MEMBUKTIKAN TUHAN DENGAN LOGIKA Baik, Jeng Hutaru yang cantik, saya akan membuktikan TUHAN itu ada dengan logika: 1. Manusia zaman sekarang ini adalah manusia yang mahasuper kecerdasannya. Kelihatannya tidak ada hal yang tidak bisa manusia buat untuk zaman sekarang ini. Mudah-mudahan fakta ini bisa anda terima dengan baik. Namun demikian manusia masih belum bisa MENIADAKAN TUHAN, sebagaimana yang ciri-cirinya tersebutkan dalam Alkitab. Seperti: Penciptaan, Penguasa kehidupan dan kematian, dan lain-lainnya. Jadi, selama manusia belum bisa menggugurkan dalil-dalil KETUHANAN sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Suci, maka selama itu pula TUHAN masih ada. 2. Kalau anda sekarang ini berkata: “Saya pintar”, maka sesungguhnya anda adalah dalam kebodohan yang teramat dalam. Saya umpamakan otak kita itu sebagai “Tas.” Jika “Tas” anda sekarang ini berisi penuh dengan berbagai macam “barang” ilmu pengetahuan, itu semua adalah barang-barang titipan. Bukan “barang” milik anda sendiri. Sebab ketika lahir anda tidak membawa sebuah pengetahuanpun. Jika ada yang boleh disebut sebagai milik anda, itu hanyalah “Tas”-nya saja, sedangkan isinya mana boleh anda klaim sebagai milik anda?! Coba seandainya umur anda cuma dijatah sehari setelah dilahirkan lalu mati, apakah anda bisa mempunyai pengetahuan?! Karena itu, jika umur mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan anda, maka pengetahuan anda itu adalah miliknya WAKTU. Coba seandainya anda dilahirkan sebagai anak idiot, maka sekalipun anda sekarang ini berumur 20 tahun, “Tas” anda masih tetap kosong. Anda masih tetap bego seperti ketika anda dilahirkan. Sebab idiot; anti pengetahuan. Coba seandainya anda dilahirkan sebagai adik-adik saya, yang orangtuanya miskin, pasti anda sekarang bukanlah seorang sarjana. Untung anda anaknya Liem Sioe Liong, sehingga anda bisa berkesempatan kuliah di langit. Atau, sekalipun anda anaknya Liem Sioe Liong yang mampu menyekolahkan anda kemana saja, tapi jika anda dilahirkan dengan tabiat pemalas[malas belajar], apa ya mungkin anda menjadi orang pinter? Kalau kepintaran itu bukan milik anda, lalu milik siapa? Orangtua? Guru? Sekolah? Lingkungan? Orangtua dan Guru nggak mungkin menjadi pemiliknya. Sebab mereka semua saat sekarang ini sedang saya perlakukan sebagai “anda.” Jadi, “anda” ini adalah seluruh manusia, baik itu Darwin, Einstein, Liem Sioe Liong, mbak Hutaru, saya, bahkan hingga Adam. Nah, bagaimana kita bisa meniadakan TUHAN dengan pengetahuan yang tidak kita miliki? Karena itu Sosok TUHAN itu masih ada, sebelum kita mempunyai pengetahuan sendiri. Ulah anda meniadakan TUHAN sama seperti anak kecil yang berusaha menyingkirkan sebuah truk yang mogok di tengah jalan. Konyol sekali. Bukan anda yang meniadakan TUHAN, melainkan TUHAN-lah yang meniadakan anda. 3. Apa yang anda sebut pengetahuan dan apa saja yang menjadi product dari pengetahuan itu, sesungguhnya tidak ada sebuah atau sepotongpun yang berasal dari anda. Saya ambil contoh: “Kancing baju” anda yang terbuat dari bahan plastik. Sekalipun bahan utamanya plastik saja, tapi itu melibatkan unsur-unsur yang lainnya yang ada di muka bumi ini, seperti: besi, karet, air, minyak, api, dan lain sebagainya. Pabrik kancing baju ini melibatkan manusia, otak, tenaga, mesin-mesin yang terbuat dari besi, mobil untuk transportasi, bensin, warung nasi, toko kelontong, sabun, odol, sikat gigi, petani, pejabat untuk perijinan dan pajak, ayam, kambing, babi, sapi, jeruk, tomat, wortel, sambel pecel Blitar, …….. apa lagi, ya? Saya sampai pusing sendiri untuk menyebutkannya. Dan kesemuanya itu tidak ada satupun yang merupakan milik kita. Tidak ada satu unsurpun yang kita bawa ketika kita lahir. Melainkan semuanya sudah tersedia begitu saja. Dunia ini lebih pintar melayani kita dari pada si Inem pelayan seksi. Sebelum kita mengerti kegunaan sesuatu, dan sebelum kita membutuhkan sesuatu, sesuatu itu sudah tersedia dalam jumlah yang cukup. Bisa anda bayangkan jika di dunia ini tidak ada karet saja. Maka bisa dipastikan tidak akan ada pula mesin-mesin apapun. Sebab mesin-mesin itu membutuhkan sekali packing karet untuk mengatasi kebocoran. Kalau tidak ada kaca? Macam apa pula pesawat terbang atau mobil jika nggak pakai kaca? Dunia ini merupakan sumber dari kehidupan dan hidup kita. Namun demikian kita yang pintar ini malah berbuat jahat terhadap dunia. Susu yang dibalas dengan air tuba. Tangan kita telah membinasakan dunia ini, melalui perusakan lingkungan. Ini menyatakan sesungguhnya kita ini adalah sedungu-dungunya makhluk yang berakal. Akal kita menjadi tidak ada gunanya sama sekali. Nah, dengan akal yang tidak ada gunanya sama sekali ini, bagaimana kita ini hendak menganalisa tentang TUHAN? Sama seperti dengan uang Rp. 1.000,- hendak membeli sebuah mobil. Konyol sekali ‘kan?! Jadi, bukan TUHAN-nya yang tidak ada, tetapi akal kitalah yang tidak mumpuni untuk melihat keberadaanNYA. Karena itu logisnya; TUHAN itu ada. Seharusnya di zaman akal pikiran yang sudah secanggih sekarang ini, kita semakin bisa melihat keberadaan TUHAN dengan semakin jelas dan semakin nyata. Justru semakin kita pintar seharusnya kita semakin kesulitan meniadakan bayangan TUHAN dari kehidupan sehari-hari kita. Tapi jika ini gagal juga, itu tandanya kita ini sebenarnya sedang terbenam dalam kebodohan yang teramat dalam. Zaman kita nggak ada bedanya dengan zaman Adam dan Hawa, 6000 tahun yang lalu. Dimana letak kebodohan kita? Alkitab menerangkan kalau kita tidak mau menggunakan ROH KUDUS, maka kita takkan bisa melihat ALLAH. Disinilah letak kebodohan kita. Jika sebuah literatur kedokteran menerangkan bahwa untuk bisa melihat virus itu harus dengan mikroskop, tapi kita tidak menurutinya, maka siapakah yang bodoh? Orang Islam menggantikan mikroskop dengan kacamata. Karena itu orang Islam gagal melihat virus. ROH KUDUS diganti dengan Jibril, maka YESUS-pun nggak kelihatan TUHAN-nya. Salah siapa?!