http://regional.kompas.com/read/2010/10/19/04081289/Amuk.Massa.di.Timika

Amuk Massa di Timika

Selasa, 19 Oktober 2010 | 04:08 WIB

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Di depan baliho yang dibawa demonstran Dewan Adat Papua di DPR Papua di 
Jayapura, Papua, Senin (18/10), seorang mama menangisi kejadian penembakan 
terhadap warga di Papua yang beberapa kali terjadi. Sekitar 500 aktivis pemuda 
dan Dewan Adat Papua mendesak DPR Papua membentuk tim independen untuk mengusut 
berbagai kasus penembakan di tanah Papua. Aksi penembakan yang menewaskan 
beberapa warga sipil dinilai meresahkan masyarakat sehingga perlu ditangani 
secara serius. 
Jayapura, Kompas - Dipicu kematian Frans Jeujanan (40), warga Timika di 
Kabupaten Mimika, Papua, massa meluapkan emosi mereka dengan merusak dan 
membakar rumah seorang anggota TNI yang diduga sebagai pelaku penembakan 
terhadap korban, Senin (18/10) di Timika.

Menurut Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Papua Komisaris Besar 
Wachyono, Frans ditemukan tewas di Jalan Budi Utomo, Timika, Senin dini hari 
dengan tubuh berlumuran darah.

Saat polisi meneliti tempat kejadian, petugas menemukan busur dan anak panah 
yang kerap dibawa korban. "Petugas kami juga menemukan satu butir proyektil 
laras panjang di lokasi kejadian," ujar Wachyono.

Hari Senin siang sekitar pukul 11.00 WIT, kerabat dan keluarga korban yang 
berasal dari suku Key mengamuk dan menyerang rumah seorang anggota TNI yang 
diduga pelaku penembakan. Mereka kemudian memalang jalan menuju kawasan itu.

"Memang sempat terjadi perusakan rumah yang diduga pelaku, tetapi kini suasana 
sudah kondusif serta telah ada pertemuan antara keluarga korban dan Polres 
(Kepolisian Resor) Mimika," kata Wachyono.

Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letnan Kolonel Susilo, yang dihubungi 
terpisah, membenarkan adanya salah seorang anggota TNI di Timika yang diduga 
melakukan penembakan. "Petugas kami (Detasemen Polisi Militer) sedang memeriksa 
yang bersangkutan untuk mengetahui motif dan kronologisnya," paparnya. 
"Penembakan diduga dilakukan oknum anggota Detasemen Kavaleri-3, sersan dua 
berinisial DB," ujar Susilo.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, ujar Susilo, kasus ini bermula hari 
Minggu (17/10) pukul 08.00 ketika Serda DB bergegas hendak ke gereja. Saat 
keluar dari rumah, DB melihat korban bertingkah mencurigakan. Saat didekati, ia 
malah lari menjauh.

Sekitar pukul 11.00 DB mendengar korban berteriak-teriak di sekitar halaman 
rumahnya. "Korban juga mengancam akan membakar rumah dan membunuh DB dan 
keluarganya," kata Susilo.

Pada Senin dini hari korban kembali ke sekitar rumah DB. Lagi-lagi ia 
berteriak-teriak akan membunuh korban. "Saat DB keluar, korban sudah siap 
menarik busur panah. Menyikapi itu, DB melepaskan tembakan peringatan dua kali 
ke udara, tetapi korban tidak mundur. Akhirnya, DB melepaskan tembakan ke arah 
korban yang membuat korban ambruk," papar Susilo.

Selanjutnya, DB menuju kantor Polsek Mimika Baru dan Markas Detasemen 
Kavaleri-3 untuk melaporkan kejadian tersebut. "Pelaku masih diperiksa dan 
diproses hukum. Kami imbau anggota TNI dan warga agar tidak terpancing. Kita 
serahkan masalah ini kepada aparat hukum," kata Susilo.

Tim independen

Di Jayapura, sekitar 500 aktivis pemuda, perempuan, dan Dewan Adat Papua 
kemarin mendatangi DPR Papua. Mereka mendesak pembentukan tim independen untuk 
mengusut berbagai kasus penembakan di tanah Papua belakangan ini. Aksi 
penembakan yang menewaskan warga sipil itu dinilai telah meresahkan.

Pengunjuk rasa diterima Sekretaris Komisi A DPR Papua Weynand Watori beserta 
anggota DPR Papua lainnya, Yan Mandenas, Adolof Asmuruf, dan Nason Uli.

Terkait tuntutan itu, Weynand Watori mengatakan, DPR Papua siap membentuk tim 
independen dimaksud. "Dua hari lagi kami akan bertemu untuk membentuk tim 
investigasi tentang berbagai kasus pelanggaran HAM (hak asasi manusia)," katanya

++++

http://regional.kompas.com/read/2010/11/22/11581272/DPRD:.Tangkap.Para.Perusuh.Itu


DPRD: Tangkap Para Perusuh Itu
Senin, 22 November 2010 | 11:58 WIB

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Ilustrasi 
TIMIKA, KOMPAS.com - Kalangan DPRD Mimika, Papua mendesak aparat kepolisian 
setempat menangkap dan memproses para pelaku keributan di Landu Mekar, Kwamki 
Lama. "Semua pelaku yang memicu keributan dan kematian orang lain, harus 
ditangkap dan diproses secara hukum," kata anggota DPRD Mimika, Luther Wakerkwa 
di Timika, Senin (22/11/2010).
    
Ia mengatakan, sejak terjadi konflik antara dua kelompok warga di Kwamki Lama 
beberapa waktu lalu rekomendasi dari DPRD Mimika sudah jelas yakni meminta 
polisi bertindak tegas dengan menangkap dan memproses semua pelaku yang 
menimbulkan anarkisme.
    
Namun dalam praktik, katanya, para pelaku tidak pernah ditangkap dan diproses. 
Ataupun kalau ditangkap, polisi melepaskan lagi oknum-oknum tersebut.
    
"Yang terjadi selama ini, polisi tidak pernah menangkap pelaku dan memproses 
sesuai ketentuan hukum positif lalu membiarkan hukum adat nyawa ganti nyawa 
berlaku di Kwamki Lama. Berarti ini terjadi proses pembiaran," kritik Wakerkwa.
    
Ia mengatakan, jika kondisi di Kwamki Lama terus dibiarkan seperti itu maka 
masyarakat setempat menganggap tindakan membunuh orang lain sebagai tindakan 
biasa-biasa saja. "Kalau tidak ada tindakan hukum yang tegas, nanti tidak ada 
efek jera terhadap masyarakat. Seolah-olah membunuh orang lain itu biasa-biasa 
saja lalu seenaknya membunuh lagi sekalipun itu merupakan tindakan kriminal," 
ujar Luther.
    
Luther menegaskan, DPRD Mimika mendukung langkah tegas polisi dalam mengamankan 
Kwamki Lama dari aksi anarkhisme massa karena tidak ada seorang pun di Republik 
ini yang kebal hukum. "Saya mau tanya ada apa di balik semua kejadian selama 
ini dimana orang-orang yang sama yang melakukan kejahatan tapi tidak pernah 
diproses. Padahal perbuatan mereka jelas-jelas meresahkan orang lain sehingga 
aktivitas warga menjadi terganggu," kata Wakerkwa.
    
Anggota DPRD Mimika lainnya, Jimmy Syalom Erelak mendukung desakan Luther 
Wakerkwa agar polisi bertindak tegas terhadap pelaku keributan di Kwamki Lama. 
"Intinya jangan dibiarkan begitu saja dengan alasan ini masalah adat, tapi 
hukum positif harus ditegakkan," kata Erelak.

"
Para pelaku tidak pernah ditangkap dan diproses. Ataupun kalau ditangkap, 
polisi melepaskan lagi oknum-oknum tersebut, kata Luther Wakerkwa "

ANT 
Sumber :

++++
http://regional.kompas.com/read/2010/11/22/11350519/Puluhan.Polisi.Diserang.Pakai.Panah


Puluhan Polisi Diserang Pakai Panah
Senin, 22 November 2010 | 11:35 WIB

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Ilustrasi 
TERKAIT:
  a.. Amuk Massa di Timika
TIMIKA, KOMPAS.com - Puluhan anggota Polres Mimika dan Polsek Mimika Baru 
diserang dengan panah saat hendak melerai pertikaian antara dua kelompok warga 
Kampung Landu Mekar, Kwamki Lama, Timika, Senin pagi.
     
Senin (22/11/2010), puluhan polisi terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan ke 
udara berkali-kali untuk membubarkan massa dua kelompok yang hendak bertikai. 
Aparat kepolisian yang dipimpin Kapolsek Mimika Baru AKP Lang Gia kemudian 
mengejar warga dua kelompok ke hutan-hutan di sekitar Kwamki Lama.
     
Sebelumnya, sekitar pukul 05.30 WIT, massa dua kelompok sempat saling 
berhadapan sembari melepaskan anak panah ke kubu lawan. Dalam pertikaian itu, 
seorang warga Kwamki Lama, Alawime Kiwak, terkena anak panah di kaki.
     
Pertikaian tersebut hanya berlangsung beberapa saat setelah puluhan polisi yang 
sudah berhari-hari berjaga-jaga di Kwamki Lama mengeluarkan tembakan peringatan 
ke udara.
     
Merasa kecewa dengan tindakan polisi, massa dari salah satu kelompok lalu 
menyerang polisi dengan anak panah sembari berlari menyelamatkan diri ke hutan. 
Salah seorang anggota Polres Mimika, Brigadir A Dahlan, mengatakan, polisi 
telah berupaya menghalau kedua kelompok warga untuk tidak terlibat bentrokan.
     
Namun, upaya tersebut justru tidak ditanggapi positif oleh warga yang berujung 
pada penyerangan terhadap polisi. "Terpaksa kami keluarkan tembakan peringatan 
ke udara supaya warga bubar dan tidak terlibat pertikaian," tutur Dahlan.
     
Dalam insiden itu, katanya, tidak ada anggota polisi yang terkena anak panah. 
Kedua kelompok massa hingga Senin siang masih terus berjaga-jaga di kompleks 
mereka masing-masing sambil menenteng busur dan anak panah.
     
Sementara itu, ratusan aparat kepolisian ditambah Brimob Detasemen B Polda 
Papua kembali dikerahkan ke Kwamki Lama untuk mencegah bentrokan lanjutan 
antara dua kelompok warga setempat. Bentrokan antara kedua kelompok warga di 
Landu Mekar, Kwamki Lama, terjadi sejak Sabtu (20/11/2010) pasca- meninggalnya 
Lenius Kogoya (19) yang tewas setelah ditikam dengan parang oleh seseorang saat 
sedang bermain Joker di rumahnya pada hari Rabu (17/11/2010) malam.
     
Keluarga korban tidak menerima kematian Lenius dan menuding warga kelompok 
Murib yang juga bermukim di kampung yang sama sebagai pelaku. Jenazah Lenius 
telah dibakar oleh keluarganya pada hari Jumat (19/11/2010).

++++

http://regional.kompas.com/read/2010/11/22/06363418/Polisi.Tentara.Jaga.Ketat.Kampus.Uncen

SBY ke Papua
Polisi-Tentara Jaga Ketat Kampus Uncen
Senin, 22 November 2010 | 06:36 WIB

Kompas/Ichwan Susanto (ich)
Kampus Universitas Negeri Cenderawasih Jayapura, Papua. 
TERKAIT:
  a.. Kapolri dan Panglima TNI Mendahului SBY
  b.. SBY Akan Datang, Lalat dan Nyamuk Diusir
JAYAPURA, KOMPAS.com - Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua, 
memperketat pengamanan menjelang kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
bersama rombongan ke universitas negeri itu, Senin (22/11/2010).

Kedatangan Presiden untuk memberikan kuliah umum sekaligus membuka musyawarah 
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Nusantara, di Jayapura, Senin.

Petugas gabungan brigade mobil (Brimob) Kepolisian Daerah Papua dan TNI tampak 
mulai siaga mulai dari sepanjang jalan Abepura hingga kampus Uncen.

Begitu pula di jalur masuk menuju Auditoium dimana tempat berlangsungnya kuliah 
umum dan kegiatan musyawarah BEM se-Nusantara, juga dijaga ketat oleh pihak 
kepolisian.

Setiap peserta baik jurnalis, tamu undangan, dan mahasiswa yang ingin mengikuti 
serangkaian kegiatan Presiden diperiksa hingga bawaannya. 

Tampak hampir semua titik ditempatkan anggota kepolisian, baik yang berpakaian 
dinas maupun preman.

Lokasi Universitas Cenderawasih sudah mulai diperketat sejak dari Minggu 
(21/11), baik di sepanjang jalan menuju Uncen maupun di dalam area Uncen.

Menurut rencana rombongan orang nomor satu di Indonesia bersama rombongan 
Menteri akan tiba di Universitas Cenderawasih pada pukul 09:00 Waktu Indonesia 
Timur.

Sebelumnya, ruangan Auditorium Universitas Cendrawasih yang akan dikunjungi 
Presiden disemprot untuk mengusir lalat dan nyamuk oleh petugas Dinas Kesehatan 
(Dinkes) setempat.

Penyemprotan dilakukan agar nyamuk dan lalat tidak beterbangan sehingga 
mengganggu kehadiran Presiden Indonesia di dalam ruangan itu.

Beberapa ruangan dalam dan luar dari Auditorium Uncen disemprot sehingga 
tamu-tamu yang berada ditempat tersebut bisa nyaman dari gangguan nyamuk dan 
lalat.

Auditorium Uncen sendiri merupakan tempat kegiatan pertemuan Badan Eksekutif 
Mahasiswa (BEM) se-Nusantara yang akan dibuka secara resmi oleh Presiden.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke