Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
Diskusi yang menarik Ajo Sur,
Sila dilanjutkan oleh mereka yang sudah membaca TCBP khususnya, atau yang
tertarik dengan Buya Hamka secara umumnya.

Wassalam,

ANB
Cibubur

Pada Selasa, 26 Maret 2013, Lies Suryadi menulis:

> Pak Saaf,
> Dari perspektif literary critics, bisa banyak tafsiran mengapa Hayati dan
> Zainuddin 'dibunuh'oleh Hamka dalam TKvW. Kalau saya (dalam sebuah artikel
> yng barusan saya kirim ke Kompas tentang sastra, etnisitas dan
> nasionalisme; mudah2an terbit) melihatnya dari segi lain. Pertama, tak
> dapat dinafikan pengaruh aliran romantisme yg sedang menggejala dalam dunia
> sastra Indonesia thun 1920-30-an. Kedua, menurut saya Hamka adalah seorang
> pengarang yang berusaha mengkampanyekan KEINDONESIAAN dalam karya2nya,
> dalam konteks bahwa ekslusivisme etnisitas harus dibuka untuk membangun
> sebuah nasion Indonesia baru yang sangat plural dari segi etnis. Itu
> sebabnya dalam beberapa novelnya muncul tokoh2 lintas etnis. Kasus yg
> sangat jelas tampak pada MERANTAU KE DELI. Tentu saja di sini ia juga
> mengeritik adat Minang. Hamka mengkampanyekan perkawinan antar etnis, asal
> seagama.
>
> Salam,
> Suryadi
>
>*Dari:* Dr Saafroedin Bahar 
>  'saafroedin.ba...@rantaunet.org');>
> >
> *Kepada:* Rantau Net Rantau Net  'cvml', 'rantaunet@googlegroups.com');>>
>
> *Dikirim:* Selasa, 26 Maret 2013 7:56
> *Judul:* Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat
> TCBP.
>
> Bung Zet, nan nampak dek ambo, wakatu mudo - wakatu gala tu dilakekkan ka
> baliau - Buya samo sekali indak bangga jo adat Minangkabau, walau sangat
> mahir bapatatah-petitih. Bahkan wakatu baliau alah jadi urang, dalam buku "
> Tenggelamnya Kapal van der Wijk" itu, rasa getir taradok adat Minangkabau
> itu masih  kelihatan. Dua tokohnya, Zainuddin dan Hayati, ' dibunuh ' oleh
> Buya Hamka.
> Saya melihat ada perubahan pada Buya Hamka pada tahun 1970, sewaktu beliau
> hadir di Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar,
> bersama Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan, dalam usia 62 tahun. Beliau
> bukan saja telah nyaman dengan gelar pusaka yang sudah disandangnya sejak
> remaja itu, tetapi juga membela Minangkabau dari gelitikan Onggang dalam
> buku beliau " Tuanku Rao". Jadi faktor usia dan gelitikan Onggang
> Parlindungan mungkin ada pengaruhnya juga.
> Mudah-mudahan saya salah.
> Wassalam,
> SB.
> Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti 
> berlangga...@googlegroups.com 'berlangga...@googlegroups.com');>.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
>
>
>
>   --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===

Re: Bls: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik zubir . amin
   Ni Nismah nn baik serta sanak Palanta nn diRahmati Allah swt.
   Syukur Alhamdulillah,Ni Nismah sudah agak mulai baciloteh di Palanta kito ko.
  Baa kemajuan kesehatan Uni kini sasudah operasi?.Semoga banyak kemajuan.JB n 
Tini selalu mendoakan Ni Nismah agar cepat pulih n kembali ceria seperti semula.
   Selain itu berkaitan dgn alm Buya Hamka n Masjid Agung 
Al-Azhar,KBY.Baru,tidak akan terlepas dari cara 'pengucilan'Buyaa, oleh BK  
agar Hamka 'jauh dari area politik n masyarakat Islam nn badarai.   
  Daerah seputar Mesjid Agung itu dulu,merupakan daerah nn 
terpencil,jarang penduduknya.
Nn banyak penghuninya adalah tupai,monyet,musang n ular serta sayur mayur n 
buah2an n jangjrik.  Baru agak rame 
penduduknya setelah thn 1962 penduduk diwilayah Gelora BK sekarang DIPINDAHKAN 
ke KBY Baru karena adanya Proyek ASIAN Games n BK  merlukan Venus untuk 
menampung para atlit n offiscial dari peserta Asian Games itu.
Kembali ke Buya Hamka,beliau 'diserahi' daerah Al-Azhar sekarang ini oleh 
BK via Gubernur Sumarno n dilanjutkan oleh Gub Ali Sadikin untuk membangun 
Mesjid Agung dalam rangka 'menjinakkan Buya untuk tidak lagi berpolitik tapi 
cukup membina umat.Alhamdulillah Buya sangat berhasil di Masjid Agung 
itu.Allahu Akbar3x.
   JB,T.Magek Djabang Sutan Riayat Sjah,73thn,sk 
Mandahiliang,Padusunan,Piaman,kini di Bonjer,Jakbar. 
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-Original Message-
From: Hayatun Nismah Rumzy 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Tue, 26 Mar 2013 16:00:17 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Cc: Rantau Net Rantau Net
Subject: Re: Bls: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

Keadaan latar belakang cerita hampir sama dengan cerita 5 menara, Banyak yang 
baru yang saya baru ketahui dibuku ini. Ketidak bahagia di waktu kecil baru 
saya baca. Saya pikir sebagai anak ulama besar beliau bahagia dimasa kanak2. 
Yang ingin saya ketahui kenapa beliau demikian kejam membuat 2 cerita yang 
tidak Happy ending? Apakah beliau terinspirasi dengan Shakespeare Romeo and 
Juliet? 
Yang agak kurang dan ingin saya ketahui mungkin dibuku yang berikutnya (Insya 
Allah Ananda  bagaimanaakmal)  dia membina AL Azhar yang telah berkembang besar 
di Jalan Sisingamngaraja. Beliau tentu berjuang dengan tak tanggung2. Bagaimana 
perjuangan beliau sampai beliau masuk penjara segala. Sekarang kita hanya 
menikmati saja lagi. 
Buku beliau yang menjadi pegangan saya Islam dan adat Minangkabau yang isinya 
bagus sekali.
Sekali terima kasih Ananda Akmal yang telah membawa Bundo kemasa lalu dan 
menikmati Danau Maninjau serta Padang Panjang. Yang banyak juga menulis tt 
Maninjau A A Navis.

Kalau Presiden Soekarno pernah bilang : 

jika adik makan pinang…

makanlah dengan sirih hijau,

jika adik datang ke Minang…

jangan lupa singgah ke Maninjau…

(tulisan di Museum Buya Hamka)

pantun lain ttg Maninjau yg terkenal untuk Rang rantau 

Maninjau padi lah masak

batang kapeh batimba jalan…

Hati risau dibawo galak., 

bak paneh manganduang hujan.

Sekian salam 

Bundo Nismah

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01

Re: Bls: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Hayatun Nismah Rumzy
Keadaan latar belakang cerita hampir sama dengan cerita 5 menara, Banyak yang 
baru yang saya baru ketahui dibuku ini. Ketidak bahagia di waktu kecil baru 
saya baca. Saya pikir sebagai anak ulama besar beliau bahagia dimasa kanak2. 
Yang ingin saya ketahui kenapa beliau demikian kejam membuat 2 cerita yang 
tidak Happy ending? Apakah beliau terinspirasi dengan Shakespeare Romeo and 
Juliet? 
Yang agak kurang dan ingin saya ketahui mungkin dibuku yang berikutnya (Insya 
Allah Ananda  bagaimanaakmal)  dia membina AL Azhar yang telah berkembang besar 
di Jalan Sisingamngaraja. Beliau tentu berjuang dengan tak tanggung2. Bagaimana 
perjuangan beliau sampai beliau masuk penjara segala. Sekarang kita hanya 
menikmati saja lagi. 
Buku beliau yang menjadi pegangan saya Islam dan adat Minangkabau yang isinya 
bagus sekali.
Sekali terima kasih Ananda Akmal yang telah membawa Bundo kemasa lalu dan 
menikmati Danau Maninjau serta Padang Panjang. Yang banyak juga menulis tt 
Maninjau A A Navis.

Kalau Presiden Soekarno pernah bilang : 

jika adik makan pinang…

makanlah dengan sirih hijau,

jika adik datang ke Minang…

jangan lupa singgah ke Maninjau…

(tulisan di Museum Buya Hamka)

pantun lain ttg Maninjau yg terkenal untuk Rang rantau 

Maninjau padi lah masak

batang kapeh batimba jalan…

Hati risau dibawo galak., 

bak paneh manganduang hujan.

Sekian salam 

Bundo Nismah

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




Re: Bls: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Dr Saafroedin Bahar
Ajo Sur, kalau begitu, selain sebagai ulama dan tokoh Minangkabau, kita juga 
harus mencatat Buya Hamka sebagai seorang pelopor faham nasionalisme di 
Indonesia. 
Wassalam,
SB.
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




Bls: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Lies Suryadi
Pak Saaf, 
Dari perspektif literary critics, bisa banyak tafsiran mengapa Hayati dan 
Zainuddin 'dibunuh'oleh Hamka dalam TKvW. Kalau saya (dalam sebuah artikel yng 
barusan saya kirim ke Kompas tentang sastra, etnisitas dan nasionalisme; 
mudah2an terbit) melihatnya dari segi lain. Pertama, tak dapat dinafikan 
pengaruh aliran romantisme yg sedang menggejala dalam dunia sastra Indonesia 
thun 1920-30-an. Kedua, menurut saya Hamka adalah seorang pengarang yang 
berusaha mengkampanyekan KEINDONESIAAN dalam karya2nya, dalam konteks bahwa 
ekslusivisme etnisitas harus dibuka untuk membangun sebuah nasion Indonesia 
baru yang sangat plural dari segi etnis. Itu sebabnya dalam beberapa novelnya 
muncul tokoh2 lintas etnis. Kasus yg sangat jelas tampak pada MERANTAU KE DELI. 
Tentu saja di sini ia juga mengeritik adat Minang. Hamka mengkampanyekan 
perkawinan antar etnis, asal seagama. 
 
Salam,
Suryadi
 


 Dari: Dr Saafroedin Bahar 
Kepada: Rantau Net Rantau Net  
Dikirim: Selasa, 26 Maret 2013 7:56
Judul: Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.
  
Bung Zet, nan nampak dek ambo, wakatu mudo - wakatu gala tu dilakekkan ka 
baliau - Buya samo sekali indak bangga jo adat Minangkabau, walau sangat mahir 
bapatatah-petitih. Bahkan wakatu baliau alah jadi urang, dalam buku " 
Tenggelamnya Kapal van der Wijk" itu, rasa getir taradok adat Minangkabau itu 
masih  kelihatan. Dua tokohnya, Zainuddin dan Hayati, ' dibunuh ' oleh Buya 
Hamka.
Saya melihat ada perubahan pada Buya Hamka pada tahun 1970, sewaktu beliau 
hadir di Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar, bersama 
Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan, dalam usia 62 tahun. Beliau bukan saja 
telah nyaman dengan gelar pusaka yang sudah disandangnya sejak remaja itu, 
tetapi juga membela Minangkabau dari gelitikan Onggang dalam buku beliau " 
Tuanku Rao". Jadi faktor usia dan gelitikan Onggang Parlindungan mungkin ada 
pengaruhnya juga.
Mudah-mudahan saya salah.
Wassalam,
SB. 
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




Bls: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Lies Suryadi
Menarik! menarik!
Bisa didiskusikan lebih lanjut. Hamka tampaknya 'benci tapi rindu' ka Adat 
Minang. Atau iko dilema ulama Minangkabau? Ambo liek ulama2 nan lain juo 
cenderung indak mamakai gala, meskipun menurut logika, kalau lah gadang, 
seorang Minang (walau inyo ulama) tantu harus lakek gala ka inyo. Apo ado data2 
statistik: bara urang ulama Minangkabau kini nan punyo gala? Dan bara urang nan 
cenderung mamakai gala tu atau 'menyembunyikannyo'? Nan jaleh, manuruik hemat 
ambo, fenomena ulama nan 'maandok2án' gala adatnyo ko (baca: cenderung indak 
namuah mamakai gala adatnyo, walaupun namuah ditabalkan dek kaumnyo), 
menunjukkan dilema Minangkabau. Baa pandapek urang gadang basa batuah di lapau 
tu?
 
Salam,
Suryadi
 


 Dari: Z Chaniago 
Kepada: rantaunet@googlegroups.com 
Dikirim: Selasa, 26 Maret 2013 7:37
Judul: Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.
  

Assalamu'alaikum Ww

Pak Saaf dan Mak Kusia ANB

ado ciek hal nan jadi tando-tanyo ambo nan alun tajawabdan hal iko 
seringkali dipakai urang dalam berdiskusi tentang adat vs agama, yaitu gala Dt 
Indomo nan disandang almarhum disaat baliau baliak dari Haji... 

Nah...baa mangko Buya HAMKA dalam keseharian baliau indak tamusahua dengan Dt 
Indomo yang disandang beliau ?
Malah dalam nama pena juga tidak memakai gala tsb..., jika dibandingkan dengan 
Nur St Iskandar, Tan Malaka, dll 
Padahal dalam keseharian di Sungai Batang dan Tanjuang Sani jarang sekali 
urang dipanggia namo sasuai jo adagium 'ketek banamo gadang bagala'

Mungkin Mak Kusia ANB punyo 'untold story'-nyo ? 

Wassalam
Z Chaniago - Palai Rinuak


 
Pada 26 Maret 2013 11.54, Dr. Saafroedin Bahar  menulis:


>
>
>
>From: "Dr. Saafroedin Bahar" 
>>Date: 26 Maret 2013 11:49:21 WIB
>>To: Akmal Nasery Basral 
>>Subject: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP. 
>>
>>
>Selama ini, ada dua karangan Buya Hamka yang sangat saya kagumi, yaitu " 
>Tenggelamnya Kapal van der Wijk " dan " Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi 
>". Saya tidak tahu banyak tentang riwayat hidup Buya Hamka.
>>Buku Bung Akmal membuka mata saya. Sama sekali tidak saya duga pengalaman 
>>Buya Hamka semasa kecil demikian tragis, menghadapi seorang ayah yang sangat 
>>kaku, dan bagaikan tanpa dosa telah menceraikan ibunya untuk kawin dengan 
>>perempuan lain, sesuai dengan anjuran para ninik mamak pemangku adat . 
>>Sebagai seorang yang mempunyai intelijensi tinggi, kritis, dan berani, Hamka 
>>kecil memberontak, dan dengan modal nekad meninggalkan Ayahnya, sampai sakit 
>>keras di Bengkulu. Juga dengan modal nekad beliau pergi haji dengan membeli 
>>tiket satu kali jalan, ingin belajar agama dengan cara apapun, oleh karena 
>>Ayah beliau tidak menepati janji. Pertemuan dengan Haji Agus Salim telah 
>>mengubah jalan hidup beliau.
>>Saya sampaikan salut setinggi-tingginya kepada Buya Hamka dan kepada Bung 
>>Akmal yang telah menulis novel sejarah ini dengan bahasa yang demikian 
>>lancar. 
>>Sebagai orang Padangpanjang, saya tahu persis lokasi yang disebutkan Bung 
>>Akmal. Rumah orang tua saya di Pasar Usang, dekat bioskop " Rex " ( bukan 
>>Cinema Theater yang di Gatangan ) milik keluarga Lim Bun Kai, tidak jauh dari 
>>Surau Jembatan Besi. Sesekali saya sholat di sana. Saya lebih senang di 
>>Mesjid Pasar Usang yang lebih besar. 
>>Secara khusus yang menjadi perhatian saya selaku pemerhati ABS SBK adalah 
>>kenyataan bahwa adat dan agama Islam hampir selalu berkonflik dalam 
>>masyarakat Minangkabau sampai abad ke 21 sekarang ini, walau Tuanku Imam 
>>Bonjol telah berusaha meletakkan dasar- dasar ' islah ' pada tahun 1832, 
>>hampir dua abad yang lalu. Jadi nasib yang dialami oleh " Deklarasi ABS SBK" 
>>tanggal 14 Januari 2013  - yang diprakarsai BK3AM dan Gebu Minang, serta 
>>diitandatangani oleh 35 tokoh perantau -  bukanlah barang baru, tetapi 
>>sekedar pengulangan dari konflik laten dua system nilai dalam masyarakat 
>>Minangkabau, yang belum berhasil berosmose, dan masih tetap ibarat air dan 
>>minyak. 
>>Saya jadi teringat lagi pada ratok tangih bung Febian dalam  " Salamaik Pagi 
>>Minangkabau ". Apakah Minangkabau ini ibarat sebuah kapal yang hendak karam ? 
>>Entahlah. Mudah- mudah jangan, oleh karena - sesuai dengan ajaran Islam Q:Ar 
>>Ra'd ayat 11, nasib di tangan kita sendiri.
>>Terima kasih sekali lagi, bung Akmal.
>>
>>
>>-- 
>>Z Chaniago - Palai Rinuak 
>>
>>Alam Minangkabau semakin memukau oleh kemilau Danau Maninjau  .
>>
>>Sayangi Danau Maninjau - 
>>
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta Ranta

Bls: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Lies Suryadi
He he...mungkin itu sababnyo mah, Pak Saaf, Abdul Wadud nan pai jo ayahnyo ka 
pembuangan 'Inyiak Dotor' di Sukabumi, bukan kakaknyo, Hamka.
 
Salam,
Suryadi
 


 Dari: Dr. Saafroedin Bahar 
Kepada: rantaunet rantaunet rantaunet  
Dikirim: Selasa, 26 Maret 2013 5:54
Judul: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.
  




From: "Dr. Saafroedin Bahar" 
>Date: 26 Maret 2013 11:49:21 WIB
>To: Akmal Nasery Basral 
>Subject: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP. 
>
>
Selama ini, ada dua karangan Buya Hamka yang sangat saya kagumi, yaitu " 
Tenggelamnya Kapal van der Wijk " dan " Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi ". 
Saya tidak tahu banyak tentang riwayat hidup Buya Hamka.
>Buku Bung Akmal membuka mata saya. Sama sekali tidak saya duga pengalaman Buya 
>Hamka semasa kecil demikian tragis, menghadapi seorang ayah yang sangat kaku, 
>dan bagaikan tanpa dosa telah menceraikan ibunya untuk kawin dengan perempuan 
>lain, sesuai dengan anjuran para ninik mamak pemangku adat . Sebagai seorang 
>yang mempunyai intelijensi tinggi, kritis, dan berani, Hamka kecil 
>memberontak, dan dengan modal nekad meninggalkan Ayahnya, sampai sakit keras 
>di Bengkulu. Juga dengan modal nekad beliau pergi haji dengan membeli tiket 
>satu kali jalan, ingin belajar agama dengan cara apapun, oleh karena Ayah 
>beliau tidak menepati janji. Pertemuan dengan Haji Agus Salim telah mengubah 
>jalan hidup beliau.
>Saya sampaikan salut setinggi-tingginya kepada Buya Hamka dan kepada Bung 
>Akmal yang telah menulis novel sejarah ini dengan bahasa yang demikian lancar. 
>Sebagai orang Padangpanjang, saya tahu persis lokasi yang disebutkan Bung 
>Akmal. Rumah orang tua saya di Pasar Usang, dekat bioskop " Rex " ( bukan 
>Cinema Theater yang di Gatangan ) milik keluarga Lim Bun Kai, tidak jauh dari 
>Surau Jembatan Besi. Sesekali saya sholat di sana. Saya lebih senang di Mesjid 
>Pasar Usang yang lebih besar. 
>Secara khusus yang menjadi perhatian saya selaku pemerhati ABS SBK adalah 
>kenyataan bahwa adat dan agama Islam hampir selalu berkonflik dalam masyarakat 
>Minangkabau sampai abad ke 21 sekarang ini, walau Tuanku Imam Bonjol telah 
>berusaha meletakkan dasar- dasar ' islah ' pada tahun 1832, hampir dua abad 
>yang lalu. Jadi nasib yang dialami oleh " Deklarasi ABS SBK" tanggal 14 
>Januari 2013  - yang diprakarsai BK3AM dan Gebu Minang, serta diitandatangani 
>oleh 35 tokoh perantau -  bukanlah barang baru, tetapi sekedar pengulangan 
>dari konflik laten dua system nilai dalam masyarakat Minangkabau, yang belum 
>berhasil berosmose, dan masih tetap ibarat air dan minyak. 
>Saya jadi teringat lagi pada ratok tangih bung Febian dalam  " Salamaik Pagi 
>Minangkabau ". Apakah Minangkabau ini ibarat sebuah kapal yang hendak karam ? 
>Entahlah. Mudah- mudah jangan, oleh karena - sesuai dengan ajaran Islam Q:Ar 
>Ra'd ayat 11, nasib di tangan kita sendiri.
>Terima kasih sekali lagi, bung Akmal.
>
>Sent from my iPad
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-terti

Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Z Chaniago
Assalamu'alaikum Ww

Pak Saaf n.a.h...

Iko nan menarik juo bagi ambo , mungkin iko akan masuak di trilogi-nyo
nan direncanakan ANB, hal dan/atau peristiwa apakah yang membuat Buya
HAMKA demikian ? Yang membuat Buya HAMKA menjadi berubah menjadi lebih
nyaman dengan gala pusako tsb mungkasuik ambo.

Sekedar pelengkap data...di tahun 1955 dalam buku " Islam dan Adat
Minangkabau " secara eksplisit Buya Hamka masih menganggap adat itu sebagai
hal nan biaso sajo.

Wassalam
Z Chaniago - Palai R


Pada 26 Maret 2013 13.56, Dr Saafroedin Bahar <
saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis:

> Bung Zet, nan nampak dek ambo, wakatu mudo - wakatu gala tu dilakekkan ka
> baliau - Buya samo sekali indak bangga jo adat Minangkabau, walau sangat
> mahir bapatatah-petitih. Bahkan wakatu baliau alah jadi urang, dalam buku "
> Tenggelamnya Kapal van der Wijk" itu, rasa getir taradok adat Minangkabau
> itu masih  kelihatan. Dua tokohnya, Zainuddin dan Hayati, ' dibunuh ' oleh
> Buya Hamka.
> Saya melihat ada perubahan pada Buya Hamka pada tahun 1970, sewaktu beliau
> hadir di Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar,
> bersama Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan, dalam usia 62 tahun. Beliau
> bukan saja telah nyaman dengan gelar pusaka yang sudah disandangnya sejak
> remaja itu, tetapi juga membela Minangkabau dari gelitikan Onggang dalam
> buku beliau " Tuanku Rao". Jadi faktor usia dan gelitikan Onggang
> Parlindungan mungkin ada pengaruhnya juga.
> Mudah-mudahan saya salah.
> Wassalam,
> SB.
> Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-26 Terurut Topik Aulia R. Putera


Sent from my iPad

On Mar 26, 2013, at 2:56 PM, "Dr Saafroedin Bahar" 
 wrote:

> Bung Zet, nan nampak dek ambo, wakatu mudo - wakatu gala tu dilakekkan ka 
> baliau - Buya samo sekali indak bangga jo adat Minangkabau, walau sangat 
> mahir bapatatah-petitih. Bahkan wakatu baliau alah jadi urang, dalam buku " 
> Tenggelamnya Kapal van der Wijk" itu, rasa getir taradok adat Minangkabau itu 
> masih  kelihatan. Dua tokohnya, Zainuddin dan Hayati, ' dibunuh ' oleh Buya 
> Hamka.
> Saya melihat ada perubahan pada Buya Hamka pada tahun 1970, sewaktu beliau 
> hadir di Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar, bersama 
> Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan, dalam usia 62 tahun. Beliau bukan saja 
> telah nyaman dengan gelar pusaka yang sudah disandangnya sejak remaja itu, 
> tetapi juga membela Minangkabau dari gelitikan Onggang dalam buku beliau " 
> Tuanku Rao". Jadi faktor usia dan gelitikan Onggang Parlindungan mungkin ada 
> pengaruhnya juga.
> Mudah-mudahan saya salah.
> Wassalam,
> SB. 
> Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
> 
> -- 
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>  1. E-mail besar dari 200KB;
>  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
>  3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
> http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
> subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> --- 
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
> Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
> email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
> 
> 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-25 Terurut Topik Dr Saafroedin Bahar
Bung Zet, nan nampak dek ambo, wakatu mudo - wakatu gala tu dilakekkan ka 
baliau - Buya samo sekali indak bangga jo adat Minangkabau, walau sangat mahir 
bapatatah-petitih. Bahkan wakatu baliau alah jadi urang, dalam buku " 
Tenggelamnya Kapal van der Wijk" itu, rasa getir taradok adat Minangkabau itu 
masih  kelihatan. Dua tokohnya, Zainuddin dan Hayati, ' dibunuh ' oleh Buya 
Hamka.
Saya melihat ada perubahan pada Buya Hamka pada tahun 1970, sewaktu beliau 
hadir di Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar, bersama 
Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan, dalam usia 62 tahun. Beliau bukan saja 
telah nyaman dengan gelar pusaka yang sudah disandangnya sejak remaja itu, 
tetapi juga membela Minangkabau dari gelitikan Onggang dalam buku beliau " 
Tuanku Rao". Jadi faktor usia dan gelitikan Onggang Parlindungan mungkin ada 
pengaruhnya juga.
Mudah-mudahan saya salah.
Wassalam,
SB. 
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




Re: [R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-25 Terurut Topik Z Chaniago
Assalamu'alaikum Ww

Pak Saaf dan Mak Kusia ANB

ado ciek hal nan jadi tando-tanyo ambo nan alun tajawabdan hal iko
seringkali dipakai urang dalam berdiskusi tentang adat vs agama, yaitu gala
Dt Indomo nan disandang almarhum disaat baliau baliak dari Haji...

Nah...baa mangko Buya HAMKA dalam keseharian baliau indak tamusahua dengan
Dt Indomo yang disandang beliau ?
Malah dalam nama pena juga tidak memakai gala tsb..., jika dibandingkan
dengan Nur St Iskandar, Tan Malaka, dll
Padahal dalam keseharian di Sungai Batang dan Tanjuang Sani jarang
sekali urang dipanggia namo sasuai jo adagium 'ketek banamo gadang bagala'

Mungkin Mak Kusia ANB punyo 'untold story'-nyo ?

Wassalam
Z Chaniago - Palai Rinuak



Pada 26 Maret 2013 11.54, Dr. Saafroedin Bahar menulis:

>
>
> *From:* "Dr. Saafroedin Bahar" 
> *Date:* 26 Maret 2013 11:49:21 WIB
> *To:* Akmal Nasery Basral 
> *Subject:* *Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP. *
>
> Selama ini, ada dua karangan Buya Hamka yang sangat saya kagumi, yaitu "
> Tenggelamnya Kapal van der Wijk " dan " Adat Minangkabau Menghadapi
> Revolusi ". Saya tidak tahu banyak tentang riwayat hidup Buya Hamka.
> Buku Bung Akmal membuka mata saya. Sama sekali tidak saya duga pengalaman
> Buya Hamka semasa kecil demikian tragis, menghadapi seorang ayah yang
> sangat kaku, dan bagaikan tanpa dosa telah menceraikan ibunya untuk kawin
> dengan perempuan lain, sesuai dengan anjuran para ninik mamak pemangku adat
> . Sebagai seorang yang mempunyai intelijensi tinggi, kritis, dan berani,
> Hamka kecil memberontak, dan dengan modal nekad meninggalkan Ayahnya,
> sampai sakit keras di Bengkulu. Juga dengan modal nekad beliau pergi haji
> dengan membeli tiket satu kali jalan, ingin belajar agama dengan cara
> apapun, oleh karena Ayah beliau tidak menepati janji. Pertemuan dengan Haji
> Agus Salim telah mengubah jalan hidup beliau.
> Saya sampaikan salut setinggi-tingginya kepada Buya Hamka dan kepada Bung
> Akmal yang telah menulis novel sejarah ini dengan bahasa yang demikian
> lancar.
> Sebagai orang Padangpanjang, saya tahu persis lokasi yang disebutkan Bung
> Akmal. Rumah orang tua saya di Pasar Usang, dekat bioskop " Rex " ( bukan
> Cinema Theater yang di Gatangan ) milik keluarga Lim Bun Kai, tidak jauh
> dari Surau Jembatan Besi. Sesekali saya sholat di sana. Saya lebih senang
> di Mesjid Pasar Usang yang lebih besar.
> Secara khusus yang menjadi perhatian saya selaku pemerhati ABS SBK adalah
> kenyataan bahwa adat dan agama Islam hampir selalu berkonflik dalam
> masyarakat Minangkabau sampai abad ke 21 sekarang ini, walau Tuanku Imam
> Bonjol telah berusaha meletakkan dasar- dasar ' islah ' pada tahun 1832,
> hampir dua abad yang lalu. Jadi nasib yang dialami oleh " Deklarasi ABS
> SBK" tanggal 14 Januari 2013  - yang diprakarsai BK3AM dan Gebu Minang,
> serta diitandatangani oleh 35 tokoh perantau -  bukanlah barang baru,
> tetapi sekedar pengulangan dari konflik laten dua system nilai dalam
> masyarakat Minangkabau, yang belum berhasil berosmose, dan masih tetap
> ibarat air dan minyak.
> Saya jadi teringat lagi pada ratok tangih bung Febian dalam  " Salamaik
> Pagi Minangkabau ". Apakah Minangkabau ini ibarat sebuah kapal yang hendak
> karam ? Entahlah. Mudah- mudah jangan, oleh karena - sesuai dengan ajaran
> Islam Q:Ar Ra'd ayat 11, nasib di tangan kita sendiri.
> Terima kasih sekali lagi, bung Akmal.
>
>
> --
> Z Chaniago - Palai Rinuak
>
> Alam Minangkabau semakin memukau oleh kemilau Danau Maninjau  .
>
> Sayangi Danau Maninjau -
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




[R@ntau-Net] Fwd: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP.

2013-03-25 Terurut Topik Dr. Saafroedin Bahar


> From: "Dr. Saafroedin Bahar" 
> Date: 26 Maret 2013 11:49:21 WIB
> To: Akmal Nasery Basral 
> Subject: Kesan saya setelah membaca cepat-cepat TCBP. 
> 
> Selama ini, ada dua karangan Buya Hamka yang sangat saya kagumi, yaitu " 
> Tenggelamnya Kapal van der Wijk " dan " Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi 
> ". Saya tidak tahu banyak tentang riwayat hidup Buya Hamka.
> Buku Bung Akmal membuka mata saya. Sama sekali tidak saya duga pengalaman 
> Buya Hamka semasa kecil demikian tragis, menghadapi seorang ayah yang sangat 
> kaku, dan bagaikan tanpa dosa telah menceraikan ibunya untuk kawin dengan 
> perempuan lain, sesuai dengan anjuran para ninik mamak pemangku adat . 
> Sebagai seorang yang mempunyai intelijensi tinggi, kritis, dan berani, Hamka 
> kecil memberontak, dan dengan modal nekad meninggalkan Ayahnya, sampai sakit 
> keras di Bengkulu. Juga dengan modal nekad beliau pergi haji dengan membeli 
> tiket satu kali jalan, ingin belajar agama dengan cara apapun, oleh karena 
> Ayah beliau tidak menepati janji. Pertemuan dengan Haji Agus Salim telah 
> mengubah jalan hidup beliau.
> Saya sampaikan salut setinggi-tingginya kepada Buya Hamka dan kepada Bung 
> Akmal yang telah menulis novel sejarah ini dengan bahasa yang demikian 
> lancar. 
> Sebagai orang Padangpanjang, saya tahu persis lokasi yang disebutkan Bung 
> Akmal. Rumah orang tua saya di Pasar Usang, dekat bioskop " Rex " ( bukan 
> Cinema Theater yang di Gatangan ) milik keluarga Lim Bun Kai, tidak jauh dari 
> Surau Jembatan Besi. Sesekali saya sholat di sana. Saya lebih senang di 
> Mesjid Pasar Usang yang lebih besar. 
> Secara khusus yang menjadi perhatian saya selaku pemerhati ABS SBK adalah 
> kenyataan bahwa adat dan agama Islam hampir selalu berkonflik dalam 
> masyarakat Minangkabau sampai abad ke 21 sekarang ini, walau Tuanku Imam 
> Bonjol telah berusaha meletakkan dasar- dasar ' islah ' pada tahun 1832, 
> hampir dua abad yang lalu. Jadi nasib yang dialami oleh " Deklarasi ABS SBK" 
> tanggal 14 Januari 2013  - yang diprakarsai BK3AM dan Gebu Minang, serta 
> diitandatangani oleh 35 tokoh perantau -  bukanlah barang baru, tetapi 
> sekedar pengulangan dari konflik laten dua system nilai dalam masyarakat 
> Minangkabau, yang belum berhasil berosmose, dan masih tetap ibarat air dan 
> minyak. 
> Saya jadi teringat lagi pada ratok tangih bung Febian dalam  " Salamaik Pagi 
> Minangkabau ". Apakah Minangkabau ini ibarat sebuah kapal yang hendak karam ? 
> Entahlah. Mudah- mudah jangan, oleh karena - sesuai dengan ajaran Islam Q:Ar 
> Ra'd ayat 11, nasib di tangan kita sendiri.
> Terima kasih sekali lagi, bung Akmal.
> 
> Sent from my iPad

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.