[R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Padang Ekspres Online : *Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)
Kayu Manang, Pilar Kemenangan
By padangekspres, Senin, 22-Maret-2004, 03:45:18 WIB

Jangan lupakan sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya,
demikian juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk mengetahui
seluk beluk nagari di daerah ini.
Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada
penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama nagari
yang berada di lingkungan Alam Minangkabau.

Salah satu daerah kecil di Kabupaten Solok, Kecamatan Pantai Cermin,
tepatnya Nagari Sago terdapat suatu cerita yang terangkum dalam bentuk
mitos, tentang asal usul Kayu Manang yang diambil menjadi nama nagari Kayu
Manang yang ada di daerah tersebut.

Dahulu kala di masa alam di daerah tersebut masih dihuni manusia yang
mempunyai kekuatan supranatural, terdapatlah tiga orang, yang menjadi
penguasa di Kayu Manang, sebagai pemimpin di sana tersebutlah seorang
perempuan bernama Mande Rubiah yang mempunyai dua anak laki-laki, yang
sulung bernama Bujang Juaro sedangkan bungsu diberi nama Bujang Juandang.

Pada awalnya, hubungan persaudaraan antara kedua kedua putra raja ini rukun
dan damai saja, namun karena suatu hal keinginan untuk mendapatkan daerah
yang luas dalam wilayah kerajaan ibunya telah menjadikan mereka menjadi
bertempur. Kejadian ini bermula, pada suatu hari kedua pangeran ini
dipanggil Mande Rubiah untuk membahas pembagian wilayah kekuasaan kepada
keduanya, yang telah menginjak remaja.

Dengan didampingi beberapa orang penasehat kerajaan Mande Rubiah membuka
sidang keluarga dengan anak-anaknya. Hadirin yang datang, baiaklah awak
bukak se rapek ko, ambo sabagai rajo di tampek ko, alah mulai gaek, supayo
anak ambo yang alah gadang ko, dapek batanggung jawek bisuak, mangkonyo
paralu di agiah tampek kuaso daerah yang ka di pimpiannyo beko, duo tampek
yang alah ambo rancanaan, katanya kepada hadirin yang datang saat itu,
beberapa orang penghulu di wilayah kerajaannya, semua Dubalang yang setia
mengikutinya.

Dalam lanjutannya, disebutkan dua daerah yang akan dikuasakan tersebut,
merupakan tempat yang sama strategisnya, tersebut nama yang sekarang dikenal
yaitu Koto Tinggi dan Kayu Manang.

Putranya yang sulung, Bujang Juaro dikuasakan untuk memimpin daerah Koto
Tinggi, sedang si bungsu dikuasakan untuk memimpin daerah Kayu Manang. Kedua
daerah ini saling berdampingan, yang tersebut pertama terletak pada dataran
tinggi atau perbukitan sedangkan daerah yang kedua atau Kayu Manang terletak
pada dataran rendah di lembah.

Setelah rapat kedua pangeran ini, keluar dari balairung kerajaan dengan hati
lega, karena bisa menjadi raja yang dipercaya memimpin suatu daerah dengan
rakyatnya.

Pada awalnya, kepemimpinan kedua raja muda ini berkuasa dengan adil dan
memihak rakyat, kedua wilayah kekuasaannya sangat makmur dengan rakyat yang
sejahtera, ditambah lagi dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah.

Namun, karena saling bersaing untuk membuktikan yang terbaik, kedua raja
muda ini mulai lupa dengan hubungan persaudaraannya, Bujang Juaro yang
memimpin daerah Kayu Manang tidak puas dengan wilayah kecil yang
dipimpinnya. Maka Ia mulai mengambil alih wilayah perbatasan, hal ini pun
dilakukan raja Bujang Juandang, karena merasa tidak puas dengan kecilnya
wilayah yang ia pimpin.

Sekian lama mengobarkan perang dingin, kedua raja ini mulai berfikir untuk
saling mengalahkan karena merasa tidak mungkin untuk berdamai lagi, karena
menganggap harga dirinya dilecehkan.

Hal ini di laporkan penasehat kerajaan, yang biasa di panggil, Datuak
Rumbio, kepada Raja Mande Rubiah,  Maaf Mande, ambo manggaduah, alah lamo
antaro Bujang Juandang jo Bujang Juaro, batangka masalah bateh kuasonya, apo
indak sabaiknyo di damaiaan, katanya.

Sebagai seorang pemimpin tertinggi, raja Mande Rubiah telah mendengar
keributan antara kedua orang anaknya ini, namun sebagai seorang raja yang
bijaksana, Ia tidak mau langsung ikut campur, karena ingin mengetahui
bagaimana kedua orang anaknya ini dapat mengatasi persoalan diantara mereka,
sebagai seorang calon pemimpin ke depan.

Karena tidak kunjung ada pemecahan, kedua orang raja yang bersaudara ini
mengadakan uji tanding kekuatan karena tidak ingin rakyatnya yang berperang,
sebelum bertemput mereka membuat suatu kesepakatan, bagi siapa yang kalah
dalam pertempuran ini, maka seluruh isi dan kekayaan alamnya akan di bawa ke
daerah yang menang.

Pada harinya, kedua raja ini bertemulah di suatu padang yang luas untuk
mengadu kekuatan, tempat ini memang berada tepat di perbatasan antara
wilayah kekuasaan kedua raja tadi.

Siang berganti malam, selama berhari-hari kedua raja ini terus melakukan
pertempuran saling ingin mengalahkan dengan gigihnya, karena memang dari
kecil keduanya telah sama di asah dengan berbagai ilmu dan keahlian yang
mumpuni, pertempuran sengit ini, hampir tak bisa di lihat oleh mata orang
awam, hanya tanda yang terlihat, desau angin menderu, pohon-pohon di

Re: [R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)

2004-03-24 Terurut Topik Asmardi Arbi
Yth. Dunsanak Nofendri T.Lare,

Assalamualaikum wr.wb.

Kalau buliah ambo manyalo saketek dalam Menelusuri Sejarah Negeri di
Minangkabau (1) ,karano ambo tamasuak nan suko mambaco sejarah ,tamasuak
sejarah Minangkabau.

Pada bulan Januari nan lalu , ambo jo beberapa kawan yang tergabung dalam
komunitas Pessel Group melakukan Safari Pendidikan menyusuri nagari-nagari
disepanjang Kab. Pessel mulai dari Tarusan sampai ke Lunang Silauik..
Pada waktu di Lunang Silauik kami diajak oleh Wali Nagari Lusi untuk ziarah
ke makam Mande Rubiah yang cukup luas dan memang dipelihara oleh Pemda
Pessel sebagai salah satu obyek peninggalan sejarah. Dikiri kanan makam
mande Rubiah terdapat makam yang disebutnya Dang Tuanku.   Diluar makam inti
terdapat lagi beberapa makam yang cukup teratur. Tidak jauh dari situ
terdapat pula makam Cindue Mato. Sebuah Rumah yang cukup Gadang




- Original Message -
From: Nofendri T. Lare [EMAIL PROTECTED]
To: KaRaNTau [EMAIL PROTECTED]; KaSuRau [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]@RoL@ [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, March 24, 2004 12:22 PM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)


 Padang Ekspres Online : *Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)
 Kayu Manang, Pilar Kemenangan
 By padangekspres, Senin, 22-Maret-2004, 03:45:18 WIB

 Jangan lupakan sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya,
 demikian juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk
mengetahui
 seluk beluk nagari di daerah ini.
 Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada
 penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama
nagari
 yang berada di lingkungan Alam Minangkabau.

 Salah satu daerah kecil di Kabupaten Solok, Kecamatan Pantai Cermin,
 tepatnya Nagari Sago terdapat suatu cerita yang terangkum dalam bentuk
 mitos, tentang asal usul Kayu Manang yang diambil menjadi nama nagari Kayu
 Manang yang ada di daerah tersebut.

 Dahulu kala di masa alam di daerah tersebut masih dihuni manusia yang
 mempunyai kekuatan supranatural, terdapatlah tiga orang, yang menjadi
 penguasa di Kayu Manang, sebagai pemimpin di sana tersebutlah seorang
 perempuan bernama Mande Rubiah yang mempunyai dua anak laki-laki, yang
 sulung bernama Bujang Juaro sedangkan bungsu diberi nama Bujang Juandang.

 Pada awalnya, hubungan persaudaraan antara kedua kedua putra raja ini
rukun
 dan damai saja, namun karena suatu hal keinginan untuk mendapatkan daerah
 yang luas dalam wilayah kerajaan ibunya telah menjadikan mereka menjadi
 bertempur. Kejadian ini bermula, pada suatu hari kedua pangeran ini
 dipanggil Mande Rubiah untuk membahas pembagian wilayah kekuasaan kepada
 keduanya, yang telah menginjak remaja.

 Dengan didampingi beberapa orang penasehat kerajaan Mande Rubiah membuka
 sidang keluarga dengan anak-anaknya. Hadirin yang datang, baiaklah awak
 bukak se rapek ko, ambo sabagai rajo di tampek ko, alah mulai gaek, supayo
 anak ambo yang alah gadang ko, dapek batanggung jawek bisuak, mangkonyo
 paralu di agiah tampek kuaso daerah yang ka di pimpiannyo beko, duo tampek
 yang alah ambo rancanaan, katanya kepada hadirin yang datang saat itu,
 beberapa orang penghulu di wilayah kerajaannya, semua Dubalang yang setia
 mengikutinya.

 Dalam lanjutannya, disebutkan dua daerah yang akan dikuasakan tersebut,
 merupakan tempat yang sama strategisnya, tersebut nama yang sekarang
dikenal
 yaitu Koto Tinggi dan Kayu Manang.

 Putranya yang sulung, Bujang Juaro dikuasakan untuk memimpin daerah Koto
 Tinggi, sedang si bungsu dikuasakan untuk memimpin daerah Kayu Manang.
Kedua
 daerah ini saling berdampingan, yang tersebut pertama terletak pada
dataran
 tinggi atau perbukitan sedangkan daerah yang kedua atau Kayu Manang
terletak
 pada dataran rendah di lembah.

 Setelah rapat kedua pangeran ini, keluar dari balairung kerajaan dengan
hati
 lega, karena bisa menjadi raja yang dipercaya memimpin suatu daerah dengan
 rakyatnya.

 Pada awalnya, kepemimpinan kedua raja muda ini berkuasa dengan adil dan
 memihak rakyat, kedua wilayah kekuasaannya sangat makmur dengan rakyat
yang
 sejahtera, ditambah lagi dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah.

 Namun, karena saling bersaing untuk membuktikan yang terbaik, kedua raja
 muda ini mulai lupa dengan hubungan persaudaraannya, Bujang Juaro yang
 memimpin daerah Kayu Manang tidak puas dengan wilayah kecil yang
 dipimpinnya. Maka Ia mulai mengambil alih wilayah perbatasan, hal ini pun
 dilakukan raja Bujang Juandang, karena merasa tidak puas dengan kecilnya
 wilayah yang ia pimpin.

 Sekian lama mengobarkan perang dingin, kedua raja ini mulai berfikir untuk
 saling mengalahkan karena merasa tidak mungkin untuk berdamai lagi, karena
 menganggap harga dirinya dilecehkan.

 Hal ini di laporkan penasehat kerajaan, yang biasa di panggil, Datuak
 Rumbio, kepada Raja Mande Rubiah,  Maaf Mande, ambo manggaduah, alah lamo
 antaro Bujang Juandang jo Bujang Juaro, batangka masalah bateh kuasonya,
apo
 indak