Re: [proletar] Diaspora (etnis) yang patut jadi panutan!

2005-11-08 Terurut Topik Jusfiq Hadjar

Ya, ini juga yang saya lihat. 

Jarang nian - boleh dibilang (hampir) tidak pernah - migran
Tionghoa bikin huru hara... 

Kelihatan mereka itu TIDAK mau menganggu orang lain atau
penduduk asli. 

Diberbagai negara Eropa migran Tionghoa terkenal sebagai
kelompok yang begitu TIDAK ingin menganggu hingga mereka TIDAK
rajin mempergunakan HAKnya untuk dapat tunjangan ini itu..

Berbagai tunjangan itu adalah HAK, karena mereka juga bayar pajak
dan berbagai iuruan... 

Kriminalitas dikalangan migran Tionghoa juga ada sih, seperti
triade.

Dan mereka juga suka berbunuhan... 

Tapi yang jadi korban triade itu biasanya hanya kalangan
Tionghoa saja... 

Ini berbeda dengan migran Islam yang rajin bikin huru hara.

Yang membunuh Theo van Gogh di negeri Belanda adalah migran
Islam dari Maroko. 

Yang mengancam orang yang mau mementaskan teater Aisyah di
Rotterdam adalah migran Islam juga. 

Dan migran  Islam itu serig MENYALAH GUNAKAN jaminan sosial di
berbagai negara Eropa...



On 8 Nov 2005, at 22:48, Harry Adinegara wrote:

 Tergeletik oleh berita2 tentang ulah para imigran, etnis minoritas  dinegara2 
 Barat, negara Barat sebagai host dari imigran2 ini rupanya sekarang jadi 
 kalang kabut menghadapi pendatang2 ini.
  
 Sudah 2 minggu lamanya terjadi rioting di banyak kota di Paris. Bahkan 
 sekarang mulai merembet keluar perbatasan Perancis, ke Belgia dan terachir ke 
 Jerman.
  
 Rioting di terjemahkan oleh yang melakukan huru hara ini ,sebagai 
 pengejawantahan perasaan yang mereka terjemahkan sebagai pelepasan amarah  
 atas tindakan diskriminatip terhadap pendatang, baik oleh pemerintah maupun 
 oleh penduduk asli host country itu sendiri . Banyak pengangguran dan 
akibatnya tingkat kejahatan naik di kalangan pendatang2 ini. 
  
 Terlepas dari soal diskriminasi ataupun tindakan tidak adil lterhadap mereka 
 (etnis pendatang minoritas) ini, aku tertarik akan etnis Tionghoa, yang 
 tersebar diseluruh dunia. Etnis Tionghoa, disegala penjuru dunia akan anda 
 temui kemana anda pun pergi.
 Etnis Tionghoa sebagai diaspora ras Tionghoa ini rupanya tidak bertingkah 
 laku seperti etnis minoritas lain yang berdiam di negara2 Barat, contohnya 
 ulah etnis tertentu misalnya  di negara Perancis.
  
 Bahkan dalam era kelam era Orba, dimana suku Tionghoa mengalami diskriminasi 
 yang berat, tapi bagaimana sikap mereka? Mereka dalam pasivitasnya terus 
 bekerja keras. Walaupun mereka mendapat hambatan mengekspresikan 
 kebudayaannya, tapi  mereka tetap menjunjung tinggi2 nilai kebudayaan 
Tionghoanya. Etnis Tionghoa tetap kerja dan belajar keras dalam sikon dan 
himpitan kesukaran. Alhasil mereka tetap bisa memelihara jenjang tingkat 
kehidupan yang relatip tinggi ketimbang etnis lain. Ini bukan suatu ungkapan 
chauvinistis atau rasa keunggulan rasial tapi ini adalah kenyataan yang 
tidak bisa dibantah.
  
 Apakah ini karena kebudayaan orang Tionghoa yang telah ribuan tahun lamanya 
 dan filsafat hidup Confusianisme?  Confusianisme yang menggembleng watak 
 orang Tionghoa agar menjaga dan selalu berusaha memperbaiki nasib nya dan 
 keluarganya dalam segala macam kehimpitan sekalipun. Bila memperhatikan 
situasi keadaan etnis Tionghoa terutama di era Orba, sekalipun ada diskriminasi 
berat mereka tidak berbuat anarchis. Malahan jalan yang mereka tempuh sesuai 
dengan dasar filsafat Confusius mereka berusaha keluar dari himpitan ini dengan 
jalan kerja keras belajar keras dan berkiprah memajukan 
nilai2 kehidupannya.
  
 Bagaimana di luar negara Indonesia? Bukan rahasia lagi bahwa juga diaspora 
 etnis Tionghoa ini dimanapun mereka bernaung, mereka menjadi teladan, teladan 
 sebagai manusia yang sukses baik materiil /maupun  intelektualitasnya. Bukan 
 sebagai rahasia lagi otak2 cemerlang di negara2 Barat dipegang 
oleh orang2 Tionghoa.
 Bahkan dalam acara pop macam The Brainiest Kid yang diselenggarakan oleh 
 Channel 10 di Australia . Yang keluar sebagai juara pertama adalah gadis 
 cilik mungil seorang etnis Tionghoa, mengalahkan saingan2nya dari pelbagai 
 etnis disini. Etik untuk maju dan menjadi andalan ortu dan keluarganya 
mendarah daging bagi orang Tionghoa.
 Orang Tionghoa tidak neko neko dalam memperjoangkan nasibnya, apalagi 
 mengambil jalan anarchistis  dalam memperjoangkan nasibnya sebagai minoritas, 
 sebagai diaspora, mereka kerja keras dan belajar keras. Mereka tidak menuntut 
 ini itu walaupun secara sosial, hukum dan politis mereka 
dikesampingkan. 
  
 Mereka menjalani kehidupannya di luar negara asalnya , mereka sebagai etnis 
 diaspora cukup  dirangkum dengan kata kata : inilah etnis yang perlu ditiru 
 caranya membawakan diri, membawakan diri sebagai tamu (imigran) di negara 
 orang lain. Kerja keras, belajar keras dan menghormati  hukum host 
country dan menjunjung tinggi nama baik keluarganya adalah ciri chas imigran 
Tionghoa. 
  
 Harry Adinegara.
 
 
   
 -
 Do you 

Re: [proletar] Diaspora (etnis) yang patut jadi panutan!

2005-11-08 Terurut Topik Jusfiq Hadjar

Ya, ini juga yang saya lihat. 

Jarang nian - boleh dibilang (hampir) tidak pernah - migran
Tionghoa bikin huru hara... 

Kelihatan mereka itu TIDAK mau menganggu orang lain atau
penduduk asli. 

Diberbagai negara Eropa migran Tionghoa terkenal sebagai
kelompok yang begitu TIDAK ingin menganggu hingga mereka TIDAK
rajin mempergunakan HAKnya untuk dapat tunjangan ini itu..

Berbagai tunjangan itu adalah HAK, karena mereka juga bayar pajak
dan berbagai iuruan... 

Kriminalitas dikalangan migran Tionghoa juga ada sih, seperti
triade.

Dan mereka juga suka berbunuhan... 

Tapi yang jadi korban triade itu biasanya hanya kalangan
Tionghoa saja... 

Ini berbeda dengan migran Islam yang rajin bikin huru hara.

Yang membunuh Theo van Gogh di negeri Belanda adalah migran
Islam dari Maroko. 

Yang mengancam orang yang mau mementaskan teater Aisyah di
Rotterdam adalah migran Islam juga. 

Dan migran  Islam itu serig MENYALAH GUNAKAN jaminan sosial di
berbagai negara Eropa...



On 8 Nov 2005, at 22:48, Harry Adinegara wrote:

 Tergeletik oleh berita2 tentang ulah para imigran, etnis minoritas  dinegara2 
 Barat, negara Barat sebagai host dari imigran2 ini rupanya sekarang jadi 
 kalang kabut menghadapi pendatang2 ini.
  
 Sudah 2 minggu lamanya terjadi rioting di banyak kota di Paris. Bahkan 
 sekarang mulai merembet keluar perbatasan Perancis, ke Belgia dan terachir ke 
 Jerman.
  
 Rioting di terjemahkan oleh yang melakukan huru hara ini ,sebagai 
 pengejawantahan perasaan yang mereka terjemahkan sebagai pelepasan amarah  
 atas tindakan diskriminatip terhadap pendatang, baik oleh pemerintah maupun 
 oleh penduduk asli host country itu sendiri . Banyak pengangguran dan 
akibatnya tingkat kejahatan naik di kalangan pendatang2 ini. 
  
 Terlepas dari soal diskriminasi ataupun tindakan tidak adil lterhadap mereka 
 (etnis pendatang minoritas) ini, aku tertarik akan etnis Tionghoa, yang 
 tersebar diseluruh dunia. Etnis Tionghoa, disegala penjuru dunia akan anda 
 temui kemana anda pun pergi.
 Etnis Tionghoa sebagai diaspora ras Tionghoa ini rupanya tidak bertingkah 
 laku seperti etnis minoritas lain yang berdiam di negara2 Barat, contohnya 
 ulah etnis tertentu misalnya  di negara Perancis.
  
 Bahkan dalam era kelam era Orba, dimana suku Tionghoa mengalami diskriminasi 
 yang berat, tapi bagaimana sikap mereka? Mereka dalam pasivitasnya terus 
 bekerja keras. Walaupun mereka mendapat hambatan mengekspresikan 
 kebudayaannya, tapi  mereka tetap menjunjung tinggi2 nilai kebudayaan 
Tionghoanya. Etnis Tionghoa tetap kerja dan belajar keras dalam sikon dan 
himpitan kesukaran. Alhasil mereka tetap bisa memelihara jenjang tingkat 
kehidupan yang relatip tinggi ketimbang etnis lain. Ini bukan suatu ungkapan 
chauvinistis atau rasa keunggulan rasial tapi ini adalah kenyataan yang 
tidak bisa dibantah.
  
 Apakah ini karena kebudayaan orang Tionghoa yang telah ribuan tahun lamanya 
 dan filsafat hidup Confusianisme?  Confusianisme yang menggembleng watak 
 orang Tionghoa agar menjaga dan selalu berusaha memperbaiki nasib nya dan 
 keluarganya dalam segala macam kehimpitan sekalipun. Bila memperhatikan 
situasi keadaan etnis Tionghoa terutama di era Orba, sekalipun ada diskriminasi 
berat mereka tidak berbuat anarchis. Malahan jalan yang mereka tempuh sesuai 
dengan dasar filsafat Confusius mereka berusaha keluar dari himpitan ini dengan 
jalan kerja keras belajar keras dan berkiprah memajukan 
nilai2 kehidupannya.
  
 Bagaimana di luar negara Indonesia? Bukan rahasia lagi bahwa juga diaspora 
 etnis Tionghoa ini dimanapun mereka bernaung, mereka menjadi teladan, teladan 
 sebagai manusia yang sukses baik materiil /maupun  intelektualitasnya. Bukan 
 sebagai rahasia lagi otak2 cemerlang di negara2 Barat dipegang 
oleh orang2 Tionghoa.
 Bahkan dalam acara pop macam The Brainiest Kid yang diselenggarakan oleh 
 Channel 10 di Australia . Yang keluar sebagai juara pertama adalah gadis 
 cilik mungil seorang etnis Tionghoa, mengalahkan saingan2nya dari pelbagai 
 etnis disini. Etik untuk maju dan menjadi andalan ortu dan keluarganya 
mendarah daging bagi orang Tionghoa.
 Orang Tionghoa tidak neko neko dalam memperjoangkan nasibnya, apalagi 
 mengambil jalan anarchistis  dalam memperjoangkan nasibnya sebagai minoritas, 
 sebagai diaspora, mereka kerja keras dan belajar keras. Mereka tidak menuntut 
 ini itu walaupun secara sosial, hukum dan politis mereka 
dikesampingkan. 
  
 Mereka menjalani kehidupannya di luar negara asalnya , mereka sebagai etnis 
 diaspora cukup  dirangkum dengan kata kata : inilah etnis yang perlu ditiru 
 caranya membawakan diri, membawakan diri sebagai tamu (imigran) di negara 
 orang lain. Kerja keras, belajar keras dan menghormati  hukum host 
country dan menjunjung tinggi nama baik keluarganya adalah ciri chas imigran 
Tionghoa. 
  
 Harry Adinegara.
 
 
   
 -
 Do you