Re: [proletar] Diary seorang Pramugari

2011-12-04 Terurut Topik ajeg

Saya doakan sumoi jangan pernah jumpa si uplik.. 

--- cha6966@... wrote:

> Catatan Harian Seorang Pramugari
> 
> Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena 
> bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan 
> tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya 
> melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.Pada 
> tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang 
> membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup 
> saya.Hari ini jadwal perjalanan kami adalah 
> dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari 
> ini.Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, 
> merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas 
> sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu 
> pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah 
> zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai 
> uang untuk naik pesawat.Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai 
> menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat 
> kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku 
> ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.Kami 
> menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan 
> menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi 
> tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk 
> dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk 
> dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga 
> ditolak olehnya.Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya 
> kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa 
> dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh 
> bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.Kami 
> menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan 
> menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat 
> menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke 
> penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak 
> menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, 
> ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia 
> mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah 
> haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya 
> dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan  kepada kami, 
> kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, 
> katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan 
> meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak 
> diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat 
> biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati 
> bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, 
> hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan 
> itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.Setelah 
> kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang 
> meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak 
> olehnya.Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang 
> sangat baik, putra sulung sudah bekerja dikota dan yang bungsu 
> sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja 
> di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota 
> tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya 
> pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak 
> menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega 
> orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket 
> pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, 
> tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket 
> pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya 
> dengan terpaksa disetujui anaknya.Dengan merangkul sekarung penuh 
> ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan 
> keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat 
> bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh 
> ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka 
> makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan 
> karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia 
> dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.Saat dalam 
> penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu 
> membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap 
> tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah 
> sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia 
> menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya 
> meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia 
> belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa 
> makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.Menurut 
> kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata 
> seorang desa menjadi begit

[proletar] Diary seorang Pramugari

2011-12-04 Terurut Topik cha6966
Catatan Harian Seorang Pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan 
perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang 
mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang 
monoton.Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang 
membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.Hari ini 
jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat 
penuh pada hari ini.Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, 
merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat 
itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari 
pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah 
mempunyai uang untuk naik pesawat.Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai 
menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua 
tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku 
karung tua bagaikan patung.Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut 
dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua 
diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk 
dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang 
ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.Akhirnya kepala 
pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil 
dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh 
bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.Kami menjelaskan 
kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang 
pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua 
kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, 
dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, 
ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak 
usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini 
dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang 
disodorkan  kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia 
tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus 
dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah 
diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa 
dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang 
dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan 
dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.Setelah 
kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum 
secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.Dia menceritakan 
bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah 
bekerja dikota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak 
sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama 
di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya 
pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra 
bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil 
begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya 
bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros 
dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya 
dengan terpaksa disetujui anaknya.Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering 
yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, 
dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras 
membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur 
dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya 
meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia 
dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.Saat dalam penerbangan kami 
terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih 
yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui 
sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara 
kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya 
meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah 
melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk 
anaknya, kami semua sangat kaget.Menurut kami yang setiap hari melihat makanan 
yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.Dengan menahan 
lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami 
mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada 
penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek 
ter