainly some people were very disappointing. I understand why the coach, despite being very attached to most of the players, announced as he was going, 'I am very happy to be leaving here.' Drogba described the atmosphere in the dressing room after Mourinho's departure. There were fireworks ... Things went a little haywire and there was quite a rumpus within the group. Several players weren't far off professional misconduct, ignoring basic principles. Fortunately all that didn't last too long.
[proletar] Fwd: Re: [apakabar] Muslims Girls and Indian School
Menurut Wikipedia sih: http://en.wikipedia.org/wiki/Henna The Night of the Henna was celebrated by most groups in the areas where henna grew naturally: Jews, [15], Muslims[16], Hindus, Christians and Zoroastrians, among others, all celebrated marriages by adorning the bride, and often the groom, with henna. Satu lagi: di Minangkabau namanya inai... Dulu ada lagu (Gumarang atau Nuskan Sarif atau orkes lain?)) yang teksnya berbunyi.. Malam-malam bainai yo sayang... Dan sebelum ada cat kuku (cutex?) perempuan muda suka meng inai kukunya... --- In [EMAIL PROTECTED], rahardjo mustadjab [EMAIL PROTECTED] wrote: Be, Mengecat henna ditangan cewek bukan adat Muslim. Tapi adat orang Hindu. Kalau cewek Muslim India memakai henna, itu namanya akulturasi. Peristiwanya kan di sekolah Parsi atau Zoroaster sekolah swasta yang punya aturan sendiri mengenai pakaian (sederhana) dan tutur kata harus baik. Perlu diketahui, henna kelihatannya seperti tattoo. Menurut aku, kepala sekolah salah karena langsung memberi skorsing 7 hari. Maksudnya barangkali dalam 7 hari hennnanya hilang. Wartawan Arab News juga salah tidak tahu masalahnya langsung adu domba. Salam, RM --- Pemerhati Bangsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau ini terjadi di India, bukan Perancis maupun Amrik. Muslim girls yg ada gambar 'henna' di tangannya dilarang masuk sekolah sampai gambarnya hilang. (henna berdasarkan kamus mirriam-webster adalah 1 : a reddish-brown dye obtained from leaves of the henna plant and used especially on hair 2 : an Old World tropical shrub or small tree (Lawsonia inermis) of the loosestrife family with small opposite leaves and panicles of fragrant usually white flowers). Konon di India, muslim girls ada kebiasaan menggambar daun henna di tangannya di waktu shalat Ied (di endonesha kayaknya gak pernah denger ya?). Ini satu kasus lagi yg menandakan keseragaman di sekolah umum itu sesuatu yg sangat didisplinkan. Sekali lagi, saya kok mendukung si kepala sekolah wanita Batra yg mencoba upholding rules walau pemerintahnya nggak sependapat. Sekali berikan permit khusus, berikut2nya akan datang lagi request2 yg semakin absurd atas nama ini ono. PB http://www.arabnews .com/?page= 4section=0article=102565d=18m=10y=2007pix=world.jpgcategory=World Thursday 18 October 2007 (07 Shawwal 1428) Muslim Girls With Henna Barred From Indian School Shahid Raza Burney, Arab News PUNE, 18 October 2007 Muslims were up in arms against a Parsi-run school here after it suspended more than 170 Muslim students on Tuesday for painting henna on their hands during Eid. The parents were shocked when the Sardar Dastur Girls High School stopped the students from attending classes for seven days. The school management had earlier said that according to school rules, applying henna on hands was not allowed. When Arab News sought the comment of State Education Minister Vasant Purke on the issue, he said, Strong disciplinary action will be taken against the school for issuing such an irresponsible order. I have ordered the deputy director of education to issue a notice to the school immediately. Purke said the school authorities should have explained the matter to the parents rather than taking action against the students. Taken aback by the outrage, the school management withdrew the order yesterday morning. Girish Gulathi, chief administrative officer of the school, said the suspension order had been withdrawn and all students could attend the school. Asked if action would be taken against the headmistress of the school, Gulathi said, It will take some time. Students, who were stopped from attending classes, were worried they would miss the oral examination scheduled for next Monday. A delegation of parents met school Headmistress Arnita Batra earlier but she refused to budge saying the move was aimed at enforcing discipline. Word needs to be sent across among students and parents about adhering to rules and maintaining discipline. Our school is known for its high standard of discipline and any violation would not be tolerated at any cost. Allowing them to attend classes will send a wrong signal to other students. Batra stressed that the school rules did not allow students to apply nail polish, henna or wear any jewelry when coming to school. Fatima Syed, a four-year-old student said, Madam scolded and warned us to remain out of school until the henna color fades. Don't come to the school till Monday, she said. Altaf Shaikh, whose two daughters were suspended, said: There is no clause mentioned in the school rules that bars application of henna on hands. On Eid, Muslim girls decorate their hands with henna. Had we been forewarned, we would not have done it. The school action is too extreme. The management should sack Batra, he demanded m2f dikirim lewat
[proletar] Post-dogmatic Indonesia
http://www.thejakartapost.com/detaileditorial.asp?fileid=20071019.E03irec=2 Post-dogmatic Indonesia Ahmad Amir Aziz, Mataram Muslims here and around the world have just celebrated Idul Fitri to mark the end of Ramadhan - the holiest month in the Islamic year. Through fasting, contemplation and charity, Muslims renew their commitment to honesty, piety and integrity. They should have asked themselves what they achieved and changed as they completed their month of fasting. Unfortunately, many Muslims look to have passed this ritual without achieving significant change. Their behavior, attitude and outlook remains the same, regardless of whether or not they fasted. Fasting has had no impact on many people, meaning that to some, religiosity stops at the dogmatic level. However, we must say that Ramadhan does offer Muslims a great opportunity to improve their character. This attitude is taken by those who really care for Islamic values in a social sense, those who like thinking about and sympathizing with others, those who like helping others and those who emphasize their relationship with other human beings (hablum minan naas). The Koran sees social welfare as a basic value in a sane and peaceful human society and refers to working toward overcoming human problems. It inspires Muslims to relate their taqwa to social realities, and to love fellow human beings who should be treated as part of an extended human family. However, among Muslims tolerance seems to be sometimes lacking. One such example is a case in which a group of Lombok residents were driven from their homes because they belonged to what was considered a heretical sect by Islamic authorities. It is important to note that today we live in a post-religion era in which religion has become merely a sub-culture that sometimes moves us ahead and sometimes drags us back. It has been displaced by more powerful strengths, like secularism and globalization. Religion in the modern world should be based on an awareness of the importance of finding a balance between science, human rights and faith, rather than only seeing the differences between them. We hope many religious leaders in the country are working to facilitate democracy, peace, freedom of religion and other human rights. Put simply, religion is peace and peace is religion. Without peace there is no religion. Likewise, without religion there is no peace. Religious communities need to produce something very substantial, which will prove helpful in the construction of a peaceful world. This is possible, as all religions have the same vision when it comes to peace. Anyone who has studied Hinduism will agree that Hinduism is a philosophy of peace. Some scholars, such as Arnold Toynbee, have pointed out that the concept of Hinduism itself generates a spirit of mutual coexistence. Buddhists also believe in non-violence, saying that, the killing of a sensation is sin and to save a sensation is virtue. This means that according to Buddhism, violence is not simply bad in the moral sense, but a sin which is even worse than bad behavior. Christianity is also a religion of peace. This is one of the reasons the religion has gained such great popularity around the world, with the largest number of followers out of all religions. As we know, Jesus Christ once said, I tell you not to resist an evil person. Whoever slaps you on your right cheek, turn the other to him also. Islam is a religion of peace too. Even its name connotes peace. The root word of Islam is silm, which in Arabic means peace. One of God's names is Salam, which means peace. The Prophet of Islam is described as Rahamah, another name for peace. According to the Koran, paradise is a divine haven of peace. It is only those who have proven to be peacemakers in this world who will be allowed to enter God's Paradise. All religions condemn violence. We believe violence has no place in society. Dialog has become a tool to foster better understanding between different faiths and to promote a peaceful coexistence. Dialog is important to understand what it means to believe in a particular religious tradition and to understand the beliefs of others. With dialog, religious communities can join together to overcome social problems. They may eventually understand that humanitarian activities are equal to, or perhaps even more important than, the vertical dimension of ritual. We hope in a post-dogmatic society, members of all religious communities will seek a mutual understanding of peace in the country. The writer is a lecturer at the State Institute for Islamic Studies (IAIN) in Mataram, West Nusa Tenggara. printer friendly Post Your Comments Comments could also be sent to: [EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL
[proletar] Berbahasalah dengan Sopan dan Santun
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/102007/20/0902.htm Berbahasalah dengan Sopan dan Santun Oleh KARNITA, S.Pd. BAHASA menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa yang sarkasme, menghujat, memaki, memfitnah, mendiskreditkan, memprovokasi, mengejek, atau melecehkan, akan mencitrakan pribadi yang tak berbudi. Tepatlah bunyi peribahasa, bahasa menunjukkan bangsa. Bagaimanakah sebenarnya tingkat peradaban dan jati diri bangsa tersebut? Apakah ia termasuk bangsa yang ramah, bersahabat, santun, damai, dan menyenangkan? Ataukah sebaliknya, ia termasuk bangsa yang senang menebar bibit-bibit kebencian, menebar permusuhan, suka menyakiti, bersikap arogan, dan suka menang sendiri. Bahasa memang memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu suatu kebijakan yang berimplikasi pada pembinaan dan pembelajaran di lembaga pendidikan. Salah satu bentuk pembinaan yang dianggap paling strategis adalah pembelajaran bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa lainnya di sekolah. Dalam KTSP, bahasa Indonesia termasuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Kelompok ini juga merupakan salah satu penyangga dari kelompok agama dan akhlak mulia. Ruang lingkup akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral. Kelompok mata pelajaran estetika sendiri bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan itu mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mesyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Tujuan rumpun estetika tersebut dijabarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang bertujuan agar peserta didiknya memiliki kemampuan antara lain (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis dan (2) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Tujuan tersebut dilakukan dalam aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pelajaran bahasa Indonesia telah eksis sejak dulu dari tingkat SD sampai PT. Di SD pelajaran ini mulai diberikan di kelas IV-VI, alokasinya 5 jam per minggu atau 15,63% dari total alokasi jam pembelajaran, SMP 4 jam atau 12,5%, di SMA kelas XI 4 jam atau 10,53%, kelas XI dan XII 4 jam atau 7,69%. Alokasi itu diperkuat lagi dengan pelajaran bahasa Sunda sebanyak 2 jam setiap minggunya. Di PT, bahasa Indonesia termasuk dalam MKDU, minimal 2 SKS. Ini menunjukkan bahwa kedudukannya dalam kurikulum pendidikan formal begitu utama dan strategis. Ironisnya, eksistensi dan besarnya alokasi jam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah saat ini belum memberikan kontribusi dan korelasi yang berarti terhadap tumbuhnya kesadaran penggunaan bahasa secara verbal yang lemah lembut, santun, sopan, sistematis, teratur, mudah dipahami, dan lugas. Pelajaran tersebut harus diakui belum mampu membangun nilai-nilai estetika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan pembelajarannya masih bersifat kurang komunikatif, dikotomis, artifisial, verbalistis, dan kognitif. Kegagalan menanamkan pendidikan nilai melalui pembelajaran bahasa Indonesia ini tercermin pada perilaku berbahasa yang tidak mengindahkan nilai-nilai sopan santun. Kegagalan ini sedikit banyak telah memberi andil pada terjadinya tindak kekerasaan di masyarakat, perseteruan di tingkat elite, dan ikut memengaruhi terjadinya pelecehan terhadap nilai-nilai luhur yang dihormati bersama. Menurut pakar bahasa, I. Pratama Baryadi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terdapat korelasi antara bahasa sebagai lambang yang memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi antarmanusia dengan kekerasan yang merupakan perilaku manusia yang hegemonik-destruktif. Dua korelasi itu, pertama, bahwa bahasa dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan kekerasan sehingga menimbulkan salah satu jenis kekerasan yang disebut kekerasan verbal. Wujudnya terlihat dalam tindak tutur seperti memaki, membentuk, mengancam, menjelek-jelekkan, mengusir, memfitnah, menyudutkan, mendiskriminasikan, mengintimidasi, menakut-nakuti, memaksa, menghasut, membuat orang malu, menghina, dan lain sebagainya. Kedua, bahasa yang tidak digunakan sesuai dengan fungsinya akan menjadi pemicu timbulnya kekerasan. Fungsi hakiki bahasa adalah alat komunikasi, alat bekerja sama, dan pewujud nilai-nilai persatuan bagi para pemakainya. Dalam teori percakapan, ada dua prinsip penggunaan bahasa yang wajar-alamiah, yaitu prinsip kerja sama
[proletar] damn good....
phew..., sampe mrindink nontonnya. http://www.maniacworld.com/Phone-Salesman-Amazes-Crowd.html __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Lazuardi Lazuardi
Kata orang kamu dulu sastrawan muda. Sempat jadi pelukis dan belajar ke Akademi Seni Rupa di Yogya.Lalu sempat juga jadi wartawan dan redaktur majalah ngepop di Jakarta. Kecil aku suka memperhatikanmu bergulat dengan mesin tik di loteng atas tempat angin malam masih gemar menyelinap celah di antara dinding papan. Pagi hari ketika kamu tertidur aku baca sebagian cerpen atau puisimu yang tidak kumengerti apa maksudnya. Ah bahasa sastrawan, tingkahmupun jarang berada di alur kenormalan. Wajahmu manis, rambutmu dulu sebahu. Pacar pacarmu bertampang aneh mungkin lantaran selera seniman. Nilai estetikamu berbeda dengan kebanyakan orang. Kesayangan Jamilah Mahyudin, itu tampak dari roman wajahmu yang aku perhartikan ketika berziarah ke makam ibumu itu. Keras kepala dan gampang behutang. Sok keras tapi bertangisan tiap kali adik adikmu pulang. Ah Lazuardi...Lazuardi betapa dalam kebengalanmu begitu gampang menebakmu kecengengan hatimu yg cepat kasihan pada orang. Kekerasan hidupmu menempa dagu petakmu. Beranak 4 dari 2 kali menikah. Kata orang kamu playboy, tapi aku kira kamu cuma mencari pelarian dari kebroken heart an keluargamu dulu. Dibesari oleh seorang janda cerai yang dibiarkan miskin membuatmu dendam pada kemiskinan. Lalu kamu mulai melakukan segara cara untuk melarikan diri dari kemiskinan,Salah satu cara yang aku tidak mengerti adalah penulisan bukumu soal Sudwikatmono dan terakhir tentang kenapa semua orang mencintai Suharto. Lazuardi I miss you so damn much. Sering bebeda pandangan mungkin kita. Tapi tetap aku kagum dengan keberanianmu bereksperiman dalam hidup. Ketika dulu di sma aku tidak punya uang untuk study tour ke Bali, kamu rogoh dompet dan memberikan 80 ribu rupiah dan bilang, jangan kalah dengan anak anak orang berduit. Kamu adalah malaikatmu yang manis. Darahmu dan darahku sering menari bersama. Lazuardi aku sayang kamu. Hati ini remuk kamu tinggali aku tanpa pesan. Langit menjadi begitu murung. Air terjun dari mataku. Air yang terjun terus menerus seharian.Adi Sage, kapan aku bisa menemuimu lagi. Melihat mukamu yg kadang sengaja berlagak berjuis membuatku terpingkal. Borjuis yg makan ketoprak 2000 an. Ramadhan jarang puasa tapi punya anak asuh yatim piatu di mana mana. Barangkali kamu kesayangan aku dan tuhan. Aku sayang kamu Lazuardi. Aku ingin ikut beramai ramai datang menjengukmu seperti ratusan temanmu ditempatmu berbaring tak berdaya. Adek Alwi ada disana, Sys Ns juga, Kurniawan Junaedhi dan Muklis juga, tapi aku dengar kamu sudah tak sadar. Ah jika kamu siuman pastilah kamu akan kamu ledeki mereka sebagai manusia manusia cengeng, tidak sadar kamupun sama. Aku akan selalu meyanyangimu Lazuardi. Kamu adalah figur yang unik. Kamu adalah kiblat, Darahmu ada di dalam darahku. Berhulu sama, mengalir dengan irama yang sama. Selamat jalan setengah jiwa. Kamu akhirnya berjalan lurus menuju sang kekekalan. Biarkan aku membanjir jauh di sini. Di seberang benua.Separuh batinku kosong tanpa kamu. Separuh rohku, separuh ... Tubuhmu akan sejajar dengan tubuh ibumu dibawah sekeping nisan. Namamu akan digoreskan diatas tanggal kelahiran dan kematian. Lazuardi, Lazuardi..rasanya aku ingin ikut mati. Dan katakan jika sempat bertemu roh ibumu. Bilang pada sang pemintas badai. Bahwa di sini jauh di lain negeri ini, suatu saat rohku akan berterbangan menuju kalian. Jasad kita berdampingan lubang ke lubang. Aku akan bahagia di tengah sang ibu dan abang. O Lazuardi my dear brother.. Katakan karena kita keturunan keluarga yang mati muda, Menungguku tidak akan memakan waktu terlalu lama.. Lalu suatu saat sang habepun sirna b ... /HTML [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [proletar] Re: delay perpindahan ke indo
In a message dated 10/19/2007 1:07:25 PM Pacific Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: ya - itu dia maksud saya - beh - ente simpan bom waktu ARM enggak? ente pernah liat muka ane yg manis kan? ada ngga potongan ane make ARM? jelas ngga adalah.. mentang mentang gue pake nama proletar disangkanye ane oon banget ape? Fixed rate 15 tahun dan sudah berjalan hampir 8 tahun thats all folks /HTML [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [proletar] Re: delay perpindahan ke indo
In a message dated 10/19/2007 11:16:12 AM Pacific Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Selama tidak menyimpan bom waktu ARMs, masih lumayan juga. Mengingat harga rumah ada yang lipat dua atau lipat 3 dari harga beli semula. adjustable rate mortgage itu biasanya dipakai buat pembeli rumah yang track rekordnya jelek alias punya tingkat resiko yang tinggi ( untuk pailit ) benar harga rumah sudah 2 atau 3 kali lipat dari harga awal. Tapi devaluasi 20 persen harga rumah tetap tidak kecil.Dan bagi orang yang cuma berpindah dari satu kota di Amerika ke kota lainnya, menjual lalu membeli rumah tidak menghasilkan profit yang berarti. Kecuali jika jual rumah di Amerika lalu beli rumah di Lembang lalu main motor motoran..profitnya masih kelihatan jelas /HTML [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Everywoman
Bisa lihat youtube, silahkan lihat Everywoman- Stories from Egypt- 19 October 07- Part 1 http://www.youtube.com/watch?v=HxV1Ab0V3Fkmode=usersearch= Everywoman- Stories from Egypt- 19 October 07- Part 2 http://www.youtube.com/watch?v=GGFZNd2jfR8NR=1 [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Why Muslim nations trail the West
http://www.thejakartapost.com/detaileditorial.asp?fileid=20071019.E04irec=3 Why Muslim nations trail the West Sayuti Hasibuan, Jakarta One striking fact about the state of human development in the world today is that Muslim countries rank generally low on the human development index. No Islamic country comes anywhere near the industrialized countries in terms of human development. Every year, the United Nations Development Program (UNDP) issues its Human Development Report, which ranks countries in the world. In 1999, out of 165 countries, the highest-placed Islamic country was Brunei Darussalam, at No. 32. The lowest was Niger, at No. 161. Islamic countries with larger populations, such as Indonesia, Egypt, Morocco, Pakistan and Bangladesh, failed to make the top 100. The relative positions of these Islamic countries did not improve in the 2005 report. Western European countries, North America and Australia ranked among the top 25 that year, while Indonesia fell to 110th out of 177 countries. The latest UNDP Human Development Report, in 2006, revealed that developed economies still led the pack, with Norway perching on top. There was a slight improvement made by five Islamic countries compared to their 1999 rankings, namely Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman and Tunisia. But overall the relative positions did not change significantly. The human development index covers the degree of human achievement in the fields of education, health and the economy. So the lower ranks in human development indicate that Muslims in general have lower educational levels, lower health status and lower economic capabilities than non-Muslims. From the income point of view, a large number of Muslims live in abject poverty. Based on the US$1/per capita income per day standard, in the period of 1990-2004, 7.5 percent of the population in Indonesia, 3.1 percent in Egypt, and 17 percent in Pakistan lived in poverty. If we use the World Bank's $2 per day per capita, the proportion of the poor population increases to 52.4 percent in Indonesia, 73.6 percent in Pakistan and 82.8 percent in Bangladesh. Such poverty situations are a far cry from the Koranic injunction that each and every Muslim (as is every other human being) is a representative of Allah on earth. One may justifiably ask why these sad conditions prevail long after many of these countries gained their freedom at the end of World War II. Muslim intellectuals have been acutely aware of the poverty situations in their countries and there have been brilliant analyses of these problems. More than that, there have been successful action programs to reduce poverty directly, albeit partial ones, as in the case of Grameen Bank in Bangladesh, which saw Prof. Muhammad Yunus rewarded with the Nobel Peace Prize last year. The governments of these Islamic countries have taken on systematic development efforts in the form of a series of five-year development plans. These efforts have been going on for decades, often with strong support in the form of funds and ideas from international donors such as the World Bank, the Asian Development Bank and USAID. And yet, as we have seen, the results are far from satisfactory. Why? The short answer is that the economic and political elites of these countries operationally idolize the materialistic and individualistic ideologies of neoclassical economics. Such idolization can hardly be conducive to the full utilization and development of human resources. Such idolization comes in many manifestations but the most well-known ones are economic growth and high per capita income. Take Indonesia, for example. One sees in Indonesia economic growth during the period of 1969 to 1993/1994 increased on average 6.8 percent per year. Per capita income increased from $70 in 1968 to $700 at the end of 1993. But at the same time open unemployment increased from 1.7 percent of the labor force in 1980 or 891,000 people to 3.2 percent of the labor force in 1995 or 6.3 million people. During 1997 to 2006 period, income increased from Rp 413.8 trillion to Rp 3,338 trillion but open unemployment also increased to 11.1 million people or nearly 11 percent of the labor force in 2006. That material achievement is not wanted for its own sake but as a means to something else has been known since Aristotelian times and the Muslim holy book is full of injunctions against such idolization. So why do Muslim leaders and elites idolize material achievement? This is because they follow the precepts of neoclassical economics literally. Not that all the precepts of such economics are wrong. As part of the human legacy of wisdom and knowledge, such precepts cannot all be wrong. But the practical precepts of neoclassical economics need to be cast in the framework of the basic aims of the societies in these countries and the basic methodologies to be pursued. The aim is to make Muslims an effective catalyst
[proletar] Gulfnews: I know the attackers: Bhutto
Print this page I know the attackers: Bhutto http://archive.gulfnews.com/world/Pakistan/10161353.html 10/19/2007 08:25 PM | By Ashfaq Ahmed, Staff Reporter Dubai: Former Minister Benazir Bhutto said she knew, who tried to take her life during her historic comeback rally on Thursday. She said that she had already given three names, who she suspected can attack her, in a letter to President General General Musharraf on October 16 - two days before her return to Pakistan. The government as a government is not involved but some individuals in the government are responsible for the bomb blasts. They are not Al Qaida or Taliban, Chairperson of the Pakistan Peoples Party Bhutto told a crowded press conference on Friday at Bilawal House in Karachi. But, Bhutto did not reveal names of the people or groups she mentioned in the letter to President Musharraf. No one has so far claimed responsibility of attacks. More than 500 international and Pakistani journalists attended the press conference after they were body searched by Pakistan Peoples Party security guard protecting Bhutto. Bhutto, who looked quite relaxed but determined, said she was also warned by a neighbouring country about planned attacks on her return. I told General Musharraf that 'these people' will be responsible if anything happened to me, she said. She said that she was consulting her lawyers to register a police report against attackers. Bhutto said that she knew about the attacks and had received threats but she did not want to delay her trip because she had given her word to the nation. In her opening statement, she said: What does the attack last night signify? The attack was more an attack on the unity and integrity of the country than on any individual or any one political party. It was an attack on Pakistan itself. It was an attack on their political rights, on the political process and on democracy itself. The attack last night was a message sent by the enemies of democracy to all the political parties of the country. It was intended to intimidate and black-mail all the political forces and elements working for democracy and human rights in the country. It was a warning not only to me and the PPP but to all political parties- indeed to the entire civil society - in the country. But let it be known to the perpetrators of the crime that the PPP will not be deterred. We will continue to raise voice and fight for the peoples' rights, come what may. To a question, Bhutto said: A lot of money is involved in the politics of suicide bombing and it is the same mafia which is involved in militant activities, she said. Her husband in Dubai blamed intelligence agencies for attack. He also ruled out involved of Al Qaida or Taliban in bomb explosions at Bhutto's rally. Bhutto did not blame police for lack of security. Both my party guards and police tried their best and both lost lives. I salute them, she said. Some 50 of Bhutto Guards and 100 PPP supporters and policemen were killed in the blasts. She said she is not afraid of losing her life. I will continue my journey for the restoration of democracy and eliminate terrorism and extremism, she determined. President General Musharraf talked to Bhutto over the phone and ensured swift action to arrest attackers. Meanwhile, Karachi wore a deserted look on Friday as people preferred to stay indoors for fear of clashes, which erupted in different parts of the city. Rangers and police personnel continued patrolling the city roads and hundreds of them were deployed at sensitive locations. Afghan border, threatened this month to meet Bhutto's return to Pakistan with suicide attacks, according to local media reports. An associate of Mehsud, however, denied Taliban involvement. Bhutto said her guards prevented more carnage. The 54-year-old former prime minister returned on Thursday to lead her Pakistan People's Party into national elections due in January that are meant to mark a transition from military to civilian-led democracy. Bhutto, traveling in a truck reinforced to withstand bomb attacks, was unhurt by one of the deadliest bomb attacks in her country's violent history. Army chief General Musharraf condoled with his potential ally by telephone from Islamabad and they both expressed their unflinching resolve to fight the scourge of extremism and terrorism, the president's spokesman Rashid Quereshi said. Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send
[proletar] DutchNews.nl: Eight youths arrested in Slotervaart
DutchNews.nl Eight youths arrested in Slotervaart 18-10-2007 Amsterdam police arrested eight youths in the suburb of Slotervaart on Wednesday night. Three were carrying jerry cans, five others were taken into custody on suspicion of planning to cause trouble, a police spokesman said on Thursday. Later a car was set on fire, news agency ANP reported. It was the third night in a row that a car has been set alight close to the police station where Bilal B. attacked two police officers with a knife and was shot dead. Despite the car blaze and heavy police presence, the area was mainly quiet, police said. On Wednesday, local council chairman Ahmed Marcouch called on the police to get tough on the troublemakers a hard core of some 20 to 30 youths. The arrests on suspicion of planning to cause trouble is part of this new approach, NOS tv said. Amsterdam police chief Bernard Welten told a tv talk show on Wednesday evening that he was constantly aware that trouble could break out. © DutchNews.nl [Click here to print this page] --- End forwarded message --- Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [proletar] Re: delay perpindahan ke indo
ya - itu dia maksud saya - beh - ente simpan bom waktu ARM enggak? On 10/19/07, teddysrachman [EMAIL PROTECTED] wrote: Selama tidak menyimpan bom waktu ARMs, masih lumayan juga. Mengingat harga rumah ada yang lipat dua atau lipat 3 dari harga beli semula. --- In proletar@yahoogroups.com, Leo Susanto [EMAIL PROTECTED] wrote: LOL - masih sisa 240 rebu? Alamak On 10/19/07, hadingrh [EMAIL PROTECTED] wrote: ngapain pusing kl lenyap 20% ? pan masih sisa 240rebu lagi? hidup bakalan endah kl hal2 kecil yg mengganggu bisa dibuang jauh2. hidup bakalan ni'meh kl hal2 kecil justru bikin kita bersyukur. kayak aku nih, masih bisa bersyukur pake leptop centrino wlpun bukan keluaran baru, sementara jusfiq masih betah pake pentium 3. tidur juga bisa nyenyak walo gak mampu beli ac, krn udara malam bandung masih segar melegakan paru2. 60rb dollar gak sebanding dgn nikmatnya jalan2 sore motor2an di lembang-ciater. ... segeeer. --- In proletar@yahoogroups.com, Proletar2@ wrote: Keinginan begitu meluap untuk pindah ke Indonesia. Tapi seperti kakek renta yang libido besar enersi kurang, nasib menjedukan ini kepala di realita. Sejak krisis subprime mortgage di Amerika, value rumah saya turun drastis 20 persen. Di atas kertas uang habe lenyap sekitar 60 ribu dollar. Ingin menjerit apa daya. Nasib yang tadinya kelihatan kental, sekarang berubah menjadi bubur ayam monas yang murah meriah-teman para joger di pagi Jakarta. Problem yang lainnya adalah menjual rumah sekarang tidak se easy seperti satu atau 2 tahun yang lalu. Jumlah rumah yang dijual di Las Vegas ada ribuan. Buyer market membuat semua rencana diundur sampai saat yang pasti ditentukan. Katakan wahai Kimhook, kenapa semua perantauan Indo hampir semuanya ingin pulang? Yup karena Indonesia bukan Somalia, Afhagnistan Ethopia, dan semua negara yang nihil menjanjikan hidup yang layak.Indonesia adalah negeri penuh misteri. Ketika semua perantauan dari afrika ,eropa timur,bahkan cina bersedia tua dan mati di negeri seberang, perantauan kita di benaknya selalu terdapat misi kembali ke tanah leluhur setelah bekal cukup. Mungkin ini adalah panggilan nyiur melambai, mungkin juga panggilan guna guna dukun warteg, entahlah Maka akan saya katakan, ketika bekal telah cukup jelas saya akan pulang. Ketika kebutuhan materi telah terpenuhi, kebutuhan spiritual yang selama ini jarang diberi atensi harus segera diisi. Bukan, ini bukan persolan agama, tapi soal bagaimana mewarnai hidup dengan kelengkapan. Apa tidak iri melihat orang yang terpingkal pingkal di arisan keluarga? Reuni sma? dan bocah bocah pitak yang main bola di halaman sd mereka di Cicalengka? Lalu hujan...ah tidak ada gerimis yang lebih romantis dari pada ketika duduk di beranda depan sambil mengunyah pisang goreng dan kopi dan ngobrol anak dan istri dan kadang dengan tetangga pensiunan sebelah kiri , Pak Sumedi dari soal bagaimana memperbaiki pos hansip sampai ke soal pemilihan Gubernur Serang. Apa? Terdengar kampungan? Yess my dear Kimhook. Di Indonesia saya tidak perlu ngobrol soal Mit Romney yang bakalan menjadi presiden Amerika berikutnya. Tidak juga soal filosofi, sastra, kebiadan nabi,mesin ketik kiriman Jusfiq buat Pramudya, sosiologi, Karl Jasper,Tolstoy whatever. Karena habe sudah masuk ke phase yang percaya bahwa kebahagiaan cuma terdapat di hal hal yang kecil. Dan ketenangan jiwa ada di hal yang sederhana. Habe tidak akan ngobrol bagaimana kegermelapan Las Vegas di tengah malam. Jalan jalan ke London dan Paris. Seperti iman, pengalaman hidup yang terdengar menyilaukan cukup disimpan di dalam diri sendiri. Tidak perlu dipajang bagai piagam dan diploma. begitulah Habe /HTML [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED]
[proletar] Volkskrant: Opnieuw auto in brand in Amsterdam-West
Bagi yang bisa berbahasa Belanda... 21:51 Opnieuw auto in brand in Amsterdam-West ANP AMSTERDAM - In Amsterdam-West is vrijdagavond rond 21.15 uur opnieuw een auto in brand gestoken. Dat maakte de politie bekend. * Print * Nieuwsbrieven * E-mail dit artikel * Meer over dit onderwerp Stuur me mail over Uitleg Het voertuig stond aan de President Allendelaan aan de Sloterplas. Dat is niet ver van stadsdeel Slotervaart waar zondag een brigadier op een politiebureau de 22-jarige Bilal B. doodschoot nadat hij haar en een college had gestoken met een mes. Sindsdien is het onrustig in het stadsdeel West. Het is de vijfde achtereenvolgende avond dat relschoppers auto's in brand steken. Volgens de politie zijn de daders wederom gevlucht. Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Der Spiegel: THE END OF TOLERANCE IN AMSTERDAM
DER SPIEGEL 31/2007 - July 30, 2007 URL: http://www.spiegel.de/international/europe/0,1518,497404,00.html THE END OF TOLERANCE IN AMSTERDAM Moroccan-Born Mayor Dispenses Tough Love to Immigrants By Erich Wiedemann For one Amsterdam mayor, the Netherlands' famous tolerance has gone too far. Morrocan-born Ahmed Marcouch is taking the tough cop approach in a rough Amsterdam neighborhood, pushing his fellow immigrants to integrate. But some consider him a traitor. Ahmed Marcouch is calling for his fellow immigrants to integrate. AFP Ahmed Marcouch is calling for his fellow immigrants to integrate. A street festival is in full swing in Amsterdam's Slotervaart neighborhood. The occasion is the dedication of a new community center for Christians and Muslims designed to foster interaction between the two groups. As the crowd listens to music, munches on fish snacks and Arab pastries and drinks fruit juice, Ahmed Marcouch, the district's 38-year-old mayor, holds a speech. He talks about progress and mutual understanding between different ethnic communities. At the end of his talk, Marcouch poses for pictures with an attractive young woman wearing a headscarf. The festival and the speech are nice gestures, but atypical. Normally life in Slotervaart isn't nearly as convivial as the speakers paint it. Crime and unemployment are significantly higher than the national average, and one in three of the neighborhood's young people are high-school dropouts. Ahmed Marcouch grew up in this environment, but he has since made a better life for himself. He was illiterate when he came to the Netherlands from Morocco at the age of 10, but he was lucky enough to encounter a teacher at a progressive Montessori school who helped him get on track. A Different World There is little evidence of Amsterdam's typical charm in Slotervaart, a neighborhood where bleak concrete apartment blocks cluster around a futuristic-looking town hall. Almost half of Slotervaart's 45,000 residents are foreign immigrants, and it is not uncommon to see eight-member families living in cramped, 50-square-meter (540-square-foot) apartments. And it's perhaps no coincidence that the police station is across the street from the mosque. FROM THE MAGAZINE Find out how you can reprint this DER SPIEGEL article in your publication. Immigrants from Turkey or the former Dutch colony of Suriname are not the ones that keep the police on their toes. The problem immigrants in Slotervaart come from Morocco, not from major cities but from villages in the High Atlas and Rif Mountains. They live here in their own world, eating couscous with lamb's brain salad, watching Al-Jazeera and attending the mosque on Fridays. There is little pressure to conform to Dutch customs and lifestyles. This parallel world of immigrants is relatively apolitical. Nevertheless, living together with other ethnic groups has proven to be a challenge for Slotervaart's Moroccan immigrants. But for Hassan al-Maghroubi, originally from the town of Oujda near the Algerian border, all the talk about ethnic tensions is nothing but unfounded agitation. What are we doing that's so dangerous? he asks. Sometimes we stuff potatoes in our neighbors' exhaust pipes, or we steal oranges from some street trader. But otherwise we don't bother anyone here. Hassan is one of what the Dutch call hangjongeren (guys who hang out) -- unemployed men with no prospects of getting jobs. Nevertheless, he says, he feels at home here. Dit is mijn landje, ik ben een rasechte Nederlander, he says in Dutch: This is my country. I'm a purebred Dutchman. A Shift in Mood Slotervaart's most prominent son is former Dutch Prime Minister Wim Kok, who can sometimes be spotted in the morning riding his bike down to the train station along Pieter Calandlaan. Kok, a member of the left-learning Labor Party (PvdA), lives here because he wanted to set an example. But his political adversaries on the right call it a pointless experiment in multiculturalism. The neighborhood, they argue, is contaminated beyond repair. Dutch filmmaker Theo van Gogh was murdered in Amsterdam on Nov. 2, 2004, sparking massive tensions over immigrants in The Netherlands. AP Dutch filmmaker Theo van Gogh was murdered in Amsterdam on Nov. 2, 2004, sparking massive tensions over immigrants in The Netherlands. Mohammed Bouyeri, the murderer of eccentric filmmaker and provocateur Theo van Gogh, lived in Overtoomse Veld, not far from Kok's house. Bouyeri was born in Amsterdam, a second-generation immigrant. Like many Dutchmen, he rode his bicycle and loved to eat traditional Dutch stews. He couldn't have been more Dutch, but he got caught up in the radical Islamist movement nonetheless. Van Gogh's murder marked a turning point in Holland's warm and fuzzy take on democracy. Until then, the Dutch were accustomed to looking generously the other way when it came to a wide range of abuses. The approach even had a name: the gedogen principle. The untranslatable
[proletar] The New York Times: The End of Tolerance in Amsterdam
The New York Times Printer Friendly Format Sponsored By August 2, 2007 The End of Tolerance in Amsterdam By Erich Wiedemann For one Amsterdam mayor, the Netherlands' famous tolerance has gone too far. Morrocan-born Ahmed Marcouch is taking the tough cop approach in a rough Amsterdam neighborhood, pushing his fellow immigrants to integrate. But some consider him a traitor. A street festival is in full swing in Amsterdam's Slotervaart neighborhood. The occasion is the dedication of a new community center for Christians and Muslims designed to foster interaction between the two groups. As the crowd listens to music, munches on fish snacks and Arab pastries and drinks fruit juice, Ahmed Marcouch, the district's 38-year-old mayor, holds a speech. He talks about progress and mutual understanding between different ethnic communities. At the end of his talk, Marcouch poses for pictures with an attractive young woman wearing a headscarf. The festival and the speech are nice gestures, but atypical. Normally life in Slotervaart isn't nearly as convivial as the speakers paint it. Crime and unemployment are significantly higher than the national average, and one in three of the neighborhood's young people are high-school dropouts. Ahmed Marcouch grew up in this environment, but he has since made a better life for himself. He was illiterate when he came to the Netherlands from Morocco at the age of 10, but he was lucky enough to encounter a teacher at a progressive Montessori school who helped him get on track. A Different World There is little evidence of Amsterdam's typical charm in Slotervaart, a neighborhood where bleak concrete apartment blocks cluster around a futuristic-looking town hall. Almost half of Slotervaart's 45,000 residents are foreign immigrants, and it is not uncommon to see eight-member families living in cramped, 50-square-meter (540-square-foot) apartments. And it's perhaps no coincidence that the police station is across the street from the mosque. Immigrants from Turkey or the former Dutch colony of Suriname are not the ones that keep the police on their toes. The problem immigrants in Slotervaart come from Morocco, not from major cities but from villages in the High Atlas and Rif Mountains. They live here in their own world, eating couscous with lamb's brain salad, watching Al-Jazeera and attending the mosque on Fridays. There is little pressure to conform to Dutch customs and lifestyles. This parallel world of immigrants is relatively apolitical. Nevertheless, living together with other ethnic groups has proven to be a challenge for Slotervaart's Moroccan immigrants. But for Hassan al-Maghroubi, originally from the town of Oujda near the Algerian border, all the talk about ethnic tensions is nothing but unfounded agitation. What are we doing that's so dangerous? he asks. Sometimes we stuff potatoes in our neighbors' exhaust pipes, or we steal oranges from some street trader. But otherwise we don't bother anyone here. Hassan is one of what the Dutch call hangjongeren (guys who hang out) -- unemployed men with no prospects of getting jobs. Nevertheless, he says, he feels at home here. Dit is mijn landje, ik ben een rasechte Nederlander, he says in Dutch: This is my country. I'm a purebred Dutchman. A Shift in Mood Slotervaart's most prominent son is former Dutch Prime Minister Wim Kok, who can sometimes be spotted in the morning riding his bike down to the train station along Pieter Calandlaan. Kok, a member of the left-learning Labor Party (PvdA), lives here because he wanted to set an example. But his political adversaries on the right call it a pointless experiment in multiculturalism. The neighborhood, they argue, is contaminated beyond repair. Mohammed Bouyeri, the murderer of eccentric filmmaker and provocateur Theo van Gogh, lived in Overtoomse Veld, not far from Kok's house. Bouyeri was born in Amsterdam, a second-generation immigrant. Like many Dutchmen, he rode his bicycle and loved to eat traditional Dutch stews. He couldn't have been more Dutch, but he got caught up in the radical Islamist movement nonetheless. Van Gogh's murder marked a turning point in Holland's warm and fuzzy take on democracy. Until then, the Dutch were accustomed to looking generously the other way when it came to a wide range of abuses. The approach even had a name: the gedogen principle. The untranslatable word gedogen refers to the Dutch practice of turning a blind eye to things which are officially illegal but tolerated, such as soft drugs and euthanasia. Under the gedogen principle, anything went. The fact that some Muslim men beat their wives was tolerated, as was the selling of polemic texts -- which encouraged believers to stone women who committed adultery and throw homosexuals from tall buildings -- at the Al Tawheed Mosque on Jan Hanzenstraat. Taking a Hard Line But since the Van Gogh murder, the gedogen principle no longer applies -- at least in Slotervaart, a change that is in no
[proletar] ANP: Vandalism in Amsterdam-Slotervaart
Orang Islam itu dimana-mana bikin onar... --- Vandalism in Amsterdam-Slotervaart 16 October 2007 AMSTERDAM (ANP) A group of between twenty to thirty youths caused havoc in the vicinity of the police station on the August Allebéplein in the Amsterdam district Slotervaart on Monday night at around 11.00 p.m. They set fire to a private car in the nearby Jan Tooropstraat, according to a spokesperson for the police. Several other cars were damaged. Stones were thrown at the police station and windows were smashed. The fencing around the police station had been removed on Monday, following the incident on Sunday whereby a 22-year-old man stabbed and wounded two police officers with a knife. The police are now guarding the police station. After the outburst of vandalism the youths were dispersed. It was quiet again around midnight, a spokesperson said. Nobody was injured and the police have not yet detained anyone. The police are keeping a high profile in the district and are on patrol to maintain order. Chairman of the Amsterdam Slotervaart district, Ahmed Marcouch, was enraged about the devastation. These are the regular plagues who are ruining it for the rest, he said. Some youths are taking advantage of the situation. Marcouch was slightly concerned that disturbances might occur. Earlier on Monday he had called on the residents to remain calm after the 22-year-old Bilal B. had been shot and killed by a police officer after he had stabbed the officer with a knife. Marcouch hopes that the police will quickly detain the troublemakers. Anyone who has anything to do with that group will be hearing from the police, Marcouch said. He also wants to involve the parents more closely in maintaining peace and order in the coming days. [Copyright Expatica News +ANP 2007] Subject: Dutch news Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Dijual nick 3 hrf utk mig33..Re: [proletar] damn good....
dijual nick 3 huruf mig33,ada byk pilihan, hrg 500rb per biji. Yg serius hubungi: k6. add lalu pvt dg saya,dijamin jujur dan bukan penipuan. Thx 2007/10/19, rezameutia [EMAIL PROTECTED]: phew..., sampe mrindink nontonnya. http://www.maniacworld.com/Phone-Salesman-Amazes-Crowd.html __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [proletar] Lazuardi Lazuardi
dijual nick 3 huruf mig33,ada byk pilihan, hrg 500rb per biji. Yg serius hubungi: k6. add lalu pvt dg saya,dijamin jujur dan bukan penipuan. Thx Pada tanggal 20/10/07, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] menulis: Kata orang kamu dulu sastrawan muda. Sempat jadi pelukis dan belajar ke Akademi Seni Rupa di Yogya.Lalu sempat juga jadi wartawan dan redaktur majalah ngepop di Jakarta. Kecil aku suka memperhatikanmu bergulat dengan mesin tik di loteng atas tempat angin malam masih gemar menyelinap celah di antara dinding papan. Pagi hari ketika kamu tertidur aku baca sebagian cerpen atau puisimu yang tidak kumengerti apa maksudnya. Ah bahasa sastrawan, tingkahmupun jarang berada di alur kenormalan. Wajahmu manis, rambutmu dulu sebahu. Pacar pacarmu bertampang aneh mungkin lantaran selera seniman. Nilai estetikamu berbeda dengan kebanyakan orang. Kesayangan Jamilah Mahyudin, itu tampak dari roman wajahmu yang aku perhartikan ketika berziarah ke makam ibumu itu. Keras kepala dan gampang behutang. Sok keras tapi bertangisan tiap kali adik adikmu pulang. Ah Lazuardi...Lazuardi betapa dalam kebengalanmu begitu gampang menebakmu kecengengan hatimu yg cepat kasihan pada orang. Kekerasan hidupmu menempa dagu petakmu. Beranak 4 dari 2 kali menikah. Kata orang kamu playboy, tapi aku kira kamu cuma mencari pelarian dari kebroken heart an keluargamu dulu. Dibesari oleh seorang janda cerai yang dibiarkan miskin membuatmu dendam pada kemiskinan. Lalu kamu mulai melakukan segara cara untuk melarikan diri dari kemiskinan,Salah satu cara yang aku tidak mengerti adalah penulisan bukumu soal Sudwikatmono dan terakhir tentang kenapa semua orang mencintai Suharto. Lazuardi I miss you so damn much. Sering bebeda pandangan mungkin kita. Tapi tetap aku kagum dengan keberanianmu bereksperiman dalam hidup. Ketika dulu di sma aku tidak punya uang untuk study tour ke Bali, kamu rogoh dompet dan memberikan 80 ribu rupiah dan bilang, jangan kalah dengan anak anak orang berduit. Kamu adalah malaikatmu yang manis. Darahmu dan darahku sering menari bersama. Lazuardi aku sayang kamu. Hati ini remuk kamu tinggali aku tanpa pesan. Langit menjadi begitu murung. Air terjun dari mataku. Air yang terjun terus menerus seharian.Adi Sage, kapan aku bisa menemuimu lagi. Melihat mukamu yg kadang sengaja berlagak berjuis membuatku terpingkal. Borjuis yg makan ketoprak 2000 an. Ramadhan jarang puasa tapi punya anak asuh yatim piatu di mana mana. Barangkali kamu kesayangan aku dan tuhan. Aku sayang kamu Lazuardi. Aku ingin ikut beramai ramai datang menjengukmu seperti ratusan temanmu ditempatmu berbaring tak berdaya. Adek Alwi ada disana, Sys Ns juga, Kurniawan Junaedhi dan Muklis juga, tapi aku dengar kamu sudah tak sadar. Ah jika kamu siuman pastilah kamu akan kamu ledeki mereka sebagai manusia manusia cengeng, tidak sadar kamupun sama. Aku akan selalu meyanyangimu Lazuardi. Kamu adalah figur yang unik. Kamu adalah kiblat, Darahmu ada di dalam darahku. Berhulu sama, mengalir dengan irama yang sama. Selamat jalan setengah jiwa. Kamu akhirnya berjalan lurus menuju sang kekekalan. Biarkan aku membanjir jauh di sini. Di seberang benua.Separuh batinku kosong tanpa kamu. Separuh rohku, separuh ... Tubuhmu akan sejajar dengan tubuh ibumu dibawah sekeping nisan. Namamu akan digoreskan diatas tanggal kelahiran dan kematian. Lazuardi, Lazuardi..rasanya aku ingin ikut mati. Dan katakan jika sempat bertemu roh ibumu. Bilang pada sang pemintas badai. Bahwa di sini jauh di lain negeri ini, suatu saat rohku akan berterbangan menuju kalian. Jasad kita berdampingan lubang ke lubang. Aku akan bahagia di tengah sang ibu dan abang. O Lazuardi my dear brother.. Katakan karena kita keturunan keluarga yang mati muda, Menungguku tidak akan memakan waktu terlalu lama.. Lalu suatu saat sang habepun sirna b ... /HTML [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Iklan..Re: Balasan: [proletar] Test Kepribadian: MAAF
dijual nick 3 huruf mig33,ada byk pilihan, hrg 500rb per biji. Yg serius hubungi: k6. add lalu pvt dg saya,dijamin jujur dan bukan penipuan. Thx Pada tanggal 19/10/07, PAREWA PAREWA [EMAIL PROTECTED] menulis: Si jusfiq jelas ngga lulus tes kepribadian. Pertama, suka ngibul. kedua, lupa sama kibulannya sendiri. ketiga, pengecut. keempat, ngga tau diuntung. Dan kibulannya yag terakhir adalah soal mesin tik dan copy IHT yang ngga berani diakuinnya serta ngga berterimakasih pada orang yg menunjukan kibulannya itu. mangucup88 [EMAIL PROTECTED] wrote: Yuu..uk coba test kepripadian: Cobalah renungkan sejenak, nama-nama dari orang kepada siapa saja Anda merasa sewot/sebel/ benci ? Begitu juga dengan kejadian-kejadian yang sangat menyakiti hati Anda ? Apakah masih ada nama-nama atau kejadian-kejadian menyakitkan yang masih teringat ? Apabila jawabannya Yes berarti Anda kurang rapih membersihkan arsip gudang dosa Anda, kita masih belum mampu mereset jadi nol kembali kalkulator dosa kita, sehingga rasa benci dan hal-hal yang negatif lainnya masih tetap saja bercokol dan teringat terus. Dalam hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa virus benci maupun sewotnya masih tetap ada di dalam pikiran maupun lubuk hati kita. Itulah hasil nyata dari Neraca hitung-hitungan dari Permohonan Maaf Lahir Batin selama hari raya Lebaran kemarin ! Padahal kalau direnungkan, kemarin kita telah mengirimkan puluhan bahkan ratusan SMS, kartu permohonan maaf lahir dan batin, begitu juga dengan parsel maupun bunga kepada semua rekan-rekan dan handai taulan kita dengan harapan minimum setahun sekali kita dapat membersihkan batin dan hati kita. Dengan demikian diharapkan dapat mengawali tahun baru dengan pandangan maupun hidup yang baru. Hanya sayangnya kalau kita jujur, orang yang kita benci masih tetap saja ada dan banyak, bahkan kejadian-kejadian yang menyakitkan pun masih tetap saja tak terlupakan. Kenapa? Permasalahannya; kita hanya mengirimkan SMS, kartu ucapan permohonana maaf lahir dan batin kepada orang-orang yang kita merasa dekat / simpatik saja, apalagi dengan kiriman parsel maupun bunga ini pada umumnya hanya ditujukan kepada keluarga dekat seperti ortu, kekasih atau rekan bisnis atau pejabat; agar take give nya jelas begitu. Jawablah dengan jujur pernahkan anda mengirimkan parsel ato bunga maupun kartu kepada orang yang kita benci ataupun kepada musuh kita, ataupun kepada korban orang-orang yang pernah kita sakiti. Jangan harap ! Boro-boro ucapan selamat yang berkaitan dengan uang kirim email ato sms yang gratisan azah udah ogah. Sebenarnya bukan saya yang menyakiti, melainkan sayalah sang korban yang disakiti, moso sih saya yang harus kirim kartu apalagi parsel, emangnya aku ini termasuk wong gendheng? Bukankah kita seringkali mendengar ucapan seperti forgiving, but not forgetting, kita mungkin bisa memaafkan, tetapi tidak bisa melupakan, apalagi kalau rasa sakitnya itu dalam sekali, sehingga telah menghancurkan hidupnya seseorang. Disamping itu permohonan maafnya pun dalam bentuk kodian, yang dikirim secara grosiran dalam jumlah besar, bukannya eceran. Jadi bukannya yang khusus ditujukan dan ditulis untuk saya tulen, melainkan karena kalimat permohonan maaf tsb sdh tercantum dicetak dikartu atau karena hanya men fwd SMS orang saja. Maka dari itu kalau ia benar-benar serious mau minta maaf, kenapa harus menunggu hingga tibanya hari raya Idul Fitri bukan sebelumnya. Apakah permohonan maaf itu seperti juga penutupan buku neraca akhir tahun yang dilakukan hanya setahun sekali saja untuk melihat laba dan rugi nya untuk berkawan dengan seseorang ? Maka dari itu janganlah heran kalau banyak orang yang menilai permohonan maaf lahir batin yang diajukan pada saat hari raya Idul Fitri tidak dapat ditanggapi secara serious, karena hal ini lebih menjurus kepada tradisi yang sekedar basa-basi atau pemanis bibir saja ! Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis maaf memaafkan ini setiap tahunnya dapat menghasilkan omset ratusan milyar Rp, mulai dari penjualan kartu mohon maaf, s/d porto meterainya, belum lagi dengan pengiriman parsel-nya, kueh, bunga dll-nya. Perlu diketahui bahwa Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi Anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi! Orang yang dapat memaafkan kesalahan seseorang adalah orang yang baik, sedangkan yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseoran adalah orang yang bijak, tetapi orang yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang sebelumnya orang tsb minta maaf adalah orang yang memiliki sifat illahi. Mang Ucup Email: [EMAIL PROTECTED] Homepage: www.mangucup.org http://www.friendster.com/mangucup - Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List
Balasan: [proletar] Re: Allah itu bikin apa-apa juga salah design melulu...
Taiknya basilemak peak kayak omongannya rezameutia [EMAIL PROTECTED] wrote: betul juga, fiq. biasanya, kepala orang isinya otak. tapi, kenapa allah bikin pala anda isinya taik? allahnya salah disain tuh... --- In proletar@yahoogroups.com, utusan.allah [EMAIL PROTECTED] wrote: Allah yang dipercayai orang Islam tipikal sebagai pencipta itu ternyata goblok juga: bikin apa-apa salah design melulu. Untuk melahirkan saja perempuan bukan saja kudu menanggungkan rasa sakit, tapi juga menghadapi resiko bisa mati... (Sekalian penghargaan kudu diberikan kepada ibu-ibu kita...) Apa ada orang Islam tipikal yang berniat untuk menyeret Allah yang mereka percayai itu ke depan pengadilan dengan tuduhan telah salah design dan membahayakan nyawa perempuan? - Why women still die to give birth By Stephanie Holmes BBC News Giving birth can be fatal for women in many countries of the world. Around half a million women die annually before, during or shortly after giving birth - and almost all of these deaths occur in developing countries. Campaigners argue that these deaths are both preventable and have repercussions that echo far beyond the woman's immediate family and community. We know exactly what needs to be done to save women's lives, the chief of the United Nations Population Fund (UNFPA) Thoraya Obaid told the BBC News website. And yet, since 1990, the level of maternal mortality has decreased by less than 1% per year, far from enough to reach an internationally agreed goal of a 75% reduction by 2015. The leading killers during pregnancy or childbirth include massive blood loss, high blood pressure, an unsafe abortion, an untreated infection and obstructed labour - where the woman's body is too small for the baby to pass through the birth canal. But the reasons why these issues have not been tackled are political, rather than medical. Marginalised The first and most important reason is a social issue: the low status of women. Leaders do not see the lives and health of women as a political priority, they invest in other sectors, Mrs Obaid said. Women most at risk are often the most marginalised and vulnerable, living in countries with undeveloped health systems or in conflict situations, she added. MATERNAL MORTALITY The number of women dying in childbirth varies dramatically worldwide from one in eight in Afghanistan and Sierra Leone to one in 47,000 in Ireland Maternal health is strongly linked to access to safe abortion, contraception and emergency obstetric care If a mother is ill or dies, the baby is less likely to survive and her other children less likely to be healthy and educated Half of all maternal deaths - some 270,000 in 2005 - occur in sub-Saharan Africa, where one in two women lacks access to a trained midwife. The three basic interventions are: family planning to begin with, a qualified birth attendant present at the birth and access to obstetric care if there are complications during birth, she said. While many countries have made little progress, a few have scored startling successes. Sri Lanka, for example, has managed to halve its maternal death rates every 12 years and South Africa reduced its level by 92% in a decade, according to non-governmental organisation Population Action International (PAI). Yet, in most cases, reproductive health has slipped into the shadows, eclipsed by the more perplexing and dramatic threat of HIV/Aids. There are competing demands on donors' money and the rise of HIV/Aids has taken a great deal away, Mrs Obaid said. Despite the fact that HIV is a sexually transmitted virus there was a divorce between HIV and reproductive health, she said, adding that approaches tackled one issue or the other, rather than seeing them as linked. Matters of faith Another obstacle to reducing levels of maternal mortality has, arguably, been the increasing influence of ideology and faith on health policy, particularly in the US. Since 2002, the US has withheld funding from the UNFPA, accusing it of actively promoting abortion or sterilisation. The words 'sexual' and 'reproductive' are seen by one of our major donors - the US - as being a euphemism for backing abortion, Mrs Obaid said. She said the UNFPA neither supported or opposed abortion, but brushed off the impact of the loss of funding, saying the shortfall had been more than compensated for by increased contributions from Europe. The worse thing for countries that don't have basic healthcare is to allow abortion. Making it legal won't make it safe Wendy Wright, Concerned Women for America But others argue that the US position has nonetheless been damaging. It's outrageous, Amy Coen, the head of PAI told the BBC News website. I think the US's restrictive policies have absolutely been one of the reasons that there has not
[proletar] Re: Allah itu bikin apa-apa juga salah design melulu...
betul juga, fiq. biasanya, kepala orang isinya otak. tapi, kenapa allah bikin pala anda isinya taik? allahnya salah disain tuh... --- In proletar@yahoogroups.com, utusan.allah [EMAIL PROTECTED] wrote: Allah yang dipercayai orang Islam tipikal sebagai pencipta itu ternyata goblok juga: bikin apa-apa salah design melulu. Untuk melahirkan saja perempuan bukan saja kudu menanggungkan rasa sakit, tapi juga menghadapi resiko bisa mati... (Sekalian penghargaan kudu diberikan kepada ibu-ibu kita...) Apa ada orang Islam tipikal yang berniat untuk menyeret Allah yang mereka percayai itu ke depan pengadilan dengan tuduhan telah salah design dan membahayakan nyawa perempuan? - Why women still die to give birth By Stephanie Holmes BBC News Giving birth can be fatal for women in many countries of the world. Around half a million women die annually before, during or shortly after giving birth - and almost all of these deaths occur in developing countries. Campaigners argue that these deaths are both preventable and have repercussions that echo far beyond the woman's immediate family and community. We know exactly what needs to be done to save women's lives, the chief of the United Nations Population Fund (UNFPA) Thoraya Obaid told the BBC News website. And yet, since 1990, the level of maternal mortality has decreased by less than 1% per year, far from enough to reach an internationally agreed goal of a 75% reduction by 2015. The leading killers during pregnancy or childbirth include massive blood loss, high blood pressure, an unsafe abortion, an untreated infection and obstructed labour - where the woman's body is too small for the baby to pass through the birth canal. But the reasons why these issues have not been tackled are political, rather than medical. Marginalised The first and most important reason is a social issue: the low status of women. Leaders do not see the lives and health of women as a political priority, they invest in other sectors, Mrs Obaid said. Women most at risk are often the most marginalised and vulnerable, living in countries with undeveloped health systems or in conflict situations, she added. MATERNAL MORTALITY The number of women dying in childbirth varies dramatically worldwide from one in eight in Afghanistan and Sierra Leone to one in 47,000 in Ireland Maternal health is strongly linked to access to safe abortion, contraception and emergency obstetric care If a mother is ill or dies, the baby is less likely to survive and her other children less likely to be healthy and educated Half of all maternal deaths - some 270,000 in 2005 - occur in sub-Saharan Africa, where one in two women lacks access to a trained midwife. The three basic interventions are: family planning to begin with, a qualified birth attendant present at the birth and access to obstetric care if there are complications during birth, she said. While many countries have made little progress, a few have scored startling successes. Sri Lanka, for example, has managed to halve its maternal death rates every 12 years and South Africa reduced its level by 92% in a decade, according to non-governmental organisation Population Action International (PAI). Yet, in most cases, reproductive health has slipped into the shadows, eclipsed by the more perplexing and dramatic threat of HIV/Aids. There are competing demands on donors' money and the rise of HIV/Aids has taken a great deal away, Mrs Obaid said. Despite the fact that HIV is a sexually transmitted virus there was a divorce between HIV and reproductive health, she said, adding that approaches tackled one issue or the other, rather than seeing them as linked. Matters of faith Another obstacle to reducing levels of maternal mortality has, arguably, been the increasing influence of ideology and faith on health policy, particularly in the US. Since 2002, the US has withheld funding from the UNFPA, accusing it of actively promoting abortion or sterilisation. The words 'sexual' and 'reproductive' are seen by one of our major donors - the US - as being a euphemism for backing abortion, Mrs Obaid said. She said the UNFPA neither supported or opposed abortion, but brushed off the impact of the loss of funding, saying the shortfall had been more than compensated for by increased contributions from Europe. The worse thing for countries that don't have basic healthcare is to allow abortion. Making it legal won't make it safe Wendy Wright, Concerned Women for America But others argue that the US position has nonetheless been damaging. It's outrageous, Amy Coen, the head of PAI told the BBC News website. I think the US's restrictive policies have absolutely been one of the reasons that there has not been as much progress as there could be in developing countries. Out
[proletar] Fwd: Re: Malaysia boleh....
Ajaran Islam yang facistis itu memang lebih memuja Thanatos dari pada Eros... Lebih mengutamakan kesengsaraan dari pada kesenangan... Lebih mengutamakan siksaan daripada belaian. Saya selalu teringat akan kutipan dari Herbert Marcus (Eros and Civilisation) yang saya terjemahkan dengan bebas: Yang cabul itu bukan pandangan (the sight of) bulu jembut, tapi dipampangkannnya medali militer: dibelakang bulu jembut itu ada kasih sedangkan dibelakang medali militer itu bergelimpangan mayat manusia. Dan sungguh tidak kebetulan bahwa Lacan menaruh lukisan Gustave Courbet yang berjudul La creation du Monde dikamar mandinya... http://blog.ifrance.com/djeanne/peinture --- In [EMAIL PROTECTED], Pemerhati Bangsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Berciuman itu adalah gesture penuh cinta kasih dari sepasang insan manusia. Istilah retarded bagi penguasa Islam yg menyalahkan tindakan yg menyatakan cinta kasih sungguh adalah tepat. Cinta kasih konon adalah refleksi sifat Tuhan. Mungkin orang2 retarded ini lebih suka mempertontonkan kegarangan dan kekerasan memenggal leher orang daripada membiarkan sepasang insan manusia saling mencintai saling berciuman saling memberian perhatian. PB m2f dikirim lewat http://forums.apakabar.ws - tanpa moderasi http://forums.apakabar.ws/viewtopic.php?p=97132#97132 m2f --- End forwarded message --- Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Test Kepribadian: MAAF
Yuu..uk coba test kepripadian: Cobalah renungkan sejenak, nama-nama dari orang kepada siapa saja Anda merasa sewot/sebel/ benci ? Begitu juga dengan kejadian-kejadian yang sangat menyakiti hati Anda ? Apakah masih ada nama-nama atau kejadian-kejadian menyakitkan yang masih teringat ? Apabila jawabannya Yes berarti Anda kurang rapih membersihkan arsip gudang dosa Anda, kita masih belum mampu mereset jadi nol kembali kalkulator dosa kita, sehingga rasa benci dan hal-hal yang negatif lainnya masih tetap saja bercokol dan teringat terus. Dalam hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa virus benci maupun sewotnya masih tetap ada di dalam pikiran maupun lubuk hati kita. Itulah hasil nyata dari Neraca hitung-hitungan dari Permohonan Maaf Lahir Batin selama hari raya Lebaran kemarin ! Padahal kalau direnungkan, kemarin kita telah mengirimkan puluhan bahkan ratusan SMS, kartu permohonan maaf lahir dan batin, begitu juga dengan parsel maupun bunga kepada semua rekan-rekan dan handai taulan kita dengan harapan minimum setahun sekali kita dapat membersihkan batin dan hati kita. Dengan demikian diharapkan dapat mengawali tahun baru dengan pandangan maupun hidup yang baru. Hanya sayangnya kalau kita jujur, orang yang kita benci masih tetap saja ada dan banyak, bahkan kejadian-kejadian yang menyakitkan pun masih tetap saja tak terlupakan. Kenapa? Permasalahannya; kita hanya mengirimkan SMS, kartu ucapan permohonana maaf lahir dan batin kepada orang-orang yang kita merasa dekat / simpatik saja, apalagi dengan kiriman parsel maupun bunga ini pada umumnya hanya ditujukan kepada keluarga dekat seperti ortu, kekasih atau rekan bisnis atau pejabat; agar take give nya jelas begitu. Jawablah dengan jujur pernahkan anda mengirimkan parsel ato bunga maupun kartu kepada orang yang kita benci ataupun kepada musuh kita, ataupun kepada korban orang-orang yang pernah kita sakiti. Jangan harap ! Boro-boro ucapan selamat yang berkaitan dengan uang kirim email ato sms yang gratisan azah udah ogah. Sebenarnya bukan saya yang menyakiti, melainkan sayalah sang korban yang disakiti, moso sih saya yang harus kirim kartu apalagi parsel, emangnya aku ini termasuk wong gendheng? Bukankah kita seringkali mendengar ucapan seperti forgiving, but not forgetting, kita mungkin bisa memaafkan, tetapi tidak bisa melupakan, apalagi kalau rasa sakitnya itu dalam sekali, sehingga telah menghancurkan hidupnya seseorang. Disamping itu permohonan maafnya pun dalam bentuk kodian, yang dikirim secara grosiran dalam jumlah besar, bukannya eceran. Jadi bukannya yang khusus ditujukan dan ditulis untuk saya tulen, melainkan karena kalimat permohonan maaf tsb sdh tercantum dicetak dikartu atau karena hanya men fwd SMS orang saja. Maka dari itu kalau ia benar-benar serious mau minta maaf, kenapa harus menunggu hingga tibanya hari raya Idul Fitri bukan sebelumnya. Apakah permohonan maaf itu seperti juga penutupan buku neraca akhir tahun yang dilakukan hanya setahun sekali saja untuk melihat laba dan rugi nya untuk berkawan dengan seseorang ? Maka dari itu janganlah heran kalau banyak orang yang menilai permohonan maaf lahir batin yang diajukan pada saat hari raya Idul Fitri tidak dapat ditanggapi secara serious, karena hal ini lebih menjurus kepada tradisi yang sekedar basa-basi atau pemanis bibir saja ! Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis maaf memaafkan ini setiap tahunnya dapat menghasilkan omset ratusan milyar Rp, mulai dari penjualan kartu mohon maaf, s/d porto meterainya, belum lagi dengan pengiriman parsel-nya, kueh, bunga dll-nya. Perlu diketahui bahwa Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi Anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi! Orang yang dapat memaafkan kesalahan seseorang adalah orang yang baik, sedangkan yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseoran adalah orang yang bijak, tetapi orang yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang sebelumnya orang tsb minta maaf adalah orang yang memiliki sifat illahi. Mang Ucup Email: [EMAIL PROTECTED] Homepage: www.mangucup.org http://www.friendster.com/mangucup Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Re: delay perpindahan ke indo
Selama tidak menyimpan bom waktu ARMs, masih lumayan juga. Mengingat harga rumah ada yang lipat dua atau lipat 3 dari harga beli semula. --- In proletar@yahoogroups.com, Leo Susanto [EMAIL PROTECTED] wrote: LOL - masih sisa 240 rebu? Alamak On 10/19/07, hadingrh [EMAIL PROTECTED] wrote: ngapain pusing kl lenyap 20% ? pan masih sisa 240rebu lagi? hidup bakalan endah kl hal2 kecil yg mengganggu bisa dibuang jauh2. hidup bakalan ni'meh kl hal2 kecil justru bikin kita bersyukur. kayak aku nih, masih bisa bersyukur pake leptop centrino wlpun bukan keluaran baru, sementara jusfiq masih betah pake pentium 3. tidur juga bisa nyenyak walo gak mampu beli ac, krn udara malam bandung masih segar melegakan paru2. 60rb dollar gak sebanding dgn nikmatnya jalan2 sore motor2an di lembang-ciater. ... segeeer. --- In proletar@yahoogroups.com, Proletar2@ wrote: Keinginan begitu meluap untuk pindah ke Indonesia. Tapi seperti kakek renta yang libido besar enersi kurang, nasib menjedukan ini kepala di realita. Sejak krisis subprime mortgage di Amerika, value rumah saya turun drastis 20 persen. Di atas kertas uang habe lenyap sekitar 60 ribu dollar. Ingin menjerit apa daya. Nasib yang tadinya kelihatan kental, sekarang berubah menjadi bubur ayam monas yang murah meriah-teman para joger di pagi Jakarta. Problem yang lainnya adalah menjual rumah sekarang tidak se easy seperti satu atau 2 tahun yang lalu. Jumlah rumah yang dijual di Las Vegas ada ribuan. Buyer market membuat semua rencana diundur sampai saat yang pasti ditentukan. Katakan wahai Kimhook, kenapa semua perantauan Indo hampir semuanya ingin pulang? Yup karena Indonesia bukan Somalia, Afhagnistan Ethopia, dan semua negara yang nihil menjanjikan hidup yang layak.Indonesia adalah negeri penuh misteri. Ketika semua perantauan dari afrika ,eropa timur,bahkan cina bersedia tua dan mati di negeri seberang, perantauan kita di benaknya selalu terdapat misi kembali ke tanah leluhur setelah bekal cukup. Mungkin ini adalah panggilan nyiur melambai, mungkin juga panggilan guna guna dukun warteg, entahlah Maka akan saya katakan, ketika bekal telah cukup jelas saya akan pulang. Ketika kebutuhan materi telah terpenuhi, kebutuhan spiritual yang selama ini jarang diberi atensi harus segera diisi. Bukan, ini bukan persolan agama, tapi soal bagaimana mewarnai hidup dengan kelengkapan. Apa tidak iri melihat orang yang terpingkal pingkal di arisan keluarga? Reuni sma? dan bocah bocah pitak yang main bola di halaman sd mereka di Cicalengka? Lalu hujan...ah tidak ada gerimis yang lebih romantis dari pada ketika duduk di beranda depan sambil mengunyah pisang goreng dan kopi dan ngobrol anak dan istri dan kadang dengan tetangga pensiunan sebelah kiri , Pak Sumedi dari soal bagaimana memperbaiki pos hansip sampai ke soal pemilihan Gubernur Serang. Apa? Terdengar kampungan? Yess my dear Kimhook. Di Indonesia saya tidak perlu ngobrol soal Mit Romney yang bakalan menjadi presiden Amerika berikutnya. Tidak juga soal filosofi, sastra, kebiadan nabi,mesin ketik kiriman Jusfiq buat Pramudya, sosiologi, Karl Jasper,Tolstoy whatever. Karena habe sudah masuk ke phase yang percaya bahwa kebahagiaan cuma terdapat di hal hal yang kecil. Dan ketenangan jiwa ada di hal yang sederhana. Habe tidak akan ngobrol bagaimana kegermelapan Las Vegas di tengah malam. Jalan jalan ke London dan Paris. Seperti iman, pengalaman hidup yang terdengar menyilaukan cukup disimpan di dalam diri sendiri. Tidak perlu dipajang bagai piagam dan diploma. begitulah Habe /HTML [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Aljazeera: Philippines blast rips through mall
Perbuatan orang Islam lagi? Yang ini belum tentu. FRIDAY, OCTOBER 19, 2007 11:57 MECCA TIME, 8:57 GMT Philippines blast rips through mall The blast was in the Makati business district [Reuters] An explosion in a crowded shopping centre has killed at least eight people and wounded 80 more in the Philippine capital, Manila, police say. Police initially thought the lunch-time blast at the Glorietta centre had been caused by an exploding cooking gas cylinder, but later discounted that theory. They said bomb squad detectives were trying to ascertain what caused Friday's explosion. Norberto Gonzales, the Philippines national security adviser, described it as the biggest bombing in Manila so far. He told Al Jazeera that police and military experts were looking into what kind of bomb was used to give an indication of what group could be behind it. We have fielded more than 2,000 police officers in the entire national capital region to increase the security measures, he said. Speaking from the site after the blast, Al Jazeera's correspondent Marga Ortigas said: The shopping mall lights are completely shut. The people are not being allowed in. Very few rescue workers are now working as they are afraid the foundation of the bomb site might collapse. They are worried there are still people buried under piles of rubble. A general alert was issued for the rest of the city and for the international airport, officials said. Jonjon Binay, a city councillor, said four people died immediately and four more died in hospital. Blocks of cement had fallen from an upper storey of the shopping centre, hitting cars parked below and spreading a film of dust. Scores of windows in nearby shops were shattered. A security guard said: I was eating lunch when the ground shook. I thought it was an earthquake. Then the electricity went off. Manila has largely been spared a spate of bomb attacks by Muslim separatists have been fighting in the southern Mindanao region, but few attacks have been carried out in the capital. A series of bomb blasts in 2000 killed at least 22 people. Source: Agencies --- End forwarded message --- Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Arab News: A Wake-up Call : Almost all terrorists are Muslims..
Tulisan Abdel Rahman al-Rashed dibawah ini diterbitkan tiga tahun yang lalu, tapi dengan apa yang terjadi di Pakistan sekarang, tulisan ini tetap aktuil. Bagi yang belum juga maklum: yang menjadi korban pemeluk ajaran Islam laknatullah itu bukan hanya orang kafir, tapi juga orang Islam. Islam itu adalah laknat buat ummat manusia. The Middle East's Leading English Language Daily Thursday 9 September 2004 (25 Rajab 1425) A Wake-up Call : Almost all terrorists are Muslims.. Abdel Rahman al-Rashed* It is a certain fact that not all Muslims are terrorists, but it is equally certain, and exceptionally painful, that almost all terrorists are Muslims. The hostage-takers of children in Beslan, North Ossetia, were Muslims. The other hostage-takers and subsequent murderers of the Nepalese chefs and workers in Iraq were also Muslims. Those involved in rape and murder in Darfur, Sudan, are Muslims, with other Muslims chosen to be their victims. Those responsible for the attacks on residential towers in Riyadh and Khobar were Muslims. The two women who crashed two airliners last week were also Muslims. Osama bin Laden is a Muslim. The majority of those who manned the suicide bombings against buses, vehicles, schools, houses and buildings, all over the world, were Muslim. What a pathetic record. What an abominable achievement. Does all this tell us anything about ourselves, our societies and our culture? These images, when put together or taken separately, are shameful and degrading. But let us start with putting an end to a history of denial. Let us acknowledge their reality, instead of denying them and seeking to justify them with sound and fury signifying nothing. For it would be easy to cure ourselves if we realize the seriousness of our sickness. Self-cure starts with self-realization and confession. We should then run after our terrorist sons, in the full knowledge that they are the sour grapes of a deformed culture. Let us listen to Yusuf al-Qaradawi, the sheikh the Qatar-based radical Egyptian cleric and hear him recite his fatwa about the religious permissibility of killing civilian Americans in Iraq. Let us contemplate the incident of this religious sheikh allowing, nay even calling for, the murder of civilians. This ailing sheikh, in his last days, with two daughters studying in infidel Britain, soliciting children to kill innocent civilians. How could this sheikh face the mother of the youthful Nick Berg, who was slaughtered in Iraq because he wanted to build communication towers in that ravished country? How can we believe him when he tells us that Islam is the religion of mercy and peace while he is turning it into a religion of blood and slaughter? In a different era, we used to consider the extremists, with nationalist or leftist leanings, a menace and a source of corruption because of their adoption of violence as a means of discourse and their involvement in murder as an easy shortcut to their objectives. At that time, the mosque used to be a haven, and the voice of religion used to be that of peace and reconciliation. Religious sermons were warm behests for a moral order and an ethical life. Then came the neo-Muslims. An innocent and benevolent religion, whose verses prohibit the felling of trees in the absence of urgent necessity, that calls murder the most heinous of crimes, that says explicitly that if you kill one person you have killed humanity as a whole, has been turned into a global message of hate and a universal war cry. We can't call those who take schoolchildren as hostages our own. We cannot tolerate in our midst those who abduct journalists, murder civilians, explode buses; we cannot accept them as related to us, whatever the sufferings they claim to justify their criminal deeds. These are the people who have smeared Islam and stained its image. We cannot clear our names unless we own up to the shameful fact that terrorism has become an Islamic enterprise; an almost exclusive monopoly, implemented by Muslim men and women. We cannot redeem our extremist youths, who commit all these heinous crimes, without confronting the sheikhs who thought it ennobling to reinvent themselves as revolutionary ideologues, sending other people's sons and daughters to certain death, while sending their own children to European and American schools and colleges. *Abdel Rahman al-Rashed is general manager of Al-Arabiya news channel. This article first appeared in the London-based pan-Arabic newspaper Al-Sharq Al-Awsat. Copyright: Arab News © 2003 All rights reserved. Site designed by: arabix and powered by Eima IT Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change
[proletar] Jawa Pos - RADAR SEMARANG: Sejarah 1965 Bingungkan Sekolah
Redaksi Jawa Pos Graha Pena Lt. 4 Jl. A. Yani 88 Surabaya Telp. :+62-31-8202216 Fax. :+62-31-828 [EMAIL PROTECTED] / [EMAIL PROTECTED] RADAR SEMARANG Kamis, 18 Okt 2007 Minggu, 30 Sept 2007 Sejarah 1965 Bingungkan Sekolah Aktor Utama Masih Jadi Misteri SEMARANG - Tanggal 30 September empatpuluhdua tahun yang lalu, sebuah peristiwa penculikan sejumlah petinggi angkatan darat memicu terjadinya tragedi kemanusiaan yang masih menimbulkan kontroversi hingga kini. Kontroversi peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September (G 30 S) tersebut adalah terkait pelaku utama di balik peristiwa ini. Selama pemerintahan orde baru, hanya ada sejarah tunggal yang menyebutkan bahwa pelaku G 30 S adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Sehingga dalam teks sejarah yang dikeluarkan pemerintah selalu ditambahi embel-embel PKI di belakang kata G 30 S. Namun setelah era reformasi bergulir, sejumlah pihak mengeluarkan sejarah G 30 S dalam berbagai versi pelaku. Selain PKI, sejumlah peneliti menyebut peristiwa tersebut didalangi oleh pihak intelejen Amerika CIA, Soekarno, Soeharto atau akibat pertentangan internal di tubuh AD (Angkatan Darat). Setiap versi memiliki alasan dan pembuktian yang kuat sehingga membuat orang bingung apalagi jika diajarkan di sekolah. Guru bingung, muridnya mungkin linglung,î tutur Dosen Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Undip Singgih Tri Sulistiyono dalam diskusi ëMengupas G 30 Sí yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Sabtu (29/9). Singgih menyebutkan bahwa peristiwa G 30 S hingga saat ini merupakan salah satu misteri dalam sejarah Indonesia. Dan bagi kalangan pendidik, materi ini mengundang dilematis tersendiri. Sebab, pemerintah saat ini telah ëmengembalikaní sejarah tunggal bahwa pelaku adalah PKI. Sementara para siswa bisa memperoleh informasi dari berbagai sumber tentang bermacam versi pelaku utama peristiwa yang berbuntut dengan pembunuhan massal dan penahanan paksa di sejumlah daerah. Sementara itu mantan Sekretaris Lembaga Sejarah Comite Central (CC) PKI Sumaun Utomo memaparkan bahwa sejarah G 30 S versi pemerintah mengandung banyak kebohongan. Ia menilai bahwa peristiwa ini didalangi oleh Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategis AD) bukannya PKI. Salah satu bukti yang dipaparkannya adalah pasukan dari Jateng dan Jatim yang disebut-sebut sebagai pendukung utama G 30 S datang ke Jakarta atas perintah Panglima Kostrad. Dua batalyon ini diminta datang ke Jakarta dengan persenjataan lengkap termasuk amunisi dan bermarkas di dekat makostrad. Bahkan pasukan ini bisa keluar masuk makostrad dengan leluasa untuk ke kamar mandi,î tutur mantan Dekan Fakultas Politik Universitas Rakyat Indonesia (URI) ini. Ia juga menyebutkan bahwa salah satu tokoh kunci G 30 S PKI Syam Kamaruzaman merupakan intel dari tentara yang bisa masuk sebagai anggota biro khusus PKI. Lewat Syam inilah, komando gerakan berjalan tanpa sepengetahuan pimpinan PKI. Sumaun yang pernah mendekam dalam kamp pembuangan Pulau Buru selama 7 tahun ini menjelaskan, bahwa ia pernah bertanya kepala eks Kolonel Abdul Latief mengenai garis komando G 30 S. Ternyata Latief yang juga disebut sebagai pimpinan tinggi gerakan tidak mengenal sosok Letnan Dul Arief yang memimpin pasukan penculik 6 jenderal TNI AD tersebut. Latief yang teman sekolah saya juga tidak mengenal siapa Letkol Untung. Kemungkinan nama Untung hanya dicatut saja,î jelasnya. Yang pasti, peristiwa ini berlanjut dengan berbagai tragedi kemanusiaan tentang pembunuhan massal terhadap masyarakat yang dianggap menjadi pendukung PKI. Jumlah pasti korban jiwa hingga saat ini tidak diketahui pasti. Ada yang menyebutkan ratusan ribu, ada pula yang menyodorkan angka jutaan jiwa. Bahkan mantan komandan RPKAD Sarwo Edhi Wibowo yang memimpin operasi pembersihan PKI pernah menyebut angka hingga 3 juta orang yang terbunuh. Selain itu, masih banyak anggota dan simpatisan PKI yang ditahan tanpa melalui pengadilan. Mereka yang sebagian besar tidak tahu menahu tentang G 30 S tersebut juga mengalami berbagai siksaan selama dalam tahanan. Sebab itu, sejumlah mantan tahanan politik (tapol) peristiwa 1965 membentuk lembaga untuk menuntut rehabilitasi dan kompensasi dari pemerintah atau hilangnya hak-hak mereka selama ini. Sebuah organisasi bernama Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru (LPR-KROB) dibentuk untuk berjuang lewat jalur hukum. ( Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe :
Re: [proletar] Re: delay perpindahan ke indo
LOL - masih sisa 240 rebu? Alamak On 10/19/07, hadingrh [EMAIL PROTECTED] wrote: ngapain pusing kl lenyap 20% ? pan masih sisa 240rebu lagi? hidup bakalan endah kl hal2 kecil yg mengganggu bisa dibuang jauh2. hidup bakalan ni'meh kl hal2 kecil justru bikin kita bersyukur. kayak aku nih, masih bisa bersyukur pake leptop centrino wlpun bukan keluaran baru, sementara jusfiq masih betah pake pentium 3. tidur juga bisa nyenyak walo gak mampu beli ac, krn udara malam bandung masih segar melegakan paru2. 60rb dollar gak sebanding dgn nikmatnya jalan2 sore motor2an di lembang-ciater. ... segeeer. --- In proletar@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Keinginan begitu meluap untuk pindah ke Indonesia. Tapi seperti kakek renta yang libido besar enersi kurang, nasib menjedukan ini kepala di realita. Sejak krisis subprime mortgage di Amerika, value rumah saya turun drastis 20 persen. Di atas kertas uang habe lenyap sekitar 60 ribu dollar. Ingin menjerit apa daya. Nasib yang tadinya kelihatan kental, sekarang berubah menjadi bubur ayam monas yang murah meriah-teman para joger di pagi Jakarta. Problem yang lainnya adalah menjual rumah sekarang tidak se easy seperti satu atau 2 tahun yang lalu. Jumlah rumah yang dijual di Las Vegas ada ribuan. Buyer market membuat semua rencana diundur sampai saat yang pasti ditentukan. Katakan wahai Kimhook, kenapa semua perantauan Indo hampir semuanya ingin pulang? Yup karena Indonesia bukan Somalia, Afhagnistan Ethopia, dan semua negara yang nihil menjanjikan hidup yang layak.Indonesia adalah negeri penuh misteri. Ketika semua perantauan dari afrika ,eropa timur,bahkan cina bersedia tua dan mati di negeri seberang, perantauan kita di benaknya selalu terdapat misi kembali ke tanah leluhur setelah bekal cukup. Mungkin ini adalah panggilan nyiur melambai, mungkin juga panggilan guna guna dukun warteg, entahlah Maka akan saya katakan, ketika bekal telah cukup jelas saya akan pulang. Ketika kebutuhan materi telah terpenuhi, kebutuhan spiritual yang selama ini jarang diberi atensi harus segera diisi. Bukan, ini bukan persolan agama, tapi soal bagaimana mewarnai hidup dengan kelengkapan. Apa tidak iri melihat orang yang terpingkal pingkal di arisan keluarga? Reuni sma? dan bocah bocah pitak yang main bola di halaman sd mereka di Cicalengka? Lalu hujan...ah tidak ada gerimis yang lebih romantis dari pada ketika duduk di beranda depan sambil mengunyah pisang goreng dan kopi dan ngobrol anak dan istri dan kadang dengan tetangga pensiunan sebelah kiri , Pak Sumedi dari soal bagaimana memperbaiki pos hansip sampai ke soal pemilihan Gubernur Serang. Apa? Terdengar kampungan? Yess my dear Kimhook. Di Indonesia saya tidak perlu ngobrol soal Mit Romney yang bakalan menjadi presiden Amerika berikutnya. Tidak juga soal filosofi, sastra, kebiadan nabi,mesin ketik kiriman Jusfiq buat Pramudya, sosiologi, Karl Jasper,Tolstoy whatever. Karena habe sudah masuk ke phase yang percaya bahwa kebahagiaan cuma terdapat di hal hal yang kecil. Dan ketenangan jiwa ada di hal yang sederhana. Habe tidak akan ngobrol bagaimana kegermelapan Las Vegas di tengah malam. Jalan jalan ke London dan Paris. Seperti iman, pengalaman hidup yang terdengar menyilaukan cukup disimpan di dalam diri sendiri. Tidak perlu dipajang bagai piagam dan diploma. begitulah Habe /HTML [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Balasan: [proletar] Test Kepribadian: MAAF
Si jusfiq jelas ngga lulus tes kepribadian. Pertama, suka ngibul. kedua, lupa sama kibulannya sendiri. ketiga, pengecut. keempat, ngga tau diuntung. Dan kibulannya yag terakhir adalah soal mesin tik dan copy IHT yang ngga berani diakuinnya serta ngga berterimakasih pada orang yg menunjukan kibulannya itu. mangucup88 [EMAIL PROTECTED] wrote: Yuu..uk coba test kepripadian: Cobalah renungkan sejenak, nama-nama dari orang kepada siapa saja Anda merasa sewot/sebel/ benci ? Begitu juga dengan kejadian-kejadian yang sangat menyakiti hati Anda ? Apakah masih ada nama-nama atau kejadian-kejadian menyakitkan yang masih teringat ? Apabila jawabannya Yes berarti Anda kurang rapih membersihkan arsip gudang dosa Anda, kita masih belum mampu mereset jadi nol kembali kalkulator dosa kita, sehingga rasa benci dan hal-hal yang negatif lainnya masih tetap saja bercokol dan teringat terus. Dalam hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa virus benci maupun sewotnya masih tetap ada di dalam pikiran maupun lubuk hati kita. Itulah hasil nyata dari Neraca hitung-hitungan dari Permohonan Maaf Lahir Batin selama hari raya Lebaran kemarin ! Padahal kalau direnungkan, kemarin kita telah mengirimkan puluhan bahkan ratusan SMS, kartu permohonan maaf lahir dan batin, begitu juga dengan parsel maupun bunga kepada semua rekan-rekan dan handai taulan kita dengan harapan minimum setahun sekali kita dapat membersihkan batin dan hati kita. Dengan demikian diharapkan dapat mengawali tahun baru dengan pandangan maupun hidup yang baru. Hanya sayangnya kalau kita jujur, orang yang kita benci masih tetap saja ada dan banyak, bahkan kejadian-kejadian yang menyakitkan pun masih tetap saja tak terlupakan. Kenapa? Permasalahannya; kita hanya mengirimkan SMS, kartu ucapan permohonana maaf lahir dan batin kepada orang-orang yang kita merasa dekat / simpatik saja, apalagi dengan kiriman parsel maupun bunga ini pada umumnya hanya ditujukan kepada keluarga dekat seperti ortu, kekasih atau rekan bisnis atau pejabat; agar take give nya jelas begitu. Jawablah dengan jujur pernahkan anda mengirimkan parsel ato bunga maupun kartu kepada orang yang kita benci ataupun kepada musuh kita, ataupun kepada korban orang-orang yang pernah kita sakiti. Jangan harap ! Boro-boro ucapan selamat yang berkaitan dengan uang kirim email ato sms yang gratisan azah udah ogah. Sebenarnya bukan saya yang menyakiti, melainkan sayalah sang korban yang disakiti, moso sih saya yang harus kirim kartu apalagi parsel, emangnya aku ini termasuk wong gendheng? Bukankah kita seringkali mendengar ucapan seperti forgiving, but not forgetting, kita mungkin bisa memaafkan, tetapi tidak bisa melupakan, apalagi kalau rasa sakitnya itu dalam sekali, sehingga telah menghancurkan hidupnya seseorang. Disamping itu permohonan maafnya pun dalam bentuk kodian, yang dikirim secara grosiran dalam jumlah besar, bukannya eceran. Jadi bukannya yang khusus ditujukan dan ditulis untuk saya tulen, melainkan karena kalimat permohonan maaf tsb sdh tercantum dicetak dikartu atau karena hanya men fwd SMS orang saja. Maka dari itu kalau ia benar-benar serious mau minta maaf, kenapa harus menunggu hingga tibanya hari raya Idul Fitri bukan sebelumnya. Apakah permohonan maaf itu seperti juga penutupan buku neraca akhir tahun yang dilakukan hanya setahun sekali saja untuk melihat laba dan rugi nya untuk berkawan dengan seseorang ? Maka dari itu janganlah heran kalau banyak orang yang menilai permohonan maaf lahir batin yang diajukan pada saat hari raya Idul Fitri tidak dapat ditanggapi secara serious, karena hal ini lebih menjurus kepada tradisi yang sekedar basa-basi atau pemanis bibir saja ! Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa bisnis maaf memaafkan ini setiap tahunnya dapat menghasilkan omset ratusan milyar Rp, mulai dari penjualan kartu mohon maaf, s/d porto meterainya, belum lagi dengan pengiriman parsel-nya, kueh, bunga dll-nya. Perlu diketahui bahwa Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi Anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi! Orang yang dapat memaafkan kesalahan seseorang adalah orang yang baik, sedangkan yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseoran adalah orang yang bijak, tetapi orang yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang sebelumnya orang tsb minta maaf adalah orang yang memiliki sifat illahi. Mang Ucup Email: [EMAIL PROTECTED] Homepage: www.mangucup.org http://www.friendster.com/mangucup - Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email
[proletar] Sekitar G30S, Suharto, PKI dan TNI-AD (14)
Tulisan ini juga disajikan dalam website http://kontak.club.fr/index.htm) PRESIDEN SUKARNO, G30S, PKI (14) Oleh: Harsutejo Teori Presiden Sukarno Sebagai Dalang G30S Bung Karno (BK) yang sejak remaja berjuang untuk kemerdekaan rakyat Indonesia, pada puncak kekuasaannya sebagai Presiden Republik Indonesia, tiba-tiba dituduh dan diperlakukan sebagai orang yang hendak melakukan perebutan kekuasaan alias kudeta, bahkan sebagai pemberontak. Betapa absurdnya! Prof Dr Brigjen Nugroho Notosusanto menulis, Pada 1 Oktober 1965 beberapa kelompok pemberontak berkumpul di Pangkalan Udara Halim. Kelompok Cenko menempati gedung Penas, Presiden beserta pengikut-pengikutnya menempati rumah Komodor Udara Susanto, dan kelompok ketiga (yang lebih kecil jumlahnya), yang terdiri dari Ketua PKI Aidit beserta pembantunya, menempati rumah Sersan Dua Udara Suwardi Seperti kita ketahui keberadaan BK di Halim pada 1 Oktober 1965 berdasarkan prosedur baku penyelamatan Presiden, karena di Halim selalu siap pesawat yang dapat membawanya ke mana pun pada saat keadaan memerlukan. Presiden Sukarno dituduh melakukan pemberontakan dan kudeta. Kudeta itu dilakukan terhadap pemerintahan Presiden Sukarno, untuk menjatuhkan dirinya dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Betapa kacau balaunya jalan pikiran Pak Profesor yang ahli filsafat sejarah ini, tidak masuk akal dan tidak tahu malu. Tak aneh jika Pak Profesor ini pula yang berusaha menghapuskan gambar BK dalam foto bersejarah detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, Jakarta, seolah BK tak pernah hadir di sana. Doktor sejarah ini telah memperlakukan ilmu sejarah dan sejarah sebagai milik pribadinya ketika ia ikut kemaruk kekuasaan yang sedang berkibar, seperti lupa bahwa masih ada pakar sejarah lain di samping dirinya serta pelajar sejarah di kemudian hari maupun kaum awam yang cukup cerdas membaca sejarah. Apa yang dituduhkan oleh sejarawan Orde Baru tersebut dioper dalam analisis terhadap G30S yang dilakukan oleh Jenderal Nasution (dengan bijak Jenderal Suharto tidak ikut menuduhnya secara terbuka) dalam bukunya Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 6: Masa Kebangkitan Orde Baru, 1988. Nasution menggunakan dua hal, pertama pidato BK di Senayan pada malam hari 30 September 1965 yang mengambil dunia pewayangan antara lain BK mengutip nasehat tokoh Kresna kepada ksataria Arjuna bahwa tugas itu tidak menghitung-hitung korban [ia menghubungknnya dengan G30S yang sedang dipersiapkan]. Lalu disebutkan bahwa BK bergembira ria malam itu dengan menyanyi-nyanyi dan menari [maksudnya menyongsong kemenangan G30S]. Selanjutnya ia juga menggunakan kesaksian Kolonel KKO Bambang Wijanarko, salah seorang pengawal Presiden Sukarno dalam interogasi yang dilakukan oleh Kopkamtib tentang penerimaan surat oleh BK di Senayan malam itu dari Letkol Untung [yang notabene sedang mempersiapkan pasukan G30S untuk menculik para jenderal]. Analisis tersebut menjadi dongeng semacam kisah detektif yang dirangkai murahan. Seluruh rakyat Indonesia, bahkan seluruh dunia, mengenal BK sebagai orator yang selalu berpidato berapi-api sejak muda dengan mengutip kata-kata bijak banyak tokoh dunia, juga kisah pewayangan yang sangat disukainya. Beliau pun menyukai bernyanyi dan menari bergembira ria dalam banyak kesempatan. Jadi kisah Jenderal Nasution tentang hal itu mengenai BK sama sekali bukan hal baru. Kisah itu sekedar menggiring pembacanya yang dapat dibodohi dan ditipu untuk mendapatkan persepsi bahwa BK terlibat G30S, bahkan dalangnya. Apa yang dikemukakan Jenderal Nasution di atas kemudian dikemas secara lebih ilmiah dan dijadikan teori oleh Antonie Dake dalam bukunya In the Spirit of Red Banteng: Indonesian Communists Between Moscow and Peking, 2002. Lalu diperbarui dalam bukunya Sukarno File Berkas-Berkas Sukarno1965-1967, Kronologi Suatu Keruntuhan, 2005. Bahwa inisiatif G30S untuk mengambil tindakan terhadap sejumlah jenderal datang dari Presiden Sukarno, selanjutnya Aidit cs menggunakan kesempatan untuk membonceng. Boleh dibilang teori Dake ini semata-mata didukung oleh bahan interogasi terhadap Bambang Wijanarko. tanpa mengupas bagaimana suatu kesaksian dapat dikorek dan disusun oleh penguasa militer yang memperlakukan mereka bagai nyamuk yang dapat dijentiknya setiap saat tanpa perlindungan. Mereka yang berpengalaman dengan interogasi model rezim ini mengetahui benar kesaksian macam apa yang mungkin diberikan oleh Wijanarko yang dikutip Dake dan dijadikan pilar teorinya. Dake menambahkan kenyataan ketika 1972 ia datang ke Indonesia, ia mendapati pemerintah Suharto memandang Sukarno tidak tersangkut dalam peristiwa G30S. Dengan begitu kemungkinan kesaksian Wijanarko direkayasa untuk merugikan Sukarno terbantah meski masih terbuka kemungkinannya. Agaknya Dake kurang dapat menangkap roh rezim Orba. Setiap pelajar politik mengetahui, pada saat diperlukan jika para pembantu Suharto bicara tentang Sukarno, mereka