(Urgent) Bedah buku Dr. Widya di Sumbar Expo... Re: Bls: [R@ntau-Net] Nilai Islam di Minangkabau .
Pak Saaf, bung Anggun, Uni Evy, sanak sapalanta RN n.a.h, sabalun ambo manjalehan soal rencana bedah buku Dr. Widya Fitri di Sumbar Expo, ambo sampaikan dulu bahwa panitia SE melalui kanda Aslim St. Sati sudah mengalokasikan waktu pada 16 November 2013, ba'da Ashar sampai jelang Magrib untuk rilis (launching) antologi cerpen "Ranah", yang sebagian besar cerpen merupakan kontribusi anggota RN (ada juga yang bukan/belum anggota RN, tapi berdarah Minang). Tapi setelah ambo mandanga ado buku Dr. Widya Fitri "Mau Kemana Minangkabau? Dialog antara Islam dan Adat di Minangkabau" yang berasal dari disertasi, ambo merasa buku ini bahkan lebih dari patut untuk dibantu publikasinya oleh semua 'stakeholder' Minang, karena selain merupakan penelitian yang relatif baru (kalau bukan terbaru), juga agar kita tak melulu mengutip "Sengketa Tiada Putus"-nya Jeffrey Hadler, seakan-akan tiada akademisi Minang yang mampu melakukan penelitian di tanah kelahirannya sendiri. :) Karena itu setelah semalam ambo berdiskusi dengan kanda Aslim St. Sati, ambo sampaikan bahwa mengingat ada dua buku ini, ambo pikir untuk antologi "Ranah" cukup dengan rilis simbolis yang hanya 5-10 menit, sedangkan untuk buku Dr. Widya Fitri di sebagian besar waktu yang sudah dialokasikan panitia. Alasan kedua ambo adolah antologi "Ranah" merupakan kumpulan karya fiksi, yang segmennya terbatas bagi penggemar fiksi, dibandingkan hasil riset Dr. Widya Fitri yang lebih perlu diketahui orang Minang dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi. Tentu saja ambo sangat bangga bahwa kawan-kawan Palanta RN yang tergabung dalam antologi "Ranah" berhasil keluar dari "zona nyaman" masing-masing dan mencoba mengeksplorasi daya imajinasi dan ketekunan menuangkan ide menjadi sebuah karya cerpen, namun kita pun tahu bahwa untuk menghasilkan sebuah buku dari hasil disertasi seperti karya Dr. Widya Fitri, energi, perhatian, pengorbanan yang diberikan pastilah jauh lebih besar lagi. Jadi ambo sebagai penggagas, penggerak dan penghubung dengan penerbit untuk antologi "Ranah"ini, insya Allah ikhlas untuk "sharing waktu" dengan buku Dr. Widya Fitri di atas, dengan proporsi seperti ambo sebutkan: sebagian besar waktu kita gunakan untuk mengupas, menelaah, dan mendiskusikan temuan-temuan baru dari riset doktoral Ibu Widya Fitri. Alhamdulillah, kanda Aslim St. Sati dalam jawabannya, secara prinsip menyerahkan kebijakan pengelolaan waktu kepada ambo. "Yang penting jadwal itu sudah kita lock (untuk buku)," ujarnya. Jadi Pak Saaf, dan bung Anggun dari Gre Publishing khususnya, usulan ambo adolah tolong disiapkan sebuah bentuk diskusi dan material promosi yang relevan, agar gaung hasil penelitian ini lebih didengar oleh urang Minang, terutama yang hadir di Sumbar Expo. Saat ini yang terbayang oleh ambo adolah dua alternatif ini: *ALTERNATIF 1* Diskusi dengan narasumber Dr. Widia Fitri. Pembahas Dr. Saafroeddin Bahar, dan pembanding Dr. Yasraf Amir Piliang (ITB) atau Dr. Sastri Sweeney (Pusat Bahasa). Atau bisa juga pembanding lain yang bisa diusahakan oleh bung Anggun/Gre yang dirasakan cocok untuk membedah karya ini. Moderator: bisa ambo (seperti usulan Pak Saaf) atau Uni Evy (seperti usulan ambo),. Alternatif 1 ini yang ambo rekomendasikan. *ALTERNATIF 2* Namun jika Dr. YAP/Dr. SS atau pakar hermeneutik lainnya sulit didapatkan Bung Anggun, alternatif kedua adalah tetap dengan Dr. Widia Fitri sebagai narasumber, Pak Saaf pembahas utama dan ambo sebagai pembanding. Moderator bisa Uni Evy. Kelemahan Alternatif 2 ini adolah karena kemampuan ambo tak sebanding dengan Dr. YAP/Dr. SS. Tapi mudah-mudahan tidak terlalu memalukan juga karena ada beberapa pengalaman kecil di mana beberapa diantaranya adalah: - Narasumber diskusi "60 Tahun Karl May di Indonesia" yang diselenggarakan Goethe Haus dengan para narasumber: Franz Magnis-Suseno (pembaca Karl May dalam bahasa ibu/Jerman), Goenawan Mohamad (pembaca KM era 50-an) dan ambo (pembaca KM era 80-an). http://nasional.kompas.com/read/2010/12/14/18240098/Kenalkan.Herr.Doktor. - Narasumber diskusi "Retrospeksi Kreatif NH Dini" yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki. http://www.dkj.or.id/news/sastra/bincang-tokoh-6-membedah-novel-novel-dan-proses-kreatif-nh-dini - Pemakalah dalam Temu Sastrawan Nasional di Tanjungpinang, Kepri. http://kepri.antaranews.com/berita/14541/wali-kota-harapkan-sastra-ikhwal-tanjungpinang Kalau Bung Anggun/Gre Publishing, bersedia memanfaatkan jadwal yang sudah "dilock" oleh kanda Aslim St. Sati ini tentu baik sekali. Tetapi tentu saja semua kembali kepada kesiapan Gre Publishing, termasuk untuk mendatangkan Dr. Widia Fitri yang merupakan narasumber utama ke gelanggang diskusi. Wass, ANB * * * Pada 11 Oktober 2013 00.13, Dr. Saafroedin Bahar < saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis: > Kok baitu, Bung Akmal sajolah sekalian. Kan takaik jo Buya Hamka ? > > Wassalam , > SB. > > Sent from my iPad > > On 10 Okt 2013, at 05.24, Evy Nizhamul wrote: > > Salam dinda A
Re: (Urgent) Bedah buku Dr. Widya di Sumbar Expo... Re: Bls: [R@ntau-Net] Nilai Islam di Minangkabau .
Ambo usul dinda ANB sebagai alternative ditambahkan Pak Taufik Ismail kito sebagai pembanding dari Budayawan awak. Maafkan ambo kalau kurang pas dek karano tergugah sekali melihat beliau membacan puisi di TV kapatang. Darwin Chalidi On Oct 11, 2013 11:40 PM, "Akmal Nasery Basral" wrote: > Pak Saaf, bung Anggun, Uni Evy, sanak sapalanta RN n.a.h, > sabalun ambo manjalehan soal rencana bedah buku Dr. Widya Fitri di Sumbar > Expo, ambo sampaikan dulu bahwa panitia SE melalui kanda Aslim St. Sati > sudah mengalokasikan waktu pada 16 November 2013, ba'da Ashar sampai jelang > Magrib untuk rilis (launching) antologi cerpen "Ranah", yang sebagian besar > cerpen merupakan kontribusi anggota RN (ada juga yang bukan/belum anggota > RN, tapi berdarah Minang). > > Tapi setelah ambo mandanga ado buku Dr. Widya Fitri "Mau Kemana > Minangkabau? Dialog antara Islam dan Adat di Minangkabau" yang berasal dari > disertasi, ambo merasa buku ini bahkan lebih dari patut untuk dibantu > publikasinya oleh semua 'stakeholder' Minang, karena selain merupakan > penelitian yang relatif baru (kalau bukan terbaru), juga agar kita tak > melulu mengutip "Sengketa Tiada Putus"-nya Jeffrey Hadler, seakan-akan > tiada akademisi Minang yang mampu melakukan penelitian di tanah > kelahirannya sendiri. :) > > Karena itu setelah semalam ambo berdiskusi dengan kanda Aslim St. Sati, > ambo sampaikan bahwa mengingat ada dua buku ini, ambo pikir untuk antologi > "Ranah" cukup dengan rilis simbolis yang hanya 5-10 menit, sedangkan untuk > buku Dr. Widya Fitri di sebagian besar waktu yang sudah dialokasikan > panitia. > > Alasan kedua ambo adolah antologi "Ranah" merupakan kumpulan karya fiksi, > yang segmennya terbatas bagi penggemar fiksi, dibandingkan hasil riset Dr. > Widya Fitri yang lebih perlu diketahui orang Minang dari berbagai latar > belakang pendidikan dan profesi. > > Tentu saja ambo sangat bangga bahwa kawan-kawan Palanta RN yang tergabung > dalam antologi "Ranah" berhasil keluar dari "zona nyaman" masing-masing dan > mencoba mengeksplorasi daya imajinasi dan ketekunan menuangkan ide menjadi > sebuah karya cerpen, namun kita pun tahu bahwa untuk menghasilkan sebuah > buku dari hasil disertasi seperti karya Dr. Widya Fitri, energi, perhatian, > pengorbanan yang diberikan pastilah jauh lebih besar lagi. > > Jadi ambo sebagai penggagas, penggerak dan penghubung dengan penerbit > untuk antologi "Ranah"ini, insya Allah ikhlas untuk "sharing waktu" dengan > buku Dr. Widya Fitri di atas, dengan proporsi seperti ambo sebutkan: > sebagian besar waktu kita gunakan untuk mengupas, menelaah, dan > mendiskusikan temuan-temuan baru dari riset doktoral Ibu Widya Fitri. > > Alhamdulillah, kanda Aslim St. Sati dalam jawabannya, secara prinsip > menyerahkan kebijakan pengelolaan waktu kepada ambo. "Yang penting jadwal > itu sudah kita lock (untuk buku)," ujarnya. > > Jadi Pak Saaf, dan bung Anggun dari Gre Publishing khususnya, usulan ambo > adolah tolong disiapkan sebuah bentuk diskusi dan material promosi yang > relevan, agar gaung hasil penelitian ini lebih didengar oleh urang Minang, > terutama yang hadir di Sumbar Expo. > > Saat ini yang terbayang oleh ambo adolah dua alternatif ini: > > *ALTERNATIF 1* > Diskusi dengan narasumber Dr. Widia Fitri. Pembahas Dr. Saafroeddin Bahar, > dan pembanding Dr. Yasraf Amir Piliang (ITB) atau Dr. Sastri Sweeney (Pusat > Bahasa). Atau bisa juga pembanding lain yang bisa diusahakan oleh bung > Anggun/Gre yang dirasakan cocok untuk membedah karya ini. > > Moderator: bisa ambo (seperti usulan Pak Saaf) atau Uni Evy (seperti > usulan ambo),. > > Alternatif 1 ini yang ambo rekomendasikan. > > *ALTERNATIF 2* > Namun jika Dr. YAP/Dr. SS atau pakar hermeneutik lainnya sulit didapatkan > Bung Anggun, alternatif kedua adalah tetap dengan Dr. Widia Fitri sebagai > narasumber, Pak Saaf pembahas utama dan ambo sebagai pembanding. Moderator > bisa Uni Evy. > > Kelemahan Alternatif 2 ini adolah karena kemampuan ambo tak sebanding > dengan Dr. YAP/Dr. SS. Tapi mudah-mudahan tidak terlalu memalukan juga > karena ada beberapa pengalaman kecil di mana beberapa diantaranya adalah: > > - Narasumber diskusi "60 Tahun Karl May di Indonesia" yang diselenggarakan > Goethe Haus dengan para narasumber: Franz Magnis-Suseno (pembaca Karl May > dalam bahasa ibu/Jerman), Goenawan Mohamad (pembaca KM era 50-an) dan ambo > (pembaca KM era 80-an). > http://nasional.kompas.com/read/2010/12/14/18240098/Kenalkan.Herr.Doktor. > > - Narasumber diskusi "Retrospeksi Kreatif NH Dini" yang diselenggarakan > Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki. > > http://www.dkj.or.id/news/sastra/bincang-tokoh-6-membedah-novel-novel-dan-proses-kreatif-nh-dini > > - Pemakalah dalam Temu Sastrawan Nasional di Tanjungpinang, Kepri. > > > http://kepri.antaranews.com/berita/14541/wali-kota-harapkan-sastra-ikhwal-tanjungpinang > > > Kalau Bung Anggun/Gre Publishing, bersedia memanfaatkan jadwal yang sudah > "dilock" oleh kanda Aslim St. Sati ini tentu baik sekali. Te
Re: (Urgent) Bedah buku Dr. Widya di Sumbar Expo... Re: Bls: [R@ntau-Net] Nilai Islam di Minangkabau .
Usul yang bagus, Mak Darwin. Kalau ambo lai satuju. Silakan diolah oleh bung Anggun (mungkin Pak Saaf nanti bisa kontak bung Anggun agar segera merespon diskusi ini, supaya panitia/kanda Aslim St. Sati bisa langsung melengkapi agenda kegiatan. Wass, ANB Pada 12 Oktober 2013 06.57, Darwin Chalidi menulis: > Ambo usul dinda ANB sebagai alternative ditambahkan Pak Taufik Ismail kito > sebagai pembanding dari Budayawan awak. > Maafkan ambo kalau kurang pas dek karano tergugah sekali melihat beliau > membacan puisi di TV kapatang. > > Darwin Chalidi > On Oct 11, 2013 11:40 PM, "Akmal Nasery Basral" > wrote: > >> Pak Saaf, bung Anggun, Uni Evy, sanak sapalanta RN n.a.h, >> sabalun ambo manjalehan soal rencana bedah buku Dr. Widya Fitri di Sumbar >> Expo, ambo sampaikan dulu bahwa panitia SE melalui kanda Aslim St. Sati >> sudah mengalokasikan waktu pada 16 November 2013, ba'da Ashar sampai jelang >> Magrib untuk rilis (launching) antologi cerpen "Ranah", yang sebagian besar >> cerpen merupakan kontribusi anggota RN (ada juga yang bukan/belum anggota >> RN, tapi berdarah Minang). >> >> Tapi setelah ambo mandanga ado buku Dr. Widya Fitri "Mau Kemana >> Minangkabau? Dialog antara Islam dan Adat di Minangkabau" yang berasal dari >> disertasi, ambo merasa buku ini bahkan lebih dari patut untuk dibantu >> publikasinya oleh semua 'stakeholder' Minang, karena selain merupakan >> penelitian yang relatif baru (kalau bukan terbaru), juga agar kita tak >> melulu mengutip "Sengketa Tiada Putus"-nya Jeffrey Hadler, seakan-akan >> tiada akademisi Minang yang mampu melakukan penelitian di tanah >> kelahirannya sendiri. :) >> >> Karena itu setelah semalam ambo berdiskusi dengan kanda Aslim St. Sati, >> ambo sampaikan bahwa mengingat ada dua buku ini, ambo pikir untuk antologi >> "Ranah" cukup dengan rilis simbolis yang hanya 5-10 menit, sedangkan untuk >> buku Dr. Widya Fitri di sebagian besar waktu yang sudah dialokasikan >> panitia. >> >> Alasan kedua ambo adolah antologi "Ranah" merupakan kumpulan karya fiksi, >> yang segmennya terbatas bagi penggemar fiksi, dibandingkan hasil riset Dr. >> Widya Fitri yang lebih perlu diketahui orang Minang dari berbagai latar >> belakang pendidikan dan profesi. >> >> Tentu saja ambo sangat bangga bahwa kawan-kawan Palanta RN yang tergabung >> dalam antologi "Ranah" berhasil keluar dari "zona nyaman" masing-masing dan >> mencoba mengeksplorasi daya imajinasi dan ketekunan menuangkan ide menjadi >> sebuah karya cerpen, namun kita pun tahu bahwa untuk menghasilkan sebuah >> buku dari hasil disertasi seperti karya Dr. Widya Fitri, energi, perhatian, >> pengorbanan yang diberikan pastilah jauh lebih besar lagi. >> >> Jadi ambo sebagai penggagas, penggerak dan penghubung dengan penerbit >> untuk antologi "Ranah"ini, insya Allah ikhlas untuk "sharing waktu" dengan >> buku Dr. Widya Fitri di atas, dengan proporsi seperti ambo sebutkan: >> sebagian besar waktu kita gunakan untuk mengupas, menelaah, dan >> mendiskusikan temuan-temuan baru dari riset doktoral Ibu Widya Fitri. >> >> Alhamdulillah, kanda Aslim St. Sati dalam jawabannya, secara prinsip >> menyerahkan kebijakan pengelolaan waktu kepada ambo. "Yang penting jadwal >> itu sudah kita lock (untuk buku)," ujarnya. >> >> Jadi Pak Saaf, dan bung Anggun dari Gre Publishing khususnya, usulan ambo >> adolah tolong disiapkan sebuah bentuk diskusi dan material promosi yang >> relevan, agar gaung hasil penelitian ini lebih didengar oleh urang Minang, >> terutama yang hadir di Sumbar Expo. >> >> Saat ini yang terbayang oleh ambo adolah dua alternatif ini: >> >> *ALTERNATIF 1* >> Diskusi dengan narasumber Dr. Widia Fitri. Pembahas Dr. Saafroeddin >> Bahar, dan pembanding Dr. Yasraf Amir Piliang (ITB) atau Dr. Sastri Sweeney >> (Pusat Bahasa). Atau bisa juga pembanding lain yang bisa diusahakan oleh >> bung Anggun/Gre yang dirasakan cocok untuk membedah karya ini. >> >> Moderator: bisa ambo (seperti usulan Pak Saaf) atau Uni Evy (seperti >> usulan ambo),. >> >> Alternatif 1 ini yang ambo rekomendasikan. >> >> *ALTERNATIF 2* >> Namun jika Dr. YAP/Dr. SS atau pakar hermeneutik lainnya sulit didapatkan >> Bung Anggun, alternatif kedua adalah tetap dengan Dr. Widia Fitri sebagai >> narasumber, Pak Saaf pembahas utama dan ambo sebagai pembanding. Moderator >> bisa Uni Evy. >> >> Kelemahan Alternatif 2 ini adolah karena kemampuan ambo tak sebanding >> dengan Dr. YAP/Dr. SS. Tapi mudah-mudahan tidak terlalu memalukan juga >> karena ada beberapa pengalaman kecil di mana beberapa diantaranya adalah: >> >> - Narasumber diskusi "60 Tahun Karl May di Indonesia" yang >> diselenggarakan Goethe Haus dengan para narasumber: Franz Magnis-Suseno >> (pembaca Karl May dalam bahasa ibu/Jerman), Goenawan Mohamad (pembaca KM >> era 50-an) dan ambo (pembaca KM era 80-an). >> http://nasional.kompas.com/read/2010/12/14/18240098/Kenalkan.Herr.Doktor. >> >> - Narasumber diskusi "Retrospeksi Kreatif NH Dini" yang diselenggarakan >> Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki.