SEKELUMIT GUNDAH DI PEREMPATAN
PRAMUKA
"Yah rese deh.. kena lampu merah lagi..!!!"
Benar juga. Belum dua menit yang lalu kena lampu merah, kini aku lagi2 harus
menginjak rem motor dalam2 untuk menyambut si bohlam bulat merah di depanku.
Desah kesal bercampul "gerundel" kecil menghiasi telingaku saat ini. Apalagi
saat kulihat beberapa motor dengan enaknya melanjutkan perjalanan, mentang2
tak ada polisi yang berjaga di sana. Maju.. nggak ah.. maju.. ah nggak jadi
ah.. ah maju aah.. eh kendaraan dari sisi kanan sudah melaju.. Telat !!! Aih..
masa mesti melabas lampu merah lagi, hehee...
Sambil melihat2 ulah anak2 kecil penjaj
suara menunggu receh diulurkan dari para pengendara 2buah mobil di depanku,
pandanganku tertumbuk pada sesosok bapak yang menjajakan sebuah gambar
berukuran sedang dan sebuah hiasan meja. Oh!! Gambar berfigura yang
diapit tangan kanan itu ternyata gambar Yesus, dan hiasan meja yang
digenggam oleh tangan kiri adalah salib. Ah.. biasa saja. Mau jual apapun, itu
hak siapa saja. Aku tak ambil pusing.
Rasa kagetku muncul saat melihat hiasan
kepala yang digunakan si bapak penjaja itu.. Dia memakai peci haji !! Lho
koq.. gimana sih.. apa maksudnya? Ahah.. si bapak kini mendekati aku..
Kesempatan berburu informasi nih!
Kubuka helm yang sedari tadi melindungi
kepalaku dengan setia, dan memegangnya dengan tangan kiri. Tangan kananku kini
sibuk menggaruk2 kepalaku yang sebenarnya tidak begitu gatal. Aku penasaran
betul, ingin berbicara barang sedikit dengan bapak itu.
"Malam Pak.. wah malam2 gini masih jualan
juga Pak? Belum pulang?" tanyaku sambil tak lupa mengulum senyum manis...
*taelaa*
"Oh, hehe.. belum.." jawab si bapak tak
kalah ramah. Usianya belum terlalu tua,
walau tak bisa dibilang muda juga. "Biasanya bapak pulang jam 11-an". Kulongok
jam tanganku, oh.. sekarang baru jam 10 malam.
"Dagangannya laku berpa Pak hari ini?" aku
kembali bertanya, sambil melihat2 figura bergambar Yesus dan hiasan salib
keramik yang dibawanya. Si bapak menjawab sambil mengangkat sedikit salib
keramik itu, "Yah.. yang salib sih laku 1 biji, yang gambar ini.. belum laku
mas. Mas mau beli?"
Aku tersenyum getir.. walau tetap berusaha
tampil manis, "Hehe.. saya, saya muslim Pak. Maaf yah.."
"Oh.. mas muslim thoo.. Waduh saya yang
minta maaf nih.." hihi si bapak jadi salah tingkah begitu.
"Nggak apa2 Pak. Ohya Pak.. mm.. maaf nih
sebelumnya. Bapak.. pakai peci haji tuh.. bapak, muslim juga kah? Maaf
sebelumnya lho Pak.."
"Oh, mas perhatian juga rupanya. MM.. iya,
saya muslim"
Heh?? Bener dugaanku. Wah.. ada yang nggak
bener negh..
"Bapak muslim? Lalu, mm.. kenapa bapak
jualan beginian?", tanyaku dengan hati2.
"Yah sebenarnya bapak juga ndak suka, mas.
Makanya bapak tetap pakai peci haji"
"Lho kalo ndak suka, kenapa tetap jualan
Pak?"
"Yah.. mas pasti tau lah.. biasa mas..
urusan perut!" jawab si bapak
I knew it !!! Kulihat raut wajahnya kini
agak "mendem". Waduh jadi nggak enak nih..
"Terus Pak.. tadi bapak bilang, hari ini
baru laku 1 biji, yang salib itu tuh. Trus berapa untungnya? Apa cukup
keuntungan 1 dagangan itu untuk kebutuhan sehari, Pak?"
Si bapak bergeser, pindah posisi ke bagian
depan motorku. Ia memandangi hiasan salib keramik itu beberapa detik.. "Mm..
sebenarnya, laku nggak laku, nggak jadi soal mas"
"Nggak jadi soal bagaimana Pak?
"Yah.. setiap hari, asal saya mau menjajakan
ini, laku nggak laku, saya dikasih 25ribu rupiah per hari. Kalau dagangannya
habis, saya dikasih lagi. Begitu terus mas.."
DEZIIGHH Aku benar2 kaget sekarang.
Masya Allah.. Astaghfirullah.. aku kini terdiam.
"Yah.. gimana ya mas.. kalo ada yang bisa
kasih pekerjaan yang baik, yang layak, saya udah pasti ndak mau jalanin ini,
mas. Tapi bagaimana lagi.. mau dikasih makan apa anak istri saya mas.. Saya
tahu ini nggak halal, saya juga tahu ini uang nggak baek, karena bisa jadi,
saya ngegadein agama saya, mas. Tapi.. ya itulah mas.. kalo nggak begini, kami
sekeluarga makan apa..??"
Aku masih terdiam. Aku sampai tak sadar
bahwa mesin motorku mati, kalau saja bapak itu tidak
mengingatkan.
"Tapi mas boleh percaya, saya tetap muslim
mas, gusti Allah tetap Tuhan saya. Kalau ada kerjaan yang lebih baik dan
hasilnya cukup untuk keluarga, saya pasti nggak jualan beginian mas.. percaya
mas.."
"Iya Pak. Mm.. apa bapak belum pernah coba
jualan yang lainnya, gitu?"
"Iya, pernah.. jualan koran, makanan kecil
dan rokok, tapi hasilnya nggak cukup mas, boro2 sisa, buat makan aja kurang,
lebih2 bayar biaya sekolah anak2.. jauh lah sama yang sekarang ini,
mas.."
TIINN !! TIIN !! Pengemudi mobil di belakang
sudah membunyikan klakson dan menyalakan lampu dim-nya. Kulihat ke depan,
ternyata lampu merah sudah padam, berganti hijau, entah sejak kapan, sampai
kendaraan di belakangku ngomel2.
"Oke Pak..