Bagus sekali kisahnya mencekam dan mendebarkan kami usulkan supaya kisah-kisah di Pesawat atau di kapal dilantunkan ke Rantau net salam beriring do'a K Suheimi
--- On Wed, 10/29/08, HIFNI HFD <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: HIFNI HFD <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] kisah Rabab " the long and winding road " - Kecelakaan bus ...di jalan lintas Sumatera…. To: "milis rang minang" <rantaunet@googlegroups.com>, "taragak basuo" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wednesday, October 29, 2008, 7:41 PM Salam sanak sapalanta awang-awang RantauNet dan taragak basuo As a like the story Rabab - " the long and winding road " . Selamat membaca dan semoga tidak membosankan Kecelakaan bus ...di jalan lintas Sumatera…. Oleh : 3vyniz Ketika ongkos pesawat terbang berfluktuasi, maka terkadang daya beli tidak seimbang dengan kemampuan penghasilan. Pada akhir tahun 2001, ongkos pesawat kembali membumbung tinggi. Padahal seingatku pada tahun 1997 ketika aku pulang kampung, ongkos pesawat itu masih terjangkau dengan kondisi keuangan keluarga kami. Mungkin waktu tahun 1997 – fasa krismon belum bergaung. Tapi saat perjalanan ini mesti dilakukan dan mengingat betapa pentingnya harus pulang kampung – karena ada Etek yang sakit payah, maka aku dan seorang kakak laki-laki pulang kampung naik bus “ Lorena”. Kami naik bus ini dari kota “ Bogor ” – karena agak lebih dekat dengan rumahku di Serpong dibanding bila harus ke Pulogadung. Setelah diatas bus itu, walaupun mesin telah dihidupkan – aku mendengar ciloteh – knek bus, bahwa saat keberangkatan itu, belum diketahui siapa yang akan mengemudikan bus “ Lorena” ini. Empat orang penumpang – Dosen Fakultas Pertanian IPB – yang turut serta sebagai calon penumpang, bertanya kepada Knek itu. “ Bang … sekarang sudah jam 12.00. Jam berapa, kita sampai di Pulogadung, jika bus ini belum juga diberangkatkan…? Seperti kita ketahui, bahwa pusat perjalanan bus menuju Sumatera berawal dari Terminal Pulogadung. Sehingga semestinya pada jam 12.oo itu sudah diberangkatkan – yang terjadwal sebelumnya pada jam 11.00. Tidak berapa lama kemudian, naiklah secara tergopoh-gopoh, seorang sopir yang berpakaian dinas Bus “ Lorena”. Dia bercarut marut dengan penuh makian kepada pimpinan Perusahaan oto bus itu. Dia mengaku bukan orang Minang – bukan orang Batak – dan bukan orang Jawa. Dia mengaku orang Betawi. Padahal jelas-jelas ada sedikit dialek minangnya. Ketika para Dosen itu bertanya pada sopir itu, ia bercerita : “ saya baru datang dari Surabaya pagi ini jam 09.00. Saya belum bertemu anak – isteri. Mereka pasti menunggu saya.. karena saya janji akan pulang kerumah hari ini. Benar saja, ternyata ada soerang ibu datang bersama anaknya. “ Hati… hati Pak… Kalau bapak ngantuk di jalan istirahat dulu…, demikian sang isteri mewanti-wanti suaminya, ketika ia melambaikan tangannya melepas keberangkatan “Bus Lorena” beserta penumpangnya dari Pangkalan Lorena Kota Bogor. Dalam perjalanan Bogor – Pulogadung Jakarta, berceritalah sopir itu kepada kami. Perusahaannya selalu mengikutsertakan para sopir untuk mengikuti pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan. Akan tetapi kebanyakan sopir Lorena, tidak mau mengemudikan bus ke Sumatera Pak. Medan perjalanannya berat .. pak. Walau kami saling bergantian bertugas dengan teman sesama sopir, tapi tetap membosankan. “ entahlah .. bagaimana nanti sajalah bus ini saya kemudikan, katanya. Walaupun agak mengejutkan pernyataannya itu, namun karena ada sopir cadangan yang menyertai perjalanan itu, rasanya tidak ada yang perlu kami kawatirkan. Perjalanan dari Jakarta –Pulogadung, hingga Lubuk Linggau, bus Lorena dikemudikan secara bergantian diantara 2 sopir. Ketika sampai di Lubuk Linggau, setelah penumpang makan siang, perjalanan dilanjutkan dengan hanya satu orang sopir saja, yaitu sopir utama nya. Sopir cadangan tidak melanjutkan perjalanannya ke Kota Padang, karena dia akan kembali ke Jakarta menjadi utama bagi perjalanan bus Padang – Jakarta. Setelah ishoma di sebuah Restoran, dan melanjutkan perjalanan sesudahnya, semua para penumpang – mengalami perut kenyang mata mengantuk – mata serasa sudah tidak dapat diajak kompromi. Bagaikan sebuah batteray kondisi nya tinggal 5 watt, nampaknya. Entah karena sang sopir bus itu juga didera rasa kantuk, ia berciloteh tidak karuan. Akhirnya secara tidak langsung – ia membuka rahasia bahwa ia memang benar orang Minang. Banyak yang dicimoohkankan. Nah... ini dia... bathinku berkata. Thema musik perjalanan saat itu, diisi dengan lagu-lagu bernuansa dangdut berat. Entah karena ia lelah, semakin lama suaranya semakin lemah dan suasana hening dan bisu. Yang terdengar hanyalah deru mesin bus kami itu. Dapat kuceritakan bahwa mulai kondisi jalan raya Lubuk Linggau hingga Sumbar – jalanan yang kita lalui sangat lurus bukan…???? Setelah kira-kira 10 km kami meninggalkan Lubuk Linggau – dari kejauhan aku melihat seorang ibu berjalan dengan dua orang anaknya. Mataku menatap kedepan dan turut merasakan bus yang dikemudikan sang sopir sedikit limbung. Ketika bus mencapai batas pertemuan dengan pelintas jalan itu – aku melihat ibu dan anaknya bermaksud menyeberangi jalan karena tampaknya ia hendak bertegur sapa dengan temannya. Mungkin antara keraguan untuk menyeberang – karena kecepatan bus itu sedang- sedang saja, maka aku melihat ibu tersebut agak maju mundur, untuk menentukan, apakah dirinya dan anaknya akan menyeberang atau tidak. Akhirnya malang tidak dapat ditolak – untung tak dapat diraih, pada saat bus kami mendekati pelintas jalan itulah – sang anak itu seakan menghadangkan badannya kearah bus kami. Aku berteriak dan menjerit ……….. Asytagfurullah al azdim… bersama beberapa penumpang lain yang juga tidak tidur. Aku menutup muka dengan kedua belah tangan, karena melihat secara nyata proses tabrakan yang terjadi. Bus oleng kian kemari. Sopir bus terlihat panic. Ia akhirnya membanting stir mobil kekanan jalan dan langsung menerobos hutan kecil yang ada di sepanjang jalan. Segala zikir memohon pertolongan kupanjatkan kepada Allah Swt. Si sopir seketika itu pula, dengan cekatan mengenakan jacket Abri yang berwarna hijau. Dia melompat dari kursi kemudinya. Kemudian Ia memerintahkan knek bus untuk segera menukar pakaian seragam milik Bus Lorena itu, dengan pakaian biasa. Cepat… cepat Ndi…., katanya berteriak keras. Nama knek bus itu “ Kandi”. Ntar lue… yang dibabat orang desa sini. Kami para penumpang mati ketakutan. Beberapa orang dosen IPB itu – segera meminta sopir dan knek agar mengunci bus kami. Keadaan darurat ini mesti kami lakukan. Karena dalam sekejap itu, kami melihat massa - masyarakat berbondong-bondong - keluar dari balik hutan disepanjang jalan sambil mengacungkan parang, kapan, pisau… “ Mano sopir nyo…. Nak kamano…… mereka berteriak sambil memukul-mukul badan bus Lorena, dengan logat daerah sana . Kami didalam Bus – termasuk sopir dan knek yang sudah berganti rupa itu – memberi tanda bahwa sopir dan knek lari masuk hutan. Sudah tentu mereka tidak percaya, karena bukankah pintu bagian sopir masih tertutup ?? Akhirnya diantara penumpang ada yang meminta pertanggungan jawab sang sopir dengan berkata : “ Pak… tidak bisa kita menyelamatkan diri dengan cara begini. Mereka bisa nekad dan membakar Bus ini…. Bapak harus berani keluar mengimformasikan bahwa sopir dan knek sudah lari ke hutan….!!! Ternyata saran seorang penumpang itu diterima secara baik olehnya. Seketika itu si Sopir yang kebetulan berdiri dekat tempat duduk saya – menyambar tas aku dan turun menemui penduduk. Kebetulan tas ku itu hanyalah berisikan hal-hal yang diperlukan dalam perjalanan ini, antara lain; mukena, sarung, handuk, dll. Dengan meyakinkan bagaikan seorang aparat ia berkata : “ Saudara-saudara, barusan ini sopir dan knek sudah lari ke hutan untuk menyelematkan diri. Disini kami semua hanyalah penumpang… Sambil dia menunjuk hutan – yang dapat dianggap sang sopir telah lari menuju kesanan. Dengan polos dan lugunya – serentak para penduduk itu berlalri masuk hutan seakan mengejar sopir bus dan knek “LORENA” itu. Kemudian si Sopir ini, mengajak kami agar semua turun daru bus. “ Lebih berbahaya apabila kita masih bertahan didalam bus, demikian katanya. Sementara aku – oke.. oke – saja ketika sopir itu tetap membawakan tas itu. Kami semua turun dari Bus – dan tidak berapa lama kemudian datang aparat polisi kehutanan, yang mencoba menjadi mediator antara kami para penumpang dengan penduduk. Kami meyakini bahwa jika sore hari itu, mereka tidak menemukan sopir dan knek bus, mereka akan menyandra kami. Polisi kehutanan bertanya kepada kami dengan disaksikan para penduduk : “Benarkan diantara saudara-saudara para penumpang ini tidak terdapat sopir dan knek bus Lorena…?? Ada keraguan diantara kami untuk menjawab pertanyaan yang mendasar ini. Tidak ada penumpang yang menjawab, akan tetapi tidak bagi sang sopir itu. Sambil merangkul badanku, Ia berkata tegas : “ Tidak pak…. Sopir itu memang sudah lari. Bahkan sepertinya ia telah kabur naik truk kearah Lubuk Linggau. Walau aku berusaha mengelak agar si sopir ini, tidak seenaknya merangkul badanku – saat itu pula mata para penumpang memelas menatap diriku, agar aku turut membantu si sopir meyakinkan penduduk melalui ucapannya. Lebih-lebih kakak laki-laki yang menyertai perjalanan ini, dari gerak matanya ia memintaku bersedia bersandiwara menjadi isteri sang sopir – dengan gaya bak seorang perwira ABRI. Ketika itu sang sopir memang selalu berupaya berdiri dekatku, sambil memegangi tas ku itu. Sejak adanya pernyataan tegas dari sopir bus itu – Perwira Abri Gadungan – penduduk menampakkan kekecewaannya. Untunglah sebagai aparat yang selalu siap siaga menyelesaikan semua persoalan di hutan – kami para penumpang digiring oleh Polisi Kehutanan itu agar naik mobil pick – up menuju POLSEK terdekat. “ Ibu –ibu dan anak-anak, silahkan naik duluan dan tunggu rombongan berikutnya di kantor Polsek”. Nah.. kesempatan ini kugunakan untuk menjauhi si sopir dan segera menarik tas dari tangan si sopir. "Amit.. amit deh.. Ada rasa jengkel… kesal semua menjadi satu kepada si sopir itu. Namun aku menyadari, jika diperturutkan rasa ketidak senangan ini, mungkin kami para penumpang benar-benar disandra oleh penduduk setempat. Ketika kami sudah berkumpul semua di Polsek setempat, maka berceritalah Kapolsek setempat kepada kami. “ Bapak- bapak dan Ibu –ibu termasuk orang yang beruntung. Karena peristiwa tabrakan itu tidak menimpa penduduk asli setempat. Yang kena musibah in, kebetulan adalah keluarga pendatang dari Jawa yang bekerja sebagai kuli hutan. Jika benar benar penduduk asli, maka Anda semua pasti terancam bahaya. .. Benarkah. ..? Dari perbincangan si sopir di sore hari itu kepada kami, maka berceritalah sopir ini kepada kami : “ Kami para sopir memang dibekali atribut tentara oleh manajemen. Kami diperintahkan lari terlebih dahulu ketika saat kejadian tabrakan. Nanti akan ada manajemen yang menyelesaikannya. “ Pak… bagaimana mungkin saat kritis begini ada manajeman Bus Anda yang berkunjung kemari, sanggahku padanya. “ Ada … Bu. Yaitu melalui kesepakatan dan kerjasama dengan pihak Restoran setempat, yang mau diajak bekerja sama dengan Perusahaan oto bus. Nanti mereka akan datang dan bertindak untuk dan atas nama perusahaan, bernegosiasi dengan pihak korban, semisal penduduk setempat yang mengalami kerugian. Memberi bantuan kain kafan dan uang sumbangan lainnya. Kepolisian setempat juga harus diajak bekerja sama. Yang jelas tugas kami - lari menyelamatkan diri disegala kesempatan. “ oh ya……? Kataku terbengong bengong atas pelaksanaan risk manajemen di Perusahaan bus itu. Lebih mengagetkan ia berkata : “ Lebih baik kami menabrak satu makhluk – entah itu hewan atau manusia - daripada kami mengelak, tetapi kami mengorbankan bus yang kami kemudikan dengan seluruh isinya. Nah.. pembaca..., setujukah dengan pernyataan sopir ini. Sementara ketika itu, aku berdesis berkata : “ Hemmmm .. rupanya para sopir bus Angkutan Umum Bus Luar kota - telah punya prosedur risk manajemen atau apapun namanya. Risk liabilities dan third liabilities yang sering kita dengar dalam dunia ilmu hukum pun, telah dijalankannya secara sempurna ". Segera aku lanjutkan pertanyaan kepadanya : “ Pak… Kira-kira.. Restoran mana yang menangani dan mewakili perusahaan dalam menangani kejadian ini..??? Ia menjawab : .. Itu bu… restoran tempat kita beristirahat makan dan sholat tadi siang…??? Saya barusan dipanggil pak Kapolsek – bahwa Pak haji.. sudah mendatangi keluarga korban. Ada anggota kepolisian yang mendampingi. Setelah memberikan uraian panjang lebar itu, Sang sopir itu pamit kepada kami dengan alasan ia akan menghubungi perwakilan Lorena di Lampung. Ia berjanji akan mencarikan mobil yang dapat mengangkut kami guna melanjutkan perjalanan. Kami para penumpang, setelah sekian lama menunggu dalam keadaan terkatung-katung mulai mencari jalan masing-masing. Aku dan dosen IPB serta beberapa penumpang lain bersepakat pada malam untuk mencari Mobil Hi-ace yang dapat kami sewa dan akan mengantakan kami ke tempat tujuan. Akibat peristiwa ini, Perjalanan itu kami tertunda selama 8 jam. Sementara itu jaringan Tekomsel di wilayah Lubuk Linggau – Sarolangun – Bangko – Muaro Bungo dan daerah Darmasraya benar-benar off. Ketika memasuki Solok barulah sinyal Telkomsel itu muncul. Begitu sinyal muncul, Aku menerima telepon dari suami dengan nada teguran : “ mengapa handphone dimatikan….!!!! Aku panic … katanya. Rupanya ia berusaha menghubungi kami, pada jam-jam dimana kami diperkirakan telah sampai di tempat tujuan. Akan tetapi baik handphone milikku dan kakakku - keduanya tidak bisa dihubungi. Weleh…. Weleh…. Pa… jangan marah… Kami mengalami kecelakaan nih…. Bla… bla… dst, kataku padanya. (selesai). edited from : my diary on september 2001 Sanak sapalanta yang dirahmati Allah jika masih berminat, saya masih punya kisah : 1. the adventure on the Sky.....Pengalaman Naik pesawat. 2. the adventure on the sea.....Pengalaman Naik kapal.. Wassalam, 3vy Nizhamul http://hyvny.wordpress.com http://bundokanduang.wordpress.com --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---