Sementara anak serdadu dan psikopat sedeng seperti johny-indon yang berotak 
cebol itu nggak begitu gelisah dihadapan keadaan yang sudah begitu gawat..

Dan johny-indo yang biadab inilah yang pantatnya suka dijilat oleh bajingan 
serakah Teddy pelaku tax evasion itu...

http://nasional.kompas.com/read/2013/03/26/09065699/Indonesia.dalam.Keadaan.Bahaya


 Print     Send    Close
Indonesia dalam Keadaan Bahaya
FERGANATA INDRA RIATMOKO
Petugas membukakan pintu akses utama LP Cebongan di Desa Sumberadi, Mlati, 
Sleman, DI Yogyakarta, Senin (25/3/2013). Berbagai aktivitas di lapas tersebut 
telah berangsur normal pasca-penyerbuan gerombolan bersenjata api tiga hari 
sebelumnya yang mengakibatkan empat tahanan tewas. KOMPAS/FERGANATA INDRA 
RIATMOKO
Selasa, 26 Maret 2013 | 09:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, DI 
Yogyakarta, merupakan teror terhadap publik, hukum, dan negara. Pemerintah 
harus membentuk tim investigasi untuk mengusut kasus itu. Apalagi, hal itu 
sudah menjadi sorotan publik internasional. Jika kasus itu tak diungkap, 
Indonesia terancam bahaya karena negara dikuasai gerombolan bersenjata.

Desakan dibentuknya tim investigasi atau pencari fakta disuarakan sejumlah 
kalangan, antara lain Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 
Jakarta Komaruddin Hidayat; Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz 
Magnis-Suseno dan Mudji Sutrisno; Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Andalas, 
Padang, Saldi Isra; Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak 
Kekerasan Haris Azhar; dan Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti, secara 
terpisah, Senin (25/3/2013), di Jakarta.

Menurut Komaruddin, penyerangan LP Cebongan tersebut mencerminkan terjadinya 
demoralisasi angkatan bersenjata, baik Polri maupun TNI. Hal itu pukulan bagi 
pemerintah karena hukum dan pemerintah kehilangan wibawa, dan orang cenderung 
mencari keadilan dengan caranya sendiri.

"Yang bahaya, kalau pencarian keadilan itu kemudian dengan menggunakan senjata. 
Dampak negatifnya sangat besar karena masyarakat seakan mendapat pembenaran 
untuk melakukan kekerasan. Ini juga menambah daftar panjang pelanggaran hak 
asasi manusia (HAM), pembunuhan, dan penculikan, tetapi aktornya tidak 
ditemukan," katanya.

"Sangat perlu Presiden membentuk tim pencari fakta. Kalau (fakta) tidak dibuka 
dan pelaku tidak dihukum, negara dalam keadaan bahaya karena negara dikuasai 
kelompok preman dan penegakan hukum tidak berjalan," kata Magnis.

Tercatat sejumlah media asing melaporkan peristiwa itu, antara lain kantor 
berita Malaysia Bernama, Bangkok Post (Thailand), The Straits Times 
(Singapura), Asahi Shimbun (Jepang), Xinhua (China), Voice of America (Amerika 
Serikat), The Herald (Skotlandia), The Vancouver Sun (Kanada), serta beberapa 
kantor berita asing.

Menurut Komaruddin, tim investigasi independepen mesti melibatkan tokoh-tokoh 
kredibel dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus mendukung penuh 
dengan segala risikonya, terutama jika nanti ada orang kuat yang terlibat.

Menurut Mudji, kasus tersebut menunjukkan suatu kebiadaban. Di negara hukum, 
yang terjadi justru hukum rimba. Karena itu, Presiden SBY harus serius 
menangani kasus itu. Kalau tidak, akan tercipta benih-benih yang menunjukkan 
Indonesia jauh dari negara yang beradab.

Haris Azhar menilai, secara politis kasus itu merupakan teror terhadap publik 
dan negara. Warga yang diamankan malah tambah tidak aman. "Presiden harus 
memberikan dukungan penuh. DPR jangan cuma berkomentar, tetapi tunjukkan 
kawalannya atas kasus ini," katanya. Poengky Indarti berharap polisi bekerja 
sama dengan polisi militer untuk menangkap pelakunya.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Febi Yonesta menegaskan, penyerangan 
tersebut memperlihatkan kegagalan pemerintah. "Khususnya, kegagalan Kementerian 
Hukum dan HAM dalam melindungi para tahanan," ujarnya.

Saldi Isra mengingatkan pentingnya mengungkap kasus tersebut secara tuntas. 
Dalam konteks bernegara, kegagalan pengungkapan penyerangan itu sama saja 
dengan kegagalan Presiden melindungi rakyatnya. "Ini kan kantor pemerintah. 
Milik pemerintah saja diserang dan tidak bisa melindungi, apalagi melindungi 
rakyatnya," kata Saldi.

Kemarin, pemimpin sejumlah lembaga yang tergabung dalam forum Mahkamah Agung, 
Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, dan Kepolisian sepakat agar kasus 
tersebut diungkap tuntas. "Jangan khawatir, seluruh pimpinan lembaga tadi 
meyakinkan bahwa siapa pun pelakunya harus diungkap," ujar Wakil Menteri Hukum 
dan HAM Denny Indrayana.

Di Sleman, Kepala LP Cebongan Sukamto Harto mengatakan ada potensi kerawanan. 
"Dari berkas yang ada, keempat tahanan itu terlibat dalam pembunuhan anggota 
TNI AD. Untuk menghindari adanya aksi pembalasan seperti kasus di Baturaja, 
Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, dibutuhkan pengamanan tambahan," 
ujarnya.

Menyadari hal itu, Sukamto meminta bantuan pengamanan ke Polda DI Yogyakarta. 
Ia juga menghubungi Polsek Mlati untuk melakukan patroli di sekitar LP.

Pemindahan tahanan, menurut Kapolda DI Yogyakarta Brigadir Jenderal (Pol) Sabar 
Rahardjo, disebabkan plafon tahanan Mapolda DI Yogyakarta jebol. Namun, 
berdasarkan pengamatan, ruang tahanan di Lantai 2 Direktorat Reserse Umum dan 
Khusus tersebut hanya terlihat bocor di bagian plafon.

Sebelum kejadian, Sabar mengatakan telah meminta bantuan pengamanan LP ke Korem 
072/Pamungkas, Yogyakarta. "Wakapolda telah meminta bantuan ke Kepala Staf 
Korem agar ditugaskan patroli ke sana (LP). Menurut informasi, Kepala Staf 
Korem sudah memerintahkan ke Detasemen Polisi Militer," ujarnya. Namun, saat 
penyerangan tidak terlihat satu pun petugas polisi dan TNI berjaga-jaga di 
sekitar LP.

Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayor Jenderal Hardiono Saroso mengatakan, 
pihaknya siap membantu Polda DI Yogyakarta untuk mengungkap pelaku penyerangan. 
"Jangan berspekulasi siapa pelakunya. Semua menjadi tanggung jawab penuh saya," 
katanya. (IAM/FER/ANA/DWA/RYO/ABK/ANS/SEM/PRA/EDN)

 

Dapatkan artikel ini di URL:
http://nasional.kompas.com/read/2013/03/26/09065699/Indonesia.dalam.Keadaan.Bahaya








------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke