Sikap sombong dan eksklusivitas muslimin di Amerika ini semakin dibenci.  
Sebagai negara yang pluralistik, kebebasan beragama dilindungi pemerintah namun 
ada peraturan dalam kegiatan beragama dilarang mengganggu ketenangan publik 
seperti memasang iklan2 agamanya secara provokatif sehingga umat lain merasa 
terganggu.  Demikianlah, agama2 seperti Kristen Baptist, Jehova, Evangelist dan 
Mormon sekarang ini meskipun tidak pernah terlihat berdakwah namun secara 
sembunyi2 mereka tetap melakukannya dimana sebelumnya juga mereka berjihad 
terang2an mempromosikan agamanya sehingga hampir2 terjadi bentrokan fisik antar 
agama2 yang bersaing itu sehingga seluruh badan kepolisian direpotkan turun 
kelapangan untuk menengahinya.

Setelah pasca 911, kaum muslimin makin provokatif mendakwahkan agama mereka, 
meskipun sudah dilarang tetap mereka melakukannya dengan terang2an menantang 
badan keamanan dan penolakan masyarakat banyak.  Dibawah ini salah satu bentuk 
eksklusivitas murid2 dan orang-tua muslimin yang berdemo memaksakan agar "Idul 
Adha" diakui sebagai hari libur resmi.  Kalo tuntutan ini tidak dipenuhi mereka 
mengancam akan memboikot sekolah, semuanya akan bolos maksudnya agar sekolah 
jadi kosong, tentunya perbuatan ini sia2 karena mayoritas murid2 di Amerika 
bukan muslimin bahkan kegiatan semua keagamaan di-sekolah2 publik  diseluruh 
Amerika dilarang berdasarkan UU yang berlaku, bukan cuma Islam saja tapi semua 
agama apapun dilarang dilakukan di sekolah2 publik.

http://www.republika.co.id/berita/video/berita/13/10/14/munt9a-siswa-muslim-as-minta-libur-idul-adha


Jelas tindakan kaum muslimin di Ameika ini adalah salah, mereka menyalah 
gunakan kebebasan beragama yang meskipun masih didiamkan oleh aparat keamanan 
namun pasti satu saat akan ditindak secara tegas bukan cuma oleh aparat 
keamanan melainkan juga oleh masyarakat Amerika.

Tidak bisa kita muslimin menganggap bahwa kalo hari Natal dianggap liburan 
resmi, maka "Idul-Adha dan Idul-Fitri" juga harus diaku sebagai hari liburan 
resmi.  Padahal hari libur Natal itu bukanlah terkait keagamaan tapi melainkan 
sebagai tradisi budaya yang dikaitkan oleh oleh masing2 agamanya seperti 
Nasrani dan Yahudi.

Bahkan secara resminya sudah diajarkan disemua sekolah2, bahwa hari Natal 
bukanlah hari kelahiran Yesus, tapi karena umat Kristen menjadikan hari Natal 
ini sebagai hari kelahiran Kristus maka hal itu tidak bisa mengharuskan atau 
memaksakan yang lainnya dilarang merayakannya selain menyangkut agama yang 
mempercayainya itu sendiri.  Jadi pernah ada penolakan umat Kristen terhadap 
perayaan Natal ini yang diikuti dengan Santa-Clause, karena Santa-Clause 
bukanlah figur yang dipercaya dalam agama Kristen.  Tapi penolakan umat Kristen 
itu tidak digubris karena memang hari Natal itu bermula dari Santa-Clause 
secara tradisi budaya Amerika, sedangkan kemudian dikaitkan dengan kelahiran 
Yesus dan kesemuanya ini hanyalah sebatas tradisi saja yang tidak ada kaitannya 
dengan menjadikan hari Natal sebagai hari libur resmi di Amerika.

Hari Natal dijadikan hari libur resmi karena memang merupakan bulan penutup 
tahun yang terkait dengan pelaporan pajak seluruh rakyat di Amerika ini 
seminggu menjelang tahun baru dimulai.

Jadi tidak bisa muslimin mencemburui liburan hari Natal sebagai liburan resmi 
karena hari Natal bukan cuma terkait dengan agama Kristen saja, tapi juga 
beberapa agama seperti Jews dan juga terkait utamanya dengan penutup tahun 
laporan pajak.

Bahkan tahun kabisat yang kita gunakan sekarang pun bukanlah tanggalan yang 
berasal dari Yesus atau agama Nasrani tapi diciptakan oleh para pejabat Romawi 
yang percaya kepada dewa dewi yang sama sekali tidak terkait agama apapun yang 
sekarang ini.  Tapi ternyata tanggalan yang bukan Nasrani ini malah kita sebut 
sebagai tanggalan Masehi se-olah2 memang tanggalan yang dibuat oleh umat 
Kristiani atau terkait dengan Yesus.

Jadi menamakan tanggalan sekarang ini sebagai tanggalan Masehi hanyalah soal 
nama yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan masyarakat yang mayoritas masih 
percaya tentang Masehi atau Yesus, padahal tidak ada kaitannya sama sekali.

Jadi kalo kaum muslimin mau menjadikan "Idul-Adha" dan "Idul-Fitri" sebagai 
hari libur resmi, gampang saja yaitu dengan menjadikan tanggal 25 December 
sebagai hari raya "Idul-Adha dan Idul-Fitri" sehingga tanggal 25 December ini 
juga menjadi tanggalan keagamaan bagi Islam dan kaum muslimin seperti halnya 
umat Kristen yang menjadikan tanggalan ini menjadi hari kelahiran Yesus Kristus.

Liburan keagamaan untuk sekolah2 publik tidak ada larangan diseluruh Amerika, 
sehingga kalo kaum muslimin mau liburan dihari besarnya sama sekali tidak 
dilarang bahkan diizinkan resmi oleh masing2 sekolahnya, jadi enggak perlu 
demo2 dan mengancam memboikotnya karena tindakan itu selain tidak ada gunanya 
juga sifatnya provokatif dan mau memaksakan mereka yang bukan muslim pun 
diharuskan libur juga, cara2 begitu jelas melanggar UU kebebasan beragama.

Jadi enggak bisa kasih alasan bahwa kalau meliburkan diri meskipun diizinkan 
tapi pelajaran akan tertinggal sukar dikejar kembali, hal itu jelas tidak 
benar, karena semua sekolah publik di Amerika selalu kurikulumnya disesuaikan 
dengan capaian yang diraih murid2nya bukan target2an seperti di Indonesia.  
Bahkan kalo anda di Indonesia sudah kelas 1 SMA maka pindah ke Amerika boleh 
pilih kelas mana yang anda inginkan, anda boleh minta ditempatkan langsung 
kelas 3 SMA.  Tapi apabila dikelas 3 SMA setelah 3 bulan berlalu di evaluasi 
anda tidak sanggup, maka anda dianjurkan (bukan dipaksa) untuk kembali ke kelas 
1 atau kelas 2 SMA.

Juga banyak anak2 di Indonesia yang baru kelas 2 SMA dan pindah ke Amerika 
langsung masuk Colleget tanpa perlu ijazah SMA seperti di Indonesia.  Jadi 
bohong sama sekali alasan bahwa kalo hari besar Islam tidak dijadikan hari 
liburan resmi akan menyebabkan murid2 muslimin akan tertinggal pelajarannya.  
Alasan ini cuma di-cari2 yang bertujuan untuk memaksakan yang lainnya yang 
bukan muslimin ikut merayakan hari2 besar Islam sebagai kewajiban dakwah bagi 
setiap muslimin.  Hal ini bukan saja provokatif, eksklusif, tapi juga merupakan 
kesombongan kaum muslimin dalam memaksakan agamanya kepada yang lain yang bukan 
muslimin.  Bahkan disemua negara2 Islam ternyata agama lain dilarang bahkan 
sesama Islam pun dari aliran yang berbeda dilarang mutlak dengan ancaman 
hukuman mati atau penggal kepala kepada yang tertangkap.

Ny. Muslim binti Muskitawati.

Reply via email to