Refleksi : Kalau air yang berlimpah-limpah diturunkan dari langit taanpa perlu beli, diabaikan, maka tentu saja krisis air bersih adalah kenyataan yang harus dihadapi. Selain itu kalau air untuk kebutuhan primer manusia tidak diurus bisa diurus, maka pertanyaannya bagaimana dengan bahan-bahan lain kebutuhan utama?
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=21926 2010-07-29 DAS Kritis, Ancaman Krisis Air Makin Nyata SP/Adi Marsiela Seorang penduduk pinggiran Sungai Citarum mengumpulkan sampah dengan perahu beberapa waktu lalu. Mengeringnya Sungai Citarum yang paling tercemar di dunia ini, membuat aliran air sungainya menjadi kecil dan sebagian besar mengering penuh dengan sampah. Krisis air baku dan bersih kini bukan lagi di depan mata. Ancaman itu justru telah nyata dirasakan, namun tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kualitas dan ketersediaan air masih minim seiring dengan buruknya kualitas air sungai, rusaknya daerah aliran sungai, laju deforestasi (pengundulan hutan), serta perusakan ekosistem perairan darat lainnya. Perusakan itu dipicu alihfungsi lahan dan pembuangan limbah, sampah ke sungai. Akibatnya, bencana banjir kerap melanda daerah langganan banjir, Bahkan daerah yang sebelumnya bebas dari banjir. Rangkaian bencana tidak berhenti di situ, bahaya pemanasan global dan perubahan iklim yang telah dirasakan tentunya akan memperparah potensi bencana di masa yang akan datang. Kepala Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gadis Sri Haryani mengatakan, tanda-tanda kerusakan ekosistem perairan darat dapat dilihat dari adanya pencemaran, penumpukan sampah, kematian massal ikan, pendangkalan sungai, ledakan algae serta kerusakan badan sungai. "Jika tidak segera diwaspadai dan dikurangi dengan menekan kerawanan, bencana akan lebih dahsyat," kata Gadis Sri Haryani di sela-sela seminar nasional Prospek Ekosistem Perairan Darat Indonesia: Mitigasi Bencana dan Peran Masyarakat, di Institut Pertanian Bogor International Convention Center, di Bogor, Rabu (28/7). Paling Tercemar Gadis menilai dampak penyertaan dari kerusakan itu tidak hanya di aspek lingkungan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Sungai Citarum yang panjangnya 259 km, lanjutnya dinobatkan sebagai sungai paling tercemar di dunia. Sekitar 3.000 industri mengelilingi sungai tersebut, potensi buangan limbah ke sungai pun besar. Ditambah lagi di daerah aliran sungai (DAS) di sepanjang sungai telah beralih fungsi menjadi perumahan, akibatnya jumlah bulan basah dan kering serta debit air pun berubah dari tahun ke tahun. "Luas hutan di DAS Citarum hanya 1,4 persen, idealnya harus 30 persen. Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur pun terpengaruh. Tak heran terjadi banjir di hilir. DAS di Jabapunjur juga demikian, dari 200 situ, 50 persen telah rusak," imbuhnya. DAS lain yang kondisinya memprihatinkan adalah DAS Limboto di Provinsi Gorontalo, yakni tutupan ideal hutan atau lahan hijau hanya 16 persen dari idealnya 30 persen. Pada tahun 1932 masih terdapat 7.000 hektare dengan kedalaman 30 meter, namun menjadi lahan kritis dan tersisa 2.500 hektar di tahun 2007 dan kedalaman tinggal 3 meter.Dia menegaskan perlu langkah terpadu untuk memitigasi, memperbaiki DAS yang buruk dan menjaga kondisi DAS yang masih baik seperti di Toline, Ternate dan Paniai, Papua sepanjang 1.600 km persegi dengan kedalaman 64 meter dan memiliki biodata endemik udang air tawar. Di sisi lain Direktur Pengairan dan Irigasi Bappenas Donny Azdan menegaskan, masalah air bisa menjadi bom waktu yang tidak kelihatan tapi siap meledak. Dijelaskan, usia waduk dan bendungan idealnya mencapai 100 tahun. Waduk Jatiluhur akan hancur seiring masifnya sedimentasi, kerusakan DAS dan alih fungsi lahan. "Jika hancur akan tumpah 3.000 juta meter kubik air. Bayangkan saat Situ Gintung ambrol ada sekitar 1 juta meter kubik air, dampaknya dahsyat. Jika Jatiluhur hancur bencananya bisa lebih besar dari tsunami Aceh," ungkapnya. Dari sekitar 90 permasalahan di Citarum, menurut Donny butuh waktu 20-25 tahun untuk memperbaiki dan menelan anggaran mencapai Rp 35 triliun. Sungai Citarum merupakan sumber penyedia air baku ke wilayah Bandung, Cimahi, Cianjur, Purwakarta, Bekasi, Karawang dan 80 persennya untuk suplai air ke Jakarta. Total penduduk di wilayah sungai yang menikmati air baku atau air yang bisa digunakan, namun harus diproses menjadi air bersih ini mencapai 15.303.758 di mana 50 persennya di kota. Padahal, total penduduk Jawa Barat di tahun 2009 mencapai 41.483.729 jiwa. Dipaparkan, Pulau Jawa menempati urutan teratas sebaran rawan banjir dan kekeringan disusul Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Pemerintah lanjutnya menargetkan konservasi dan perbaikan volume keterjagaan air hingga tahun 2014 mencapai 20 miliar meter kubik air, saat ini baru 1,5 miliar meter kubik. Padahal, untuk memperbaiki sekitar 133 wilayah sungai atau 5000 sungai di seluruh Indonesia bakal menyedot anggaran Rp 2.500 triliun. "Jika hal itu tidak segera dipecahkan, diperkirakan 20 tahun lagi sungai di Indonesia akan hilang," tandasnya. Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengingatkan, polusi dan limbah ke perairan darat akan mempengaruhi kian buruknya ekosistem dan kualitas perairan darat. [SP/Ari Supriyanti Rikin] [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/