tanah leluhur, namun lalok-nyo di-NOVOTEL nggak duo
malam, duo malam pulo di Femina Hotel duo malam pulo di Nan Tongga Beach
Hotel, lah tu baliak ka-rantau, cuti habis, kerjaan udah nunggu atau
bagi yang penggalas jangan kelamaan diranah Minang, entar pelanggan pada
kabur
Minangkabau memang ranjau rancak jauah, indak talok ba-lamo2 disitu doh,
mati ekonomi awak bikoh, namun Minangkabau ini bisa ramai kembali bila
negeri ini menjadi bisnis senter atau kelak diketemukan SDA yang
mengundang investor untuk menggarap-nya, ibarat bila ada gula pasti akan
didatangi semut, kalau enggak, gimana lah lalat pun tak hinggap, jadi nggak
salah kalau urang tuo2 saisuak menasihatkan kita Karatau madang dihulu,
babuah babungo balun, marantau buyuang dahulu, kumpuakan kepeang nan
ba-timbun .. maka lengang lah kampuang, sepi lah rumah
gadang apalagi udah pada merantau cina semua-nya, puluhan tahun nggak
men-cigap2 kampuang
abp
Minang Perantauan alias Minankiau
-Original Message-
From: Z Chaniago [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, September 19, 2003 9:51 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [RantauNet.Com] Rumah Gadang tidak Berpenghuni Nagari-Nagari
kian 'Kesepian'
http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2003091902241543
Rumah Gadang tidak Berpenghuni Nagari-Nagari kian 'Kesepian'
SUASANA lengang menghantui nagari-nagari (desa) di setiap pelosok Sumatra
Barat (Sumbar) kini. Kesepian itu semakin terasa, begitu melihat banyak
rumah gadang yang tak berpenghuni, sebagian sawah dan ladang tak digarap
Mayoritas kampung hanya dipenuhi orang-orang tua yang berambut putih serta
anak-anak kecil. Bertanyalah kepada penduduk di sana, mengapa sunyi? Mereka
akan menjawab, sebagian besar warga pergi merantau.
cut
Merantau memang punya filosofi dalam adat Minangkabau sebagai: Karatau
madang di hulu, babuah babungo balun. Marantau bujang dahulu, di rumah
baguno balun, (pohon karatau dan madang di hulu, berbuah belum berbunga.
Merantaulah bujang dahulu, di rumah belum berguna).
Sekarang orang merantau karena melarikan diri, mencari hidup. Mereka
merantau ke China, bukan untuk mencari pengalaman, katanya. Sebagian besar
kaum perantau itu, menurut dia, tidak ada yang akan kembali ke kampungnya.
Saya memprediksikan, satu atau dua generasi lagi, nagari-nagari itu tidak
akan lagi berpenghuni, kata mantan Pembantu Gubernur Wilayah III Sumbar
tersebut.
Gerakan pulang basamo yang rata-rata digelar selepas lebaran, menurut
Hawari, tak lebih dari kegiatan hura-hura. Kalaupun ada kontribusi, hanya
untuk pembangunan fisik. Sedangkan kampung makin sepi. Tanah banyak yang
tak produktif, pemudanya lari dari kampung, katanya.
Akan tetapi, menurut dia, masyarakat tak bisa disalahkan dalam kondisi ini.
Mereka melihat tak ada janji apa-apa dari daerah ini, katanya. Hawari
menilai pemerintah daerah (pemda) tidak punya program untuk membangkitkan
kegiatan usaha di kampung. Mestinya, ada berbagai kemudahan untuk membantu
modal usaha, katanya
Z Chaniago - Palai Rinuak -http://photos.yahoo.com/bada_masiak/
~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php