Dear Dunsanak, iko cerita sukses Tip Top.

Semoga Bermamfaat,.

Salam Hormat 
Ronal Chandra
-----------------------------------

Kisah Sukses TIP TOP swalayan



*Kebakaran itu Ternyata Cobaan*



*Majalah Tarbawi*

**Edisi 16 Th 2 31 Januari 2001 M / Syawal 1421 H





*Saya lahir pada tahun 1933, di

Padang, Sumatera Barat. Alhamdulillah sejak kecil orang tua mendidik saya

dengan ajaran Islam yang ketat. Ayah saya berlatar pedagang. Sejak saya

kecil,

ia juga mendidik saya untuk berdagang. Sekaligus mengajarkan *akhlaq*

berdagang.



Suatu saat tanpa disadari, ayah saya kurang

mengembalikan uang pembeli. Tetapi pembeli itu diam saja dan berlalu. Lekas

dipanggilnya orang itu. Sewaktu saya bertanya mengapa dikembalikan sisa

uangnya

sedangkan orang itu tidak tahu. Ayah menjawab, Allah Maha Tahu. Sikap

demikian

akhirnya tertanam dalam hati nurani saya.



Sewaktu baru berumur 11 tahun, saya sudah

diberinya sejumlah uang. “Kamu mau dagang apa,

terserah,† ujarnya lembut. Setiap pulang “berdagang†, saya melaporkan

pendapatan saya. “Berapa kamu dapat ? Bagus,†

pujinya. Waktu itu saya berinisiatif menjual kelapa. Dengan menggunakan

gerobak, saya membeli kelapa di rumah penduduk, dan menjualnya ke pasar

dengan

jarak tempuh sampai 10 km.



Tapi ayah tetap mengutamakan pendidikan

formal. “Jangan tinggalkan sekolah.†itu selalu

ia tekankan. Lulus SMA saya meneruskan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Setelah lulus, saya bekerja sebagai Direktur BPD. Saya sudah

bertekad, suatu saat harus mandiri. Setelah tujuh tahun bekerja di BPD, saya

menolak diperpanjang masa jabatan. Saya merasa inilah titik awal permulaan

usaha saya. Saya mesti berdiri di atas kaki sendiri.



Maka sejak 1967, saya mulai menekuni berbagai

bidang usaha. Hingga sepuluh tahun kemudian, sewaktu mencoba bisnis properti

kecil-kecilan, saya sadar, usaha itu sudah tidak bisa lagi saya kembangkan.

Lalu pada tahun 1978, saya memutuskan keliling Eropa, melakukan “studi

banding†, apa sih yang sebaiknya saya kembangkan. Akhirnya saya menemukan,

yang

pokok diperlukan manusia itu sandang dan pangan. Ternyata siapa yang

bergerak

di bidang itu, asalkan mempraktekkan teori-teori yang benar, dapat

berkembang.



Pada tahun 1979, mulailah saya membuka TIP TOP

di Rawamangun. Waktu itu hanya toko kecil, semacam mini market. Saya memulai

dari bawah, dari nol. Luas lantainya hanya 400 M2. Saya juga pergi ke

pasar-pasar tradisional membeli bawang, cabai langsung sama mbok-mbok

penjualnya. Ini berlangsung sekitar dua tahun. Bagi saya ini banyak

hikmahnya,

saya jadi tahu perputaran arus barang mulai dari bawah.



Sejak awal saya sudah mematok mini market itu

harus berdasarkan prinsip-prinsip Islami. Bukan hanya tidak menjual daging

babi

dan minuman keras, tetapi saya juga selektif memilih barang. Misalnya daging

sapi atau ayam, kalau harganya terlalu murah, atau tidak jelas memotongnya

Islami atau tidak, saya tolak. Bagi saya justru nmencurigakan kalau harganya

terlalu murah, dari mana dapat daging itu? Jadi barang-barang yang tidak

jelas

asal usulnya tak mau saya terima. Saya juga perlu melihat langsung tempat

pemotongan hewannya.Saya berusaha mem*protect* , agar hanya barang yang *

halal*

dan *thoyyib* saja yang dijual.



Saya juga mencoba mengikuti bagaimana nabi

berdagang, tentunya sepanjang yang saya ketahui. Nabi Muhammad berdagang

sesuai

dengan hati nuraninya, tidak mau menipu, mencelakakan atau menganiaya orang.

Ini saya coba terapkan. Bagi saya kalau sudah cukup untung 2 sampai 3 %

jangan

mengambil 5 atau 10 %. Setahu saya prinsip dalam Islam itu, carilah

pendapatan

secukupnya untuk dirimu. Jadi walaupun barangnya halal, tapi kalau harganya

mahal, bagi saya tidak baik, dan tidak Islami juga jadinya.



Ternyata dasar Islami ini mendapat respon

positif dari masyarakat. Tip Top mendapat sambutan di luar dugaan saya.

Perkembangannya demikian cepat, bagaikan air bah saja. Lahan seluas 400 M2

itu

tidak mencukupi. Tiap tahun saya harus memperluas , dengan membongkar bagian

rumah saya di samping mini market.



Tahun 1985, Tip Top sudah berubah jadi Pasar

Swalayan, dengan luas 3000 M2 dan kenaikan penjualan 20 hingga 30 kali

lipat.

Berdasarkan pemantauan kami, pelanggannya tidak hanya yang tinggal di

Rawamangun saja, tapi meluas hampir di seluruh Jakarta Timur. Saya merasa

ini

tak lain karena ridlo Allah. Dengan kesadaran ini, saya semakin takut untuk

keluar dari jalur Islami. Tawaran dari supplier barang yang tidak Islami,

misalnya minuman keras, bukannya tidak ada. Bahkan fasilitasnya mudah dan

keuntungannya besar. Saya tetap menolak semuanya.



Hingga pada Juni 1991, Allah menguji saya.

Kebakaran besar tiba-tiba menimpa Tip Top.Semuanya habis terbakar.

Inventaris,

stok-stok barang, gedung, ludes terbakar semuanya. Tak ada lagi yang

tersisa.

Hingga menjelang shubuh, api yang mengamuk sejak jam satu malam masih

berkobar.

Pemadam kebakaran boleh dibilang minim bantuannya, karena sedang terjadi

kebakaran juga di Jatinegara.



Sewaktu melihat api yang menjilat-jilat itu,

saya sempat berfikir, apakah ini hukuman atau cobaan dari Allah. Bagi saya,

kalaupun ini hukuman, saya tetap bersyukur. Berarti Allah masih berkenan

memperingatkan saya dan masih memberi kesempatan saya memperbaiki diri.

Sewaktu

api masih mengganas, saya pulang untuk sholat shubuh. Setelah sholat,

rasanya

muncul cahaya, bahwa ternyata itu bukan

hukuman. Tapi cobaan dari Allah. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa pada

waktu

itu saya dicoba.



Pagi hari para karyawan berdatangan. Tak pelak

lagi mereka terkejut, sedih, bahkan menangis. Saya hadapi mereka, saya

sampaikan

apa yang saya yakini. *Bahwa kita sedang dicoba oleh Allah, apakah mampu

atau

tidak kita melewatinya. Kalau mampu, kita akan “naik kelas†. Kalau tidak,

malah

akan ditutup segala pintu rizki oleh Allah.* Sayapun sudah bertekad, harus

bangkit kembali.



Setelah musibah itu, tanpa saya duga sama

sekali, pihak Pemda meminta Tip Top

harus berdiri kembali. Jam sepuluh pagi sesudah kebakaran itu, mereka

bilang,†Kalau perlu buka saja disini(*areal Pemda-red*).

Kalau pun mau membangun kembali di tempat lama, apa kesulitannya, kami yang

akan urus.† Saya sangat terharu. Rasaya mereka *kok* lebih berkepentingan

daripada kami.



Wakil Gubernur saat itu menanyakan, berapa

karyawan yang teraniaya akibat kebakaran itu. Saat itu ada sekitar 200

karyawan

yang menggantungkan hidupnya pada Tip Top. Ternyata ia menyampaikan, mereka

akan disantuni Pemerintah DKI.. “Kalau soal ijin dan

lainnya, saudara tidak usah khawatirkan. Pemerintah DKI akan berada di

belakang

saudara.† ujarnya pada saya. Itu suatu *support *luar biasa yang

sama sekali tidak saya duga sebelumnya. Tambah kuat keyakinan saya bahwa ini

cobaan dari Allah. Masalah-masalah setelah kebakaran rasanya dimudahkan saja

oleh-Nya.



Hal lain yang juga di luar dugaan saya, adalah

mudahnya saya memperoleh pinjaman dalam jumlah sangat besar, buat membangun

kembali Tip Top. Pertolongan- pertolongan yang tidak disangka sama sekali,

ternyata saya dapatkan dengan mudah. Saya pikir itulah kehendak Allah.

Sebagai

manusia, saya dengan sendirinya sangat terharu dengan karunia Allah ini.



Sekitar dua minggu kemudian, Tip Top dibangun

kembali. Di areal lama. Bulan September, *separoh*

dari supermarket sudah dapat dibuka kembali. Saat itu hutang saya kepada

supplier mencapai dua milyar lebih. Tapi, Alhamdulillaah, mereka tetap

percaya

kepada kami. Walaupun hutang itu belum bisa dibayar, mereka tetap mensupli

kami

dengan barang-barang baru.



Pada Februari 1992, keadaan kembali seperti

semula,. Setelah enam bulan sebelumnya kami bekerja siang dan malam. Dengan

sendirinya kami mengalami berbagai pembaharuan.. Bergerak dengan semangat,

kemampuan, situasi serta keadaan yang baru. Ternyata para pelanggan juga

tidak

meninggalkan kami. Akhirnya, masih pada tahun 1992 itu, semua hutang saya

pada

supplier sudah bisa terbayar. Suatu hal yamg tak saya sangka. Saat itu

kembali saya disadarkan, kalau Allah

berkenan memberi rizki, dengan mudah saja Ia berikan.



Pada tahun 1992, seseorang tiba-tiba

menawarkan sebidang tanah seluas dua hektar di

Bogor. Awalnya, saya sempat pikir-pikir, apa gunanya. Tapi kembali saya

merenung,

barangkali Allah mau menguji saya, mampukah saya mengambil manfaat dari

tawaran

tanah itu. Akhirnya tanah itu saya beli. Pada tahun 1993 saya dirikan Panti

Yatim Piatu.



Pada tahun itu pula saya dapat membuka cabang.

Padahal, terus terang, saya juga tidak tahu dari mana uangnya. Saya juga

heran, *kok* bisa.

Padahal baru dua tahun saya terkena musibah. Agaknya itu yang Allah

janjikan,

kalau engkau dekat dengan-Ku, Aku lebih dekat. Ternyata cabang Tip Top itu

pesat perkembangannya. Pada tahun 1999 kami membuka cabang di kawasan

Tangerang. Insya Allah pada tahun 2001 kami akan membuka satu atau dua

cabang

lagi. Di setiap cabang itu, kami tetap menegakkan prinsip awal, yaitu

supermarket berjiwa Islami.



Terhadap suppiler dan pembeli, sikap jujur

tetap saya utamakan. Itu merupakan modal pokok usaha. Supplier men*suply*

barang puluhan milyar. Bagaimana mungkin mereka percaya, kalau saya tidak

jujur. Pernah pula datang seorang pembeli yang mengeluhkan harga barang

kami.

Menurutnya, ternyata di tempat lain, ada barang serupa dengan harga lebih

murah. Boleh jadi kami tertipu, “tertidur† atau pedagang lain berusaha men-*

cut* prinsip

kami. Setelah kami cek dan benar harga di sana lebih murah, kami kembalikan

selisih harganya kepada pembeli itu.



Kini, kami mulai mempunyai anak-anak angkat,

mereka ingin bergerak di bidang usaha ini tapi tidak tahu caranya. Mereka

kami

bimbing, tanpa memperhatikan unsur komersialnya. Kalau sudah berkembang,

kami

lepas. Sekarang sudah ada beberapa yang sudah bisa dilepas. Bahkan sudah

membuka

cabang-cabang mini marketnya.



Kami berusaha tetap eksis di Indoensia ini.

Tentunya nanti akan lebih banyak lagi †serbuan†

pesaing yang masuk, setelah AFTA 2003. Tapi, insya Allah kami bisa

menghadapi

itu. Dan saya yakin seyakin-yakinnya, Allah akan melindungi usaha-usaha yang

diridloi-Nya.



Ke depannya, cita-cita saya, saya sangat ingin

membuka supermarket di dekat Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.



Sekali lagi, saya sangat bersyukur, orang tua

menganut Islam yang baik dan mengupayakan saya demikian juga. Yang saya

sayangkan mereka keburu berpulang, dan belum sempat menikmati hasil kerja

keras

dan rizki Allah pada saya. Saya belum sempat menyenangkan mereka. Tapi Allah

sudah memutuskan. Saya hanya bisa berdoa, mudah-mudahkan mereka mendapat

tempat

layak di sisi-Nya.



Kini, saya mempunyai generasi penerus,

putra-putri saya. Insya Allah usaha ini akan jatuh ke tangan yang benar.

Jangan

sampai goyah membawa prinsip Islam dalam

perjalanan selanjutnya. Saya optimis, Insya Allah, usaha-usaha apapun,

termasuk swalayan yang berada dalam koridor Islam, akan dapat berkembang

terus.



Seperti

dikisahkan Bapak Rusman Maamoer,



      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke