[Rantau-Net] Akses Internet Tanpa Bayar Pulsa

2000-07-17 Thread Sjamsir Sjarif

Dari SUARA PEMBARUAN DAILY kita baca:

Akses Internet Tanpa Bayar Pulsa

Oleh Wartawan ''Pembaruan''

BUDIMAN

Berapa rupiah Anda bayar pulsa telepon untuk akses internet tiap
bulannya? Sudah pasti, sangat tergantung pada lamanya pemakaian.
Namun yang jelas, kalau Anda gemar menjelajahi dunia maya, paling
tidak pulsa lokal yang harus Anda bayar sekitar Rp 500 ribu.

Biaya sebesar itu belum termasuk untuk membayar langganan bulanan
ke ISP (internet service provider), kalau memang Anda menggunakan
jasa ISP. Kini, PT Telkom pun sudah menyediakan akses langsung
internet tanpa harus melalui ISP. Dengan catatan, biaya pulsanya Rp
150 per menit.

Terkadang Anda pun dibuat kesal lantaran lambannya mengakses
internet. Pada jam-jam sibuk kantor misalnya, kecepatan untuk
mengakses internet seolah air melaju pada sebuah bottle neck,
tersendat-sendat.

Bahkan, terkadang ketika kita sedang asyik-asyiknya men-down-load
informasi, tiba-tiba terputus saluran teleponnya. Maklum, kondisi
infrastruktur jaringan Telkom memang tak cukup lebar untuk
menampung lalu-lintas yang begitu padat.

Tingkat kecepatan akses dan harga, menurut hukum ekonomi,
biasanya berbanding lurus. Artinya, siapa ingin cepat mengakses
internet, maka bayarlah dengan harga berlebih.

Namun teori ini tidak berlaku bagi mereka yang tergabung dalam
jaringan komputer tanpa kabel.

Mungkin Anda tak percaya, kalau kini kita sebenarnya bisa mengakses
internet tanpa harus membayar pulsa telepon sepeser pun. Dijamin,
cara ini ditanggung halal. Lalu, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

Pakailah jaringan komunikasi tanpa kabel. Jangan salah sangka dulu.
Fasilitas WAP (wireless aplication protocol) memang mulai
diperkenalkan di Indonesia.

Namun kalau itu yang menjadi pilihan Anda, maka bukannya hemat,
tapi malah boros. Sebab, selain diharuskan membayar pulsa yang
dipakai selama mengakses internet melalui telepon seluler (ponsel),
Anda juga diwajibkan membayar biaya airtime.

Gelombang Radio

Lalu bagaimana caranya? Jawabnya, gunakan jaringan komputer
berbasis gelombang radio. Menurut pakar internet dari Institut
Teknologi Bandung (ITB) Dr Ir Onno W Poerbo, jaringan ini relatif
lebih murah. Teknologinya pun tergolong sederhana dan bisa dibuat
sendiri oleh orang Indonesia.

Bisa dimaklumi kalau ke depan, jaringan ini bisa berkembang secara
cepat. Sebab, selain murah, akses internet melalui gelombang radio
juga cocok untuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan
telpon milik PT Telkom.

Pengguna tinggal melengkapi fasilitas seperti layaknya pengakses
internet lainnya. Minimal Anda punya seperangkat personal computer
(PC), modem, dan radio handy talky (HT).

Piranti lunak (software) berupa NOS (network operating system)
pun telah tersedia di PAU Mikroelektronika ITB agar dapat
menghubungkan diri dengan internet atau kelompok-kelompok
jaringan komputer lainnya bertaraf internasional. Hal itu bisa
terjadi karena media radio menggantikan fungsi telepon.

Pendek-panjangnya daya jangkau radio ini tergantung dari jenis radio
yang dipakai. Jika pengguna memakai radio rig SSB, maka ia bisa
menjangkau hingga pada radius 3.000 km.

Artinya, masyarakat di pedalaman Irian Jaya misalnya, tetap saja
bisa mengakses internet dengan menggunakan gateway terdekat.

Jika jaringan tersebut hanya digunakan untuk memenuhi jarak hingga
15 km, maka radio yang bisa digunakan adalah handy transceiver.
Atau bila komunikasi jaringan ingin ditambah jangkauannya, antara
20 hingga 100 km, maka gunakan radio rig VHF yang bisa dibeli di
beberapa toko elektronik.

Bersifat Nonstatis

Salah satu persoalan jika menggunakan gelombang radio, menurut
Kepala Puslitbang Pengetahuan Ionosfer Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan) SL Manurung, terletak pada frekuensi
gelombang elektromagnetik yang bersifat nonstatis. Artinya,
besarnya frekuensi tersebut sangat tergantung pada lapisan ionosfer
(berketinggian antara 80 sampai 1.000 km).

Berdasarkan penelitian bersama antara Lapan, National Central
University of Taiwan, Sri International USA, RASC Kyoto University,
dan Defence Science and Technology Organization Australia,
menunjukkan bahwa komunikasi dengan menggunakan gelombang
radio antara Manado-Sumedang memiliki frekuensi yang tidak sama
secara periodik.

Begitu pula komunikasi radio antara Jakarta-Banda Aceh. Pada pagi
hari misalnya, memiliki frekuensi yang lebih rendah ketimbang siang
hari. Begitu pula pada malam harinya, tidaklah sama.

Dengan demikian, jika memang nantinya akses internet berbasis pada
media radio dikembangkan, maka Lapan perlu dilibatkan dalam
memilih frekuensi yang sesuai. Lapan, kata Manurung, telah memiliki
interval frekuensi di beberapa daerah di Indonesia.

Lalu siapa yang menyediakan gateway-nya? Di sinilah kuncinya.
Melihat kondisi yang ada, sudah selayaknya kalau pemerintah segera
menindaklanjuti apa yang telah dibuat ITB. Peran Deparsenibud,
Kantor Menristek, Lapan, dan universitas diharapkan bisa saling
bekerja sama.

Deparsenibud misalnya, bertanggung jawab d

RE: [Rantau-Net] Akses Internet Tanpa Bayar Pulsa

2000-07-20 Thread Abrar YUSUF

Rang Lapau Yth,

Ini artikel menarik dibaca, rasonyo dulu alah pernah lo ambo baco.  Masalahnya kini 
"bilo tasadionyo di pasaran barang murah ko".

Ada yang bisa beri harapan eh jawaban?

Tarimo kasih.

Abrar.

>Date: Mon, 17 Jul 2000 08:03:30 -0700 (PDT)
>To: Rang Lapau <[EMAIL PROTECTED]>, Biaro <[EMAIL PROTECTED]>
>From: Sjamsir Sjarif <[EMAIL PROTECTED]>
>Cc: Dick Tito <[EMAIL PROTECTED]>, Sjoufjan Awal <[EMAIL PROTECTED]>
>Subject: [Rantau-Net] Akses Internet Tanpa Bayar Pulsa
>Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
>
>Dari SUARA PEMBARUAN DAILY kita baca:
>
>Akses Internet Tanpa Bayar Pulsa
>
>Oleh Wartawan ''Pembaruan''
>
>BUDIMAN
>
>Berapa rupiah Anda bayar pulsa telepon untuk akses internet tiap
>bulannya? Sudah pasti, sangat tergantung pada lamanya pemakaian.
>Namun yang jelas, kalau Anda gemar menjelajahi dunia maya, paling
>tidak pulsa lokal yang harus Anda bayar sekitar Rp 500 ribu.
>
>Biaya sebesar itu belum termasuk untuk membayar langganan bulanan
>ke ISP (internet service provider), kalau memang Anda menggunakan
>jasa ISP. Kini, PT Telkom pun sudah menyediakan akses langsung
>internet tanpa harus melalui ISP. Dengan catatan, biaya pulsanya Rp
>150 per menit.
>
>Terkadang Anda pun dibuat kesal lantaran lambannya mengakses
>internet. Pada jam-jam sibuk kantor misalnya, kecepatan untuk
>mengakses internet seolah air melaju pada sebuah bottle neck,
>tersendat-sendat.
>
>Bahkan, terkadang ketika kita sedang asyik-asyiknya men-down-load
>informasi, tiba-tiba terputus saluran teleponnya. Maklum, kondisi
>infrastruktur jaringan Telkom memang tak cukup lebar untuk
>menampung lalu-lintas yang begitu padat.
>
>Tingkat kecepatan akses dan harga, menurut hukum ekonomi,
>biasanya berbanding lurus. Artinya, siapa ingin cepat mengakses
>internet, maka bayarlah dengan harga berlebih.
>
>Namun teori ini tidak berlaku bagi mereka yang tergabung dalam
>jaringan komputer tanpa kabel.
>
>Mungkin Anda tak percaya, kalau kini kita sebenarnya bisa mengakses
>internet tanpa harus membayar pulsa telepon sepeser pun. Dijamin,
>cara ini ditanggung halal. Lalu, bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
>
>Pakailah jaringan komunikasi tanpa kabel. Jangan salah sangka dulu.
>Fasilitas WAP (wireless aplication protocol) memang mulai
>diperkenalkan di Indonesia.
>
>Namun kalau itu yang menjadi pilihan Anda, maka bukannya hemat,
>tapi malah boros. Sebab, selain diharuskan membayar pulsa yang
>dipakai selama mengakses internet melalui telepon seluler (ponsel),
>Anda juga diwajibkan membayar biaya airtime.
>
>Gelombang Radio
>
>Lalu bagaimana caranya? Jawabnya, gunakan jaringan komputer
>berbasis gelombang radio. Menurut pakar internet dari Institut
>Teknologi Bandung (ITB) Dr Ir Onno W Poerbo, jaringan ini relatif
>lebih murah. Teknologinya pun tergolong sederhana dan bisa dibuat
>sendiri oleh orang Indonesia.
>
>Bisa dimaklumi kalau ke depan, jaringan ini bisa berkembang secara
>cepat. Sebab, selain murah, akses internet melalui gelombang radio
>juga cocok untuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan
>telpon milik PT Telkom.
>
>Pengguna tinggal melengkapi fasilitas seperti layaknya pengakses
>internet lainnya. Minimal Anda punya seperangkat personal computer
>(PC), modem, dan radio handy talky (HT).
>
>Piranti lunak (software) berupa NOS (network operating system)
>pun telah tersedia di PAU Mikroelektronika ITB agar dapat
>menghubungkan diri dengan internet atau kelompok-kelompok
>jaringan komputer lainnya bertaraf internasional. Hal itu bisa
>terjadi karena media radio menggantikan fungsi telepon.
>
>Pendek-panjangnya daya jangkau radio ini tergantung dari jenis radio
>yang dipakai. Jika pengguna memakai radio rig SSB, maka ia bisa
>menjangkau hingga pada radius 3.000 km.
>
>Artinya, masyarakat di pedalaman Irian Jaya misalnya, tetap saja
>bisa mengakses internet dengan menggunakan gateway terdekat.
>
>Jika jaringan tersebut hanya digunakan untuk memenuhi jarak hingga
>15 km, maka radio yang bisa digunakan adalah handy transceiver.
>Atau bila komunikasi jaringan ingin ditambah jangkauannya, antara
>20 hingga 100 km, maka gunakan radio rig VHF yang bisa dibeli di
>beberapa toko elektronik.
>
>Bersifat Nonstatis
>
>Salah satu persoalan jika menggunakan gelombang radio, menurut
>Kepala Puslitbang Pengetahuan Ionosfer Lembaga Penerbangan dan
>Antariksa Nasional (Lapan) SL Manurung, terletak pada frekuensi
>gelombang elektromagnetik yang bersifat nonstatis. Artinya,
>besarnya frekuensi tersebut sangat tergantung pada lapisan ionosfer
>(berketinggian antara 80 sampai 1.000 km).
>
>Berdasarkan penelitian bersama antara Lapan, National Central
>University of Taiwan,