[proletar] Perubahan...
Dalam sebuah adegan dalam film terbaru James Bond yang berjudul "Sky Fall", dimana Silva ( Javier Bardem ) dan Bond ( Daniel Craig ) bercakap tentang filosofinya tentang bagaimana bisa merubah perilaku. Silva mengatakan dimana di sebuah pulau yang mempunyai banyak kelapa, diserang oleh ribuan ekor tikus, akhirnya mereka memutuskan untuk menangkap tikus tikus tersebut dengan memberi jebakan buah kelapa didalam drum besar. Tikusnya tertarik kepada kelapa dan akhirnya tertangkap karena masuk ke dalam drum tsb. Sebagian besar tikus tertangkap. Akan di apakan tikus tersebut? Apakah akan di bunuh... Di siram bensin dan di bakar? Tidak... Mereka mengumpulkan semua tikus tersebut dalam sebuah tempat. Dan membiarkan tikus tersebut kelaparan... Akhirnya... Karena rasa lapar yang tak tertahankan... Mereka mulai saling memakan satu sama lainnya.. Yang tidak bertahan atau lemah akhirnya jadi mangsa tikus yang lebih kuat... Sampai akhirnya populasi tikus itu berkurang karena mereka saling memakan... Satu dengan yang lainnya... Setelah jumlahnya berkurang dengan drastis... Tikus² tersebut akhirnya di lepaskan kembali ke alam liar... Tikus tersebut kini sudah berubah... Mereka tidak menyukai buah kelapa lagi... Mereka mencari tikus lainnya.. Untuk menjadi makanan mereka... Begitulah cara mereka merubah perilaku... Selamat Sore... Charles Asiku cha6...@gmail.com cha6...@yahoo.com pin: 21EF6D92 Surabaya Powered by Telkomsel BlackBerry® Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Perubahan yang dialami rezameutia..
Beberapa tahun yang lalu, rezameutia yang otaknya sudah rusak berat itu menolak untuk mengakui kesalahannnya. Dia bilang, seingat saya, kata yang keluar tidak bisa ditarik oleh seratus ekor kudapun. Tapi beberapa hari yang lalu dia sudah bersedia mengakui bahwa dia salah menulis kata "stone" yang mestinya "stoned". Kesediaan mengakui kesalahan itu saya anggap sebagai perubahan sikap rezameutia yang signifikan. Ada harapan bahwa dia akan bisa sembuh dan otaknya bisa berhenti ciut dan bisa akan jadi lebih gede dari biji peler monyet ouistiti. Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Perubahan UU Peradilan Militer
Perubahan UU Peradilan Militer www.transparansi.or.id - Senin, 14 Agustus 2006, bertempat di Hotel Cemara, Yayasan LBH Indonesia (YLBHI) menyelenggarakan Diskusi Perubahan UU Peradilan Militer. Hadir sebagai narasumber Mayjen Sryadi (Dirjen Pertahanan Dephankam), Andreas H. Pariera (Ketua Pansus Perubahan UU Peradilan Militer), Donny Ardyanto (Tim Analis YLBHI). Mayjen Suryadi yang mewakili pemerintah masih bersih keras mempertahankan asas koneksitas berikut hukum acara peradilan militer yang diatur dalam UU Peradilan Militer, dengan alasan, pertama, amanat dari TAP MPR yang harus dilaksanakan dalam undang-undang, kedua, status hukum dari Tap MPR RI No. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri, ketiga, kesesuaian antara jenis dan materi muatan atau rezim hukumnya, keempat, kewenangan penyidikan terhadap anggota TNI yang melakukan pelanggaran pidana umum, kelima, Peran Ankum dan Papera. Donny menekankan pentingnya penghapusan asas koneksitas dan hukum acara peradilan militer dengan mendasari pada asas equality before the law, bahwa semua warga negara Indonesia termasuk anggota TNI wajib tunduk dalam hukum yang berlaku umum. Anggota TNI yang melakukan tindak pidana umum, harus tunduk kepada peradilan umum. Lain halnya dengan anggota TNI yang melakukan tindak pidana militer, maka harus tunduk kepada peradilan militer. Jadi UU Peradilan Militer di dalam perubahannya hanya mengatur mengenai hukum materiil dan formil tindak pidana militer. Andreas mengeluhkan panjangnya proses pembahasan yang dilakukan oleh DPR dan pemerintah dalam Perubahan UU ini. Perubahan UU Peradilan Militer ini juga merupakan usul insiatif DPR, dimana seluruh fraksi menyatakan setuju penghapusan asas koneksitas dan hukum acara peradilan militer dalam UU Peradilan Militer. Tidak adanya titik temu diantara kedua pihak karena perbedaan starting point dalam pola pikir. DPR mendasari Perubahan UU ini dalam kerangka TNI adalah sama kedudukannya dengan warga negara pada umumnya, sedangkan pemerintah mendasari dalam kerangka TNI memiliki kewenangan specialis sehingga membutuhkan rezim hukum yang khusus mengatur mengenai peradilan militer. Sampai dengan akhir diskusi belum ada titik temu mengenai permasalahan kewenangan koneksitas dan hukum acara peradilan militer, dimana keduanya adalah substansi terpenting dari perubahan UU Peradilan Militer. (FR) ++ Untuk berita aktual seputar pemberantasan korupsi dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) klik http://www.transparansi.or.id/?pilih=berita Untuk Indonesia yang lebih baik, klik http://www.transparansi.or.id/ [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Perubahan, Problematika dan Agama
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=6719 Perubahan, Problematika dan Agama Oleh Nelson Alwi Rabu, 14-Desember-2005, 01:39:21 REFORMASI bergulir mengecewakan. Masyarakat (ke)banyak(an) dirongrong berbagai penyimpangan berkedok perbaikan secara cepat dan terkadang, begitu mengejutkan. Pada titik tertentu, perubahan atau penjungkirbalikan tujuan dimaksud cenderung memperparah ketegangan (gap oriented) antara permasalahan transendensi dengan kepedulian masyarakat terhadap keyakinan maupun lingkungannya. Ya, perubahan yang cepat lagi mengejutkan menawarkan sejumlah tantangan, terutama sekali dalam dan untuk menetapkan standar moral sehubungan dengan perilaku manusia yang, mau tidak mau, selalu terlibat dalam proses keberadaannya selaku umat beragama. Sementara identifikasi keyakinan menyangkut kerangka perilaku, jelas, merupakan persoalan yang tak mungkin lepas dari perubahan itu sendiri. Sekecil apapun, perubahan tersebut dipandang dari dan berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan mencuatnya sosok kekurangmoralitasan produk akhirnya. Berbagai permasalahan yang mengemuka, sebagai produk akhir sebuah transformasi-reformasi, memang teramat pelik dan memiriskan. Keamburadulan politik, krisis demokrasi dan kemanusiaan, ketidakstabilan ekonomi dan kian beratnya beban atau tekanan hidup rakyat kecil, meroketnya pertambahan penduduk miskin (berikut praktik-praktik pemiskinan terselubung) dan pengangguran di samping yang tak kalah penting, tidak kunjung tuntasnya kasus-kasus seperti korupsi, kerusakan dan pengrusakan lingkungan (illegal logging), kontinuitas konflik di sejumlah tempat, dan kentalnya ketergantungan penyelenggara negara kepada kaum kapitalis-materialistis. Sementara masyarakat pada umumnya telah cukup paham, bahwa persoalan -yang barangkali tepat disimpulkan sebagai- kemiskinan serta kezaliman tak bisa diatasi hanya dengan menunjukkan air-muka penuh perhatian dan keprihatinan (monotone attitude). Pengertian mendalam terhadap asal-muasal kemiskinan dan struktur yang melanggengkan kezaliman akan menyebabkan masyarakat berhadapan muka dengan kesimpangsiuran penafsiran fungsi kekuasaan berikut kompleksitas-trasformasi kezaliman dalam aneka situasi dan kondisi. Dengan demikian memang menjadi menarik menalitemalikan kondisi negara dewasa ini dengan implementasi keagamaan warganya. Atau dengan kata lain, cukup relevan rasanya mengamati realita kehidupan spiritual masyarakat yang ngotot mengecam paham anti-agama di tengah problem yang mengharu-biru bangsa sekarang ini. Bagi sebagian orang, implementasi (ke)agama(an) cenderung bias, dan berlebihan. Seolah segala macam aktivitas keagamaan masyarakat saat ini baru menemukan kesahihannya bila telah (di)sejalan(kan) dengan prinsip-prinsip kebersamaan -yang salah kaprah. Di banyak tempat zikir atau ritual keagamaan yang hakikinya bersifat personal (hablumminallah) diorganisasi dan dimobilisasi. Di samping itu, tidak sedikit pemuka agama teperdaya (atau diberdayakan?) untuk memihak sehingga, terkadang tak segan-segan memanipulasi "sesuatu" yang belum jelas. Tidak pula terhitung pejabat yang maling di kantor namun tampak sangat khusyuk beribadah di depan umum. Artinya, kesulitan dalam mengantisipasi perubahan yang telanjang lagi mengejutkan, niscaya dapat melahirkan pengaruh serta relevansi yang tidak menentu: kekakuan dan kegalauan, yang menyodorkan kompleksitas proses transformasi sosial kemasyarakatan yang bersumber pada kegagalan (pemuka) agama dan keyakinan dalam membimbing penganut atau pemeluknya. Sebagian anak bangsa bisa jadi gagal dalam rangka memberikan arti keberadaannya di muka bumi ini, sebab keterlibatan mereka selalu saja menjurus kepada relevansi kemasalampauan (stagnant). Dan sebagai alternatif yang lebih buruk, mereka akan terjungkal dan masuk ke lingkar permasalahan yang betul-betul membingungkan. Suasana dan kondisi seperti itu besar kemungkinan akan menimbulkan kekacauan, kefrustrasian, kegoncangan, keterasingan dan bahkan, memancing timbulnya sikap keras reaksioner berlatar "konsep" keagamaan -yang sesungguhnya sangat luhur. Berdasarkan fakta lapangan, militansi kelompok yang kritis-radikal mencermati permasalahan sebab-akibat dekadensi moralitas dan degradasi agama dengan kacamata kuda, lempang. Mengantisipasinya secara ekstrem, karena semata-mata bertumpu kepada norma-norma serta tolok ukur kelaziman. Menariknya, keberadaan aliran keagamaan bersifat temporal yang nyaris tanpa bentuk dan entah bersarang di mana, yang seringkali dituding berdiri di belakang layar konflik antargolongan, antardaerah, antaretnik dan lain-lain sebagainya, berimbas ke institusi-institusi resmi seperti pondok pesantren dan (alumni) santrinya. Secara berlebihan (over acting), sekian pondok pesantren, santri maupun alumninya dicurigai. Memang,
[proletar] Perubahan, Antara Janji dan Kenyataan
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0501/28/opi02.html Perubahan, Antara Janji dan Kenyataan Oleh Mohammad Nasih Salah satu "amunisi" yang membuat pasangan SBY-Kalla memenangi pemilihan umum presiden 5 Juli 2004 adalah wacana perubahan. SBY-Kalla kala itu mampu membangun image bahkan mitos bahwa mereka adalah pasangan yang akan membuat Indonesia mengalami perubahan signifikan menuju kondisi yang lebih baik. Masyarakat yang saat itu sudah berada dalam kondisi jengah terhadap kondisi yang pengap, sesak, dan tidak menentu, memang menginginkan perubahan kondisi. Persepsi yang menguat di kalangan masyarakat adalah bahwa perubahan itu identik dengan pergantian kepemimpinan. Dengan kata lain, perubahan tidak mungkin bisa dicapai tanpa pergantian kepemimpinan nasional. Inilah yang segera ditangkap pasangan SBY-Kalla sehingga dengan intensitas yang sangat tinggi menggelorakan wacana perubahan dan membuat image tambahan bahwa suara rakyat yang menginginkan perubahan tersebut datang dari seluruh penjuru nusantara. Namun, setelah SBY-Kalla memegang tampuk kepemimpinan sampai 100 hari pertama sekarang ini, belum ada tanda-tanda perubahan yang dijanjikan sebelumnya akan terwujud. Bahkan, jika jeli melihat kebijakan-kebijakan yang diambil oleh SBY-Kalla, perubahan yang dikampanyekan hanya sekadar janji-janji belaka. Ternyata apa yang mereka kampanyekan tidak ada bedanya dengan elite-elite politik lain yang hanya berkepentingan merebut hati dan simpati rakyat agar mau memberikan suara dukungan dalam pemilu presiden. Ada beberapa hal yang bisa digunakan sebagai alat ukur untuk mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya pemerintahan SBY-Kalla tidak serius dalam mengimplementasikan janji-janjinya itu. Sebab, sampai saat ini, rakyat masih belum merasakan perubahan konkret yang dijanjikan SBY-Kalla. Pertama, inefisiensi kabinet. Sebenarnya yang diharapkan dari kepemimpinan SBY-Kalla adalah pemerintahan yang efektif dan efisien dengan kabinet yang ramping dan menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat. Dengan struktur kabinet yang ramping, pengeluaran negara bisa ditekan dan mengurangi peluang korupsi. Tetapi kenyataannya jauh dari bayangan. Bahkan, Kabinet Indonesia Bersatu lebih gemuk lagi karena melebihi jumlah kursi kabinet yang dibentuk oleh Megawati dalam pemerintahannya. Parahnya lagi, terlihat SBY menempatkan orang yang salah dalam jabatannya. Jika argumen ini disanggah dengan mengatakan bahwa jabatan menteri adalah jabatan politis, maka jawaban selanjutnya adalah bahwa SBY pernah menjanjikan dia akan membentuk kabinet yang akomodasionis, tetapi juga profesional. Kenyataannya, SBY banyak terjebak oleh kepentingan partai-partai yang ingin memasukkan orang-orangnya walaupun tidak mempunyai kemampuan dibidang yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua, lamban dalam menyikapi persoalan-persoalan yang menuntut penanganan secara cerdas dan tangkas. SBY sebelumnya mempunyai citra cepat dan tangkas dalam menangani masalah. Ini terkait dengan latar belakang SBY sebagai seorang militer. Bahkan dalam karier kemiliterannya, SBY selalu dinaungi bintang terang. Tetapi kenyataannya sebagaimana dikatakan banyak orang sebelumnya bahwa SBY adalah seorang yang peragu. Sikap inilah yang membuat pemerintah lambat dalam menangani permasalahan bangsa yang membutuhkan penanganan cepat dan akurat. Contoh konkretnya adalah penangan masalah Aceh yang terlambat dan sampai saat ini menyisakan masalah. Ketiga, supremasi hukum belum juga ditegakkan secara serius. Pemerintah memang telah melakukan pemeriksaan dan penangkapan terhadap beberapa orang yang diduga terlibat tindak korupsi. Tetapi, mereka yang diperiksa dan ditangkap tersebut adalah koruptor kelas teri jika dibandingkan dengan koruptor kasus BLBI. Para koruptor kelas kakap yang telah merugikan negara sampai lebih dari lima ratus triliun rupiah ternyata bebas berkeliaran dan melarikan diri ke luar negeri. Tidak ada tindakan yang tegas dan penangkapan terhadap koruptor kelas kakap itu. Itu artinya, pemerintah belum serius dan menjadikan penegakan hukum dengan menangkap penjahat-penjahat recehan tersebut sebagai pembentuk wacana di masyarakat. Menangkap penjahat kelas teri diwacanakan sebagai gebrakan pemerintah.. Jika pemerintah serius menegakkan hukum dan memberantas korupsi, para koruptor kakap tersebut seharusnya sudah berada dalam sel tahanan. Yang paling mendasar untuk dipertanyakan bagaimana mungkin pemerintahan sekarang bisa menyeret Soeharto sebagaimana amanat reformasi kalau menyeret koruptor itu saja belum bisa dilakukan. Keempat, SBY membiarkan pejabat yang membantunya melakukan rangkap jabatan sehingga menyebabkan konflik kepentingan. Contoh yang paling populer adalah Kalla yang menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Munas di Bali beberapa waktu lalu. Bahkan ada indikasi SBY juga menginginkan para menterinya menguasai partai-partai yang lain menjelang pelaksanaan kongres beberapa partai sekarang ini. Ini tidak bai