Luar biasa...........
andaikata masyarakat
kita punya pola pikir seperti itu pasti kita sudah maju duluan dari
Jepang (he he ) dimana fungsi lebih diutamakan daripada status. Kita
masyarakat pemuja status merendahkan fungsi. Gent. Metri Politianingrum
<[EMAIL PROTECTED]>
wrote: Pembeli Istimewa
Pada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur
sekarang, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah
dan bergengsi untuk membeli manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang
hijau dan berisi selai). Bukan main terkejutnya si pelayan melihat
pelanggan yang begitu jauh sederhana di tokonya yang mewah dan bergengsi
itu. Karena itu dengan terburu-buru ia membungkus manju itu. Tapi belum
lagi ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si
pemilik toko berseru, "Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya". Seraya
berkata begitu, diserahkannya bungkusan itu kepada si
pengemis.
Si pengemis memberikan pembayarannya. Sembari
menerima pembayaran dari tangan si pengemis, ia membungkuk hormat dan
berkata, "Terima kasih atas kunjungan anda".
Setelah si pengemis berlalu, si pelayan
bertanya pada si pemilik toko, "Mengapa harus anda sendiri yang
menyerahkan kue itu? Anda sendiri belum pernah melakukan hal itu pada
pelanggan mana pun. Selama ini saya dan kasirlah yang melayani
pembeli".
Si pemilik toko itu berkata, "Saya mengerti
mengapa kau heran. Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas
kedatangan pelanggan istimewa tadi. Aku ingin langsung menyatakan terima
kasih. Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa, namun kali
ini lain." "Mengapa lain," tanya pelayan. "Hampir semua dari pelanggan
kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah
merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan manju
kita sehingga mungkin ia sudah berkorban demi mendapatkan manju itu.
Saya tahu, manju itu sangat panting baginya. Karena itu saya memutuskan
ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah mengapa aku
melayaninya", demikian penjelasan sang pemilik toko.
Konosuke Matsushita, pemilik perusahaan
Matsushita Electric yang terkemuka itu, menutup cerita tadi dengan
renungan bahwa setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang
sama. Nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise
pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan.
Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita
dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya.
Sumber: Dikutip dari "Konosuke Matsushita,
Food For Thought", dari buku Etos Bisnis dan Etika
Manajemen.
-----------
Matsushita
Fankha ( Rang Bonjol Kumpulan
)