[R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)
Padang Ekspres Online : *Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1) Kayu Manang, Pilar Kemenangan By padangekspres, Senin, 22-Maret-2004, 03:45:18 WIB Jangan lupakan sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya, demikian juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk mengetahui seluk beluk nagari di daerah ini. Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama nagari yang berada di lingkungan Alam Minangkabau. Salah satu daerah kecil di Kabupaten Solok, Kecamatan Pantai Cermin, tepatnya Nagari Sago terdapat suatu cerita yang terangkum dalam bentuk mitos, tentang asal usul Kayu Manang yang diambil menjadi nama nagari Kayu Manang yang ada di daerah tersebut. Dahulu kala di masa alam di daerah tersebut masih dihuni manusia yang mempunyai kekuatan supranatural, terdapatlah tiga orang, yang menjadi penguasa di Kayu Manang, sebagai pemimpin di sana tersebutlah seorang perempuan bernama Mande Rubiah yang mempunyai dua anak laki-laki, yang sulung bernama Bujang Juaro sedangkan bungsu diberi nama Bujang Juandang. Pada awalnya, hubungan persaudaraan antara kedua kedua putra raja ini rukun dan damai saja, namun karena suatu hal keinginan untuk mendapatkan daerah yang luas dalam wilayah kerajaan ibunya telah menjadikan mereka menjadi bertempur. Kejadian ini bermula, pada suatu hari kedua pangeran ini dipanggil Mande Rubiah untuk membahas pembagian wilayah kekuasaan kepada keduanya, yang telah menginjak remaja. Dengan didampingi beberapa orang penasehat kerajaan Mande Rubiah membuka sidang keluarga dengan anak-anaknya. Hadirin yang datang, baiaklah awak bukak se rapek ko, ambo sabagai rajo di tampek ko, alah mulai gaek, supayo anak ambo yang alah gadang ko, dapek batanggung jawek bisuak, mangkonyo paralu di agiah tampek kuaso daerah yang ka di pimpiannyo beko, duo tampek yang alah ambo rancanaan, katanya kepada hadirin yang datang saat itu, beberapa orang penghulu di wilayah kerajaannya, semua Dubalang yang setia mengikutinya. Dalam lanjutannya, disebutkan dua daerah yang akan dikuasakan tersebut, merupakan tempat yang sama strategisnya, tersebut nama yang sekarang dikenal yaitu Koto Tinggi dan Kayu Manang. Putranya yang sulung, Bujang Juaro dikuasakan untuk memimpin daerah Koto Tinggi, sedang si bungsu dikuasakan untuk memimpin daerah Kayu Manang. Kedua daerah ini saling berdampingan, yang tersebut pertama terletak pada dataran tinggi atau perbukitan sedangkan daerah yang kedua atau Kayu Manang terletak pada dataran rendah di lembah. Setelah rapat kedua pangeran ini, keluar dari balairung kerajaan dengan hati lega, karena bisa menjadi raja yang dipercaya memimpin suatu daerah dengan rakyatnya. Pada awalnya, kepemimpinan kedua raja muda ini berkuasa dengan adil dan memihak rakyat, kedua wilayah kekuasaannya sangat makmur dengan rakyat yang sejahtera, ditambah lagi dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Namun, karena saling bersaing untuk membuktikan yang terbaik, kedua raja muda ini mulai lupa dengan hubungan persaudaraannya, Bujang Juaro yang memimpin daerah Kayu Manang tidak puas dengan wilayah kecil yang dipimpinnya. Maka Ia mulai mengambil alih wilayah perbatasan, hal ini pun dilakukan raja Bujang Juandang, karena merasa tidak puas dengan kecilnya wilayah yang ia pimpin. Sekian lama mengobarkan perang dingin, kedua raja ini mulai berfikir untuk saling mengalahkan karena merasa tidak mungkin untuk berdamai lagi, karena menganggap harga dirinya dilecehkan. Hal ini di laporkan penasehat kerajaan, yang biasa di panggil, Datuak Rumbio, kepada Raja Mande Rubiah, Maaf Mande, ambo manggaduah, alah lamo antaro Bujang Juandang jo Bujang Juaro, batangka masalah bateh kuasonya, apo indak sabaiknyo di damaiaan, katanya. Sebagai seorang pemimpin tertinggi, raja Mande Rubiah telah mendengar keributan antara kedua orang anaknya ini, namun sebagai seorang raja yang bijaksana, Ia tidak mau langsung ikut campur, karena ingin mengetahui bagaimana kedua orang anaknya ini dapat mengatasi persoalan diantara mereka, sebagai seorang calon pemimpin ke depan. Karena tidak kunjung ada pemecahan, kedua orang raja yang bersaudara ini mengadakan uji tanding kekuatan karena tidak ingin rakyatnya yang berperang, sebelum bertemput mereka membuat suatu kesepakatan, bagi siapa yang kalah dalam pertempuran ini, maka seluruh isi dan kekayaan alamnya akan di bawa ke daerah yang menang. Pada harinya, kedua raja ini bertemulah di suatu padang yang luas untuk mengadu kekuatan, tempat ini memang berada tepat di perbatasan antara wilayah kekuasaan kedua raja tadi. Siang berganti malam, selama berhari-hari kedua raja ini terus melakukan pertempuran saling ingin mengalahkan dengan gigihnya, karena memang dari kecil keduanya telah sama di asah dengan berbagai ilmu dan keahlian yang mumpuni, pertempuran sengit ini, hampir tak bisa di lihat oleh mata orang awam, hanya tanda yang terlihat, desau angin menderu, pohon-pohon di
Re: [R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)
Yth. Dunsanak Nofendri T.Lare, Assalamualaikum wr.wb. Kalau buliah ambo manyalo saketek dalam Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1) ,karano ambo tamasuak nan suko mambaco sejarah ,tamasuak sejarah Minangkabau. Pada bulan Januari nan lalu , ambo jo beberapa kawan yang tergabung dalam komunitas Pessel Group melakukan Safari Pendidikan menyusuri nagari-nagari disepanjang Kab. Pessel mulai dari Tarusan sampai ke Lunang Silauik.. Pada waktu di Lunang Silauik kami diajak oleh Wali Nagari Lusi untuk ziarah ke makam Mande Rubiah yang cukup luas dan memang dipelihara oleh Pemda Pessel sebagai salah satu obyek peninggalan sejarah. Dikiri kanan makam mande Rubiah terdapat makam yang disebutnya Dang Tuanku. Diluar makam inti terdapat lagi beberapa makam yang cukup teratur. Tidak jauh dari situ terdapat pula makam Cindue Mato. Sebuah Rumah yang cukup Gadang - Original Message - From: Nofendri T. Lare [EMAIL PROTECTED] To: KaRaNTau [EMAIL PROTECTED]; KaSuRau [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED]@RoL@ [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 24, 2004 12:22 PM Subject: [EMAIL PROTECTED] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1) Padang Ekspres Online : *Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1) Kayu Manang, Pilar Kemenangan By padangekspres, Senin, 22-Maret-2004, 03:45:18 WIB Jangan lupakan sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya, demikian juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk mengetahui seluk beluk nagari di daerah ini. Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama nagari yang berada di lingkungan Alam Minangkabau. Salah satu daerah kecil di Kabupaten Solok, Kecamatan Pantai Cermin, tepatnya Nagari Sago terdapat suatu cerita yang terangkum dalam bentuk mitos, tentang asal usul Kayu Manang yang diambil menjadi nama nagari Kayu Manang yang ada di daerah tersebut. Dahulu kala di masa alam di daerah tersebut masih dihuni manusia yang mempunyai kekuatan supranatural, terdapatlah tiga orang, yang menjadi penguasa di Kayu Manang, sebagai pemimpin di sana tersebutlah seorang perempuan bernama Mande Rubiah yang mempunyai dua anak laki-laki, yang sulung bernama Bujang Juaro sedangkan bungsu diberi nama Bujang Juandang. Pada awalnya, hubungan persaudaraan antara kedua kedua putra raja ini rukun dan damai saja, namun karena suatu hal keinginan untuk mendapatkan daerah yang luas dalam wilayah kerajaan ibunya telah menjadikan mereka menjadi bertempur. Kejadian ini bermula, pada suatu hari kedua pangeran ini dipanggil Mande Rubiah untuk membahas pembagian wilayah kekuasaan kepada keduanya, yang telah menginjak remaja. Dengan didampingi beberapa orang penasehat kerajaan Mande Rubiah membuka sidang keluarga dengan anak-anaknya. Hadirin yang datang, baiaklah awak bukak se rapek ko, ambo sabagai rajo di tampek ko, alah mulai gaek, supayo anak ambo yang alah gadang ko, dapek batanggung jawek bisuak, mangkonyo paralu di agiah tampek kuaso daerah yang ka di pimpiannyo beko, duo tampek yang alah ambo rancanaan, katanya kepada hadirin yang datang saat itu, beberapa orang penghulu di wilayah kerajaannya, semua Dubalang yang setia mengikutinya. Dalam lanjutannya, disebutkan dua daerah yang akan dikuasakan tersebut, merupakan tempat yang sama strategisnya, tersebut nama yang sekarang dikenal yaitu Koto Tinggi dan Kayu Manang. Putranya yang sulung, Bujang Juaro dikuasakan untuk memimpin daerah Koto Tinggi, sedang si bungsu dikuasakan untuk memimpin daerah Kayu Manang. Kedua daerah ini saling berdampingan, yang tersebut pertama terletak pada dataran tinggi atau perbukitan sedangkan daerah yang kedua atau Kayu Manang terletak pada dataran rendah di lembah. Setelah rapat kedua pangeran ini, keluar dari balairung kerajaan dengan hati lega, karena bisa menjadi raja yang dipercaya memimpin suatu daerah dengan rakyatnya. Pada awalnya, kepemimpinan kedua raja muda ini berkuasa dengan adil dan memihak rakyat, kedua wilayah kekuasaannya sangat makmur dengan rakyat yang sejahtera, ditambah lagi dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Namun, karena saling bersaing untuk membuktikan yang terbaik, kedua raja muda ini mulai lupa dengan hubungan persaudaraannya, Bujang Juaro yang memimpin daerah Kayu Manang tidak puas dengan wilayah kecil yang dipimpinnya. Maka Ia mulai mengambil alih wilayah perbatasan, hal ini pun dilakukan raja Bujang Juandang, karena merasa tidak puas dengan kecilnya wilayah yang ia pimpin. Sekian lama mengobarkan perang dingin, kedua raja ini mulai berfikir untuk saling mengalahkan karena merasa tidak mungkin untuk berdamai lagi, karena menganggap harga dirinya dilecehkan. Hal ini di laporkan penasehat kerajaan, yang biasa di panggil, Datuak Rumbio, kepada Raja Mande Rubiah, Maaf Mande, ambo manggaduah, alah lamo antaro Bujang Juandang jo Bujang Juaro, batangka masalah bateh kuasonya, apo indak