[R@ntau-Net] managerialship

2004-03-19 Thread Dewis Natra

Dear Doens,

Serial managerialship di www.cimbuak.com alah sampai seri 5a yakni membuat
keputusan dan serial merintis karir seri 2. mudah mudahan bermanfaat untuak
dunsanak.

Salam
Is, 34
www.cimbuak.com #kampuang nan jauah dimato dakek dijari#


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Managerialship seri 4

2004-03-14 Thread Dewis Natra

Dear Doens,
Sampai kini serial managerialship di www.cimbuak.com alah sampai seri 4 plus
suplemen tanyo jawab. Untuak serial 4 marupokan matrik M x E.
Untuak labiah langkopnyo silahkan di klik dibawahko :

http://www.cimbuak.com/articles.php?lng=in&pg=432

Mudah2 an ado manfaatnyo bagi dunsanak.

Salam
Is. 34
www.cimbuak.com # Kampuang Jauah Dimato Dakek Dijari #


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Managerialship [3] : bener vs pener

2004-03-05 Thread Dewis Natra
Hariko alah sampai ka managerialship seri 3, silahkan cigok tulisan di
www.cimbuak.com
Tulisan akan di posting berseri dan bia ndak mambosankan.
langkoknyo silahkan caliak di
http://www.cimbuak.com/articles.php?lng=in&pg=411
Insya Allah ada tulisan berseri lainnya tentang "merintis karir, citra diri
dan Intuisi.

Salam
Is


Managerialship [3] : bener vs pener

Oleh : S. Brotosumarto
Diposting di Mailing List UGM (Disadur oleh : Dewis Natra)



Minggu lalu telah kita bicarakan ketidak pastian yang dihadapi E. Tidak
jelas harga pasar, laba berapa, jual dimana, siapa yang beli, dll. Serba
grambyangan. Berkebalikan dengan M yang serba memastikan yang nggrambyang2
tadi menjadi terukur, yang berujung pada keteraturan, stabilitas, dan
kesinambungan.

Pada saat kita berada dijajaran manajemen papan bawah yang penting adalah do
things right, mengerjakan dengan se-baik2nya. Pada saat posisi makin tinggi,
kita dituntut untuk do right things, mengerjakan hal yang tepat. Dalam
bahasa Jawa yang pertama disebut bener, yang kedua disebut pener. Apa
bedanya ? Temu bertugas untuk menjual kompor sesuai target Gemblong. Temu
sebagai M harus mengerjakan dengan benar, sesuai prosedur, sesuai jadwal,
sesuai harga, dll. Tetapi, apakah menjual kompor disitu sudah tepat ? Bukan
jual VCD ? Keputusan menjual apa, menjadi tindakan yang tepat / keliru.

Dijajaran bawah, sikap yang dituntut adalah melaksanakan dengan se-baik2nya.
Terkadang karena tugas2 kegampangen kita jadi asal2an, aras2en, dan sak
jadinya. Bukan karena tidak mampu, malahan sering karena overqualified.
Sebelum kita melakukan tindakan2 yang tepat, yang bermakna strategis, kita
dituntut untuk memiliki sikap mengerjakan dengan baik & benar. Kesalahan2
elementer yang banyak dilakukan peniti karir muda adalah menyepelekan,
menggampangkan, dan tak sepenuh hati melaksanakan.

Lagi2 ini menjelaskan mengapa kawan2 yang keliatannya biasa2 saja bisa
merayap lebih cepet. Karena ia well done, ia tuntas, selalu mengerjakan
dengan se-baik2nya. Jika anda mengerjakan asal2an dan beruntung naik
ketingkat yang lebih tinggi maka anda anak2 buah anda akan ikut2an bekerja
asal2an, jadinya tidak well done dan akirnya ambyar. Organisasi2 yang
sederhana, semacam kantor pos, DHL, Tiki, dan sejenisnya sangat membutuhkan
mengerjakan dengan baik & benar. Pada organisasi2 yang komplex dan besar,
sifat mengerjakan se-baik2nya lebih dihargai ketika anda berada pada jajaran
yang belum tinggi.

Saya pernah mengalami itu, masa cuma disuruh ngitungin pipe fitting yang
jumlahnya ribuan. Emangnye gue klerk ? Sambil misôh2 saya kerjakan
se-baik2nya. Akibatnya ketika saya punya anak buah, saya punya wibawa karena
bisa 'memaksa' staf2 saya bekerja dengan se-baik2nya. Akibatnya tugas2 saya,
yang notabene kerja staff2, selalu well done. Jika sudah begitu, we can do
right things lebih gampang. Jika input uwôh (sampah), maka outputnyapun
uwôh. Jika hasil kerja staff asal2an, yang kita hasilkan juga uwôh.

Siapapun yang ingin menyesatkan diri kemanajemen lebih atas, sebaiknya
'berinvestasi' dengan mengerjakan tugas se-baik2nya, apapun itu. Ketika kita
terpelanting keatas, kita tinggal memetik buah masa lalu. Batu sandungan
yang sering diderita peniti karir adalah di L. Salah satu sumber kewibawaan
untuk memimpin adalah memberi contoh (bagaimana mengerjakan yang
se-baik2nya). Jika kerja saja asal2an, bagaimana mau kasi conto ?

Ketika kita sudah merayap keatas, kita berhadapan dengan do right things.
Dan anda sulit sampai kesitu jika mengerjakan dengan se-baik2nya saja tidak
becus. Jika kita  keatas maka faktor kecerdasan, kreativitas, dll, menjadi
penting. Atau, jam terbang yang tinggi plus sikap kerja yang positip.

Syahdan, karena Temu bekerja dengan baik & benar serta Gemblong telah
melakukan tindakan yang tepat, kompornya laris dan dalam setahun sudah
mapan. Temu mulai punya anak buah karena jualannya tambah banyak. Dari one
man show, menjadi organisasi sederhana.

Organisasi Gemblong, sudah bukan lagi organisasi entrepreneural. Ini sudah
menjadi organisasi managerial. Sebab, entrepreneural by definition hanya
sebatas initiating atau merintis. Penggalangan suday yang semula dilakukan E
sudah diambil alih M.


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Managerialship (2) Kepastian vs Ketidak pastian

2004-02-26 Thread Dewis Natra



FYR, kami dari www.cimubak.com menampilkan artikel serial 
managerialship, bagi dunsanak yg berminat silahkan klik, saat ini serial kedua 
"kepastian dan ketidak pastian" 
http://www.cimbuak.com/articles.php?lng=in&pg=402
Salam
Is, 34
www.cimbuak.com #kampuang nan 
jauah dimato dakek di jari#
 
 
Managerialship (2) Kepastian vs Ketidak 
pastianOleh : S. BrotosumartoDiposting di Mailing List UGM 
(Disadur oleh Dewis Natra)
Agar tidak menghabiskan pulsa, seterusnya Leader(ship) saya 
tulis L, Entrepreneur(ship) E dan Manajer/managerialship dengan 
M Kemarin kita telah simpulkan dan inventariskan sifat2 dasar M 
:1. Mampu memimimpin2. Pintar dalam arti memiliki ability yang 
dibutuhkan.  Kesamaan M & E : ke-dua2nya dalam posisi memimpin. 
 Beda M & E1.  E merintis, M 
meneruskan & menyelesaikan.2.  E memikul 
resiko, M tidak.3.  E memanfatkan, 
mengexploitasi, menggalang, dll suday. M melaksanakan. 
4.  M mencari gaji, kedudukan, fasilitas, dll. 
E mencari laba. Umumya E tidak begitu ambil pusing dengan pangkat & 
kedudukan. Sesuatu yang penting bagi M.  


Saya yaqin, kebanyakan dari anggauta milis bisa mengatasi persyaratan 
kedua : Pintar, walau mungkin tidak mudah. Yang sering gagal adalah dalam 
hal kepemimpinan. Seorang yang mungkin sukses ketika bekerja sendirian atau 
dengan sedikit orang, tiba2 kedodoran ketika harus memimpin ratusan orang. Atau, 
dia menerapkan gaya kepemimpinan yang keliru. Ada organisasi yang harusnya 
dipimpin dengan cara otoriter, mbalah dipimpin dengan gaya demokratis. 
Kacau.  Kepemimpinan adalah 'seni' yang sulit sekali diteorikan. Tidak 
berarti tidak bisa dipelajari. Bisa. Kita harus nyontek kanan kiri, trial & 
eror, serta berinteraksi sebanyak mungkin dengan kepemimpinan. Dari pada 
awur2an, tidak ada salahnya kita mempelajari L. Sementara, kita tangguhkan dulu 
bab kepemimpinan. Kita masih menginventarisasi sikap2 & sifat2 lain yang 
diperlukan seorang M.  Untuk lebih memahami peran M, sekaligus E, 
simaklah kasus sbb.  Gemblong kulak (membeli) kompor2 dari produsen 
dan untuk menjualnya diemperan Malioboro demi mengejar laba. Gemblong berhasil 
membujuk produsen untuk membayar belakangan. Ia mendapatkan pinjaman modal dari 
pakdenya. Ia berhasil pula mendapatkan kapling dari preman Malioboro untuk 
menjajakan dagangannya. Karena malam hari Gemblong jualan Gudeg, ia merekrut 
Temu untuk melaksanakan penjualan.  Gemblong sedang melakukan 
tindakan2 enterpreneural. Ia memanfaatkan pakdenya, ia 
memanfaatkan produsen, ia nego dengan preman, ia memanfaatkan Temu yang 
nganggur. Ia menghimpun suday2 dan memulai. Ia 
menghadapi resiko, ketidak pastian dan ketidak jelasan dengan 
imbalan laba. Dengan informasi yang se-penggal2, kabur, dan 
serba meragukan ia melakukan 'entrepreneural judgment'. Sementara, kita 
tinggalkan dulu entrepreneural judgment, senjata pamungkas E, agar kita focus ke 
Managerialship.  Sebaliknya, Temu melakukan tindakan2 manajerial. 
Ia mendapatkan kepastian. Penghasilanya pasti, tugas2nya pasti, 
tempat kerja, target, dll serba pasti. Ia melakukan fungsi2 manajemen seperti 
memastikan kualitas kompor, memastikan terjual sesuai dengan harga & jumlah 
yang ditetapkan, memastikan pelayanan purna jual. Memastikan administrasi, 
memastikan tagihan & cicilan utang, pengiriman, dll, dll. Serba 
memastikan. Dampaknya, adalah keteraturan & 
kesinambungan.   Pada organisasi2 yang besar & 
komplex, makin tinggi posisi M, makin besar ketidak pastian yang dihadapi M. 
Situasinya mendekati E.  Kesimpulan : E senantiasa berhadapan 
dengan resiko & ketidak pastian demi laba. M sebaliknya, 
melakukan tindakan2 memastikan demi kepastian gaji. E merintis, 
M membuat berjalan berkesinambungan dan teratur.  M diruntut untuk 
memastikan, teratur dan berkesinambungan. Dan ini melahirkan definisi sederhana 
manajemen. Manajemen adalah mengelola suday yang disediakan dan dirintis E. 
Melalui perencanaan, pengendalian, implementasi, dan eksekusi. Makanya ada yang 
memberi titiel Eksekutip pada jajaran manajemen.  Ini menjelaskan 
misteri mengapa seseorang yang diatas kertas biasa2 saja bisa merayap ketangga 
atas M. Karena ia memiliki sifat2 atau menyukai kepastian, keteraturan, dan 
kesinambungan. Ia bak bebek kecemplung kolam, pas. Dalam konotasi negatip, itu 
tadi adalah rutinitas yang membosankan. Pengulangan2 yang menjemukan. Monotoni 
yang njelèhi.  Seseorang bisa saja tersungkur dimanajemen bukan 
karena ia kurang mampu atau malas tetapi ia tidak tahan dengan monotoni 
rutinitas. Adrenalinnya padam, kreativitasnya terpasung, motivasinya jadi 
memble, dll. Akibatnya ia mengerjakan yang bukan2 dan menelantarkan tugas 
pokoknya. Ujung2nya gajinya macet karena prestasinya buruk. Jangan tergesa2 
menyalahkan diri. Tetapi, juga jangan serampangan menggunakan ini sebagai dalih 
untuk membenarkan kemacetan karirnya. Mawas dirilah dengan saksama. 
 Bagaimana jika seseorang terjebak dalam situasi ini ? Baca lagi 
artikel Ngudi Karir. Disitu banyak sekali bertabur