[R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Akmal Nasery Basral
Ada yang mau berkomentar?

Salam,

ANB

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/12/23/nh0yp6-irfan-hamka-buya-ucapkan-selamat-natal

REPUBLIKA.CO.ID , JAKARTA -- Putra mantan ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka membantah ayahnya
melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristiani. Irfan
mengatakan, dalam fatwa yang dikeluarkan Buya pada 1981, isinya bukan
pelarangan mengucapkan selamat Natal atau mengharamkannya.

Tapi, kata dia, yang diharamkan Buya adalah mengikuti ibadah Natal. Dia
menjelaskan, maksud ayahnya tersebut, umat Islam dilarang mengikuti ibadah
umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau
apapun yang termasuk ibadah pada hari Natal.

Dia mengisahkan, ayahnya dulu juga pernah mengucapkan selamat Natal bagi
penganut Kristen. Dulu saat tinggal di Kebayoran Baru, ungkap dia, ada dua
orang tetangga yang merupakan Kristiani. Nama kedua orang itu adalah Ong
Liong Sikh dan Reneker.

Saat ayahnya merayakan Idul Fitri, keduanya memberikan ucapan selamat
kepada Buya. Begitu pun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada
kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata
Irfan saat menirukan ucapan ayahnya kepada*Republika*, Selasa (23/12).

Ulama penulis novel *Tenggelamnya Kapal van der Wijck* tersebut
mengegaskan, dalam kata 'Natal kalian' untuk membatasi akidah. Pasalnya,
dalam Alquran dijelaskan 'Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku'. Bahkan, lanjut
Irfan, Buya juga pernah meminta istrinya untuk memberikan rendang kepada
tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat malam Natal,
melainkan tahun baru masehi.

Irfan menegaskan tidak masalah mengucapkan selamat Natal, asalkan
disertakan kata kalian atau bagi kaum Kristiano. Sebab, kata tersebut yang
membedakan antara aqidah masing-masing agama. Dia juga meminta umat Islam
untuk tidak mengucapkan selamat kepada umat Kristen sebelum umat tersebut
merayakan ibadahnya. Karena, menurut Irfan, kata selamat diucapkan setelah
peristiwa itu terjadi.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-24 Thread Sjamsir Sjarif
Kok buliah ambo batanyo sia ko urangnyo Buya Gusrizal Gazahar ko?
Salam, 
-- Makngah

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Bls: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-25 Thread 'Imran Al' via RantauNet
Ketua Komisi Fatwa MUI Sumbar Mak Ngah
imran, 38+, tingga di padang
 

 Pada Rabu, 24 Desember 2014 23:49, Sjamsir Sjarif 
 menulis:
   

 Kok buliah ambo batanyo sia ko urangnyo Buya Gusrizal Gazahar ko?
Salam, 
-- Makngah

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


   

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Darwin Chalidi
Lihat penjelasan komprehensive mengenai subject issue.

Watch "Habib Rizieq Syihab - Hukum Natal Berdasarkan Bibel, Literatur
Kristiani, Astronomi,Al Qur'an&Hadits" on YouTube -
https://www.youtube.com/watch?v=HoMbGc9Jivo&feature=youtube_gdata_player
On Dec 23, 2014 11:27 PM, "Akmal Nasery Basral"  wrote:

> Ada yang mau berkomentar?
>
> Salam,
>
> ANB
>
>
> http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/12/23/nh0yp6-irfan-hamka-buya-ucapkan-selamat-natal
>
> REPUBLIKA.CO.ID , JAKARTA -- Putra mantan ketua
> Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka membantah ayahnya
> melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristiani. Irfan
> mengatakan, dalam fatwa yang dikeluarkan Buya pada 1981, isinya bukan
> pelarangan mengucapkan selamat Natal atau mengharamkannya.
>
> Tapi, kata dia, yang diharamkan Buya adalah mengikuti ibadah Natal. Dia
> menjelaskan, maksud ayahnya tersebut, umat Islam dilarang mengikuti ibadah
> umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau
> apapun yang termasuk ibadah pada hari Natal.
>
> Dia mengisahkan, ayahnya dulu juga pernah mengucapkan selamat Natal bagi
> penganut Kristen. Dulu saat tinggal di Kebayoran Baru, ungkap dia, ada dua
> orang tetangga yang merupakan Kristiani. Nama kedua orang itu adalah Ong
> Liong Sikh dan Reneker.
>
> Saat ayahnya merayakan Idul Fitri, keduanya memberikan ucapan selamat
> kepada Buya. Begitu pun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada
> kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata
> Irfan saat menirukan ucapan ayahnya kepada*Republika*, Selasa (23/12).
>
> Ulama penulis novel *Tenggelamnya Kapal van der Wijck* tersebut
> mengegaskan, dalam kata 'Natal kalian' untuk membatasi akidah. Pasalnya,
> dalam Alquran dijelaskan 'Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku'. Bahkan, lanjut
> Irfan, Buya juga pernah meminta istrinya untuk memberikan rendang kepada
> tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat malam Natal,
> melainkan tahun baru masehi.
>
> Irfan menegaskan tidak masalah mengucapkan selamat Natal, asalkan
> disertakan kata kalian atau bagi kaum Kristiano. Sebab, kata tersebut yang
> membedakan antara aqidah masing-masing agama. Dia juga meminta umat Islam
> untuk tidak mengucapkan selamat kepada umat Kristen sebelum umat tersebut
> merayakan ibadahnya. Karena, menurut Irfan, kata selamat diucapkan setelah
> peristiwa itu terjadi.
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Aslim Nurhasan ST SATI
Buya Gusrizal Gazahar


"Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama
Ini"
(Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk Membolehkan
Ucapan "Selamat Natal")

Seorang yang dipanggil "Buya" berasal dari Ranah ini, tertawa mendengarkan
ada yang mengharamkan ucapan "selamat natal" bagi kaum muslimin.
Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya,
tertawa, mencemooh dan melontarkan cap "picik" kepada orang yang berbeda
dengannya.
Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi tafsir.
Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan politik yang
berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun menyimpang. Itu
lah yang mereka sebut realistis 

Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan
ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah
terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam
syari'at Islam.
Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan
dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku
berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam
tubuh umat Islam.
Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan "bukan itu yang kami maksud",
"anda tidak mengerti dengan istilah tsb" dan mereka akan mulai membawa kita
ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa
melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya.

"Bersilat lidah" melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus
terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan "selamat natal", mereka tak
segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy,
Musthafa al-Zarqa dan lainnya.

Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila
pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan
berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa "demokrasi itu
bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam". Ulama besar akan kecil
bila berbicara tak sesuai selera. Begitu lah sikap para cendikiawan yang
berpayung liberalisme dan pluralisme tsb.
Seharusnya umat ini sudah menyadari bahwa mereka bukanlah orang-orang yang
menghormati ulama yang mereka sebutkan itu dan mereka bukan pula
orang-orang yang mau berhujjah sebenarnya dengan landasan ajaran Islam.
Mereka tak lebih adalah orang-orang yang tunduk kepada realita walupun
menyimpang dari kebenaran yang diturunkan oleh Allah swt.

Mungkin akan ada pula berkomentar ketika membaca tulisan ini, "itu
tendensius". Mungkin akan ada yang muncul dengan pernyataan seperti orang
bijak, "saatnya berbicara "kita" bukan berbicara "kami" dan "mereka" karena
itu akan memperlebar jurang perbedaan". Saya hanya akan menanggapinya
dengan "bila hilang keberanian untuk berbeda dalam hak dan bathil maka
hilanglah pegangan dalam kehidupan dan jadilah orang hanyut dan lenyap
dalam pusaran kehidupan itu. Sekarang memang zamannya seseorang harus
berani menyatakan perbedaan walupun akan dituduh aneh bahkan dungu oleh
mereka yang merasa pintar".

Tak perlu berselindung di balik nama besar Al-Qaradhawiy dan lainnya ! Tak
perlu pula segan untuk mengatakan tidak setuju dengan pernyataan
al-Qaradhawiy dan lainnya ! Bukankah itu sikap kritis yang tuan-tuan
ajarkan wahai kaum pluralis ???!!!
Kalau pandangan yang merujuk kepada para imam-imam madzhab saja tuan-tuan
cemoohkan dengan istilah "berfikir fiqh orientik", kenapa pernyataan Yusuf
al-Qaradhawiy dan al-Zarqa menjadi azimat bagi tuan-tuan untuk mengatakan
yang sesuai dengan selera tuan-tuan ? Kemana sikap kritis tuan-tuan selama
ini ?
Oh ya maaf, saya lupa bahwa tuan-tuan tak akan mau mengkritisinya atau
mungkin tidak mampu karena bagi tuan-tuan, landasan kritik itu hanya
realita dan kepentingan. Mana ada analisis ushul fiqh ?!! Ushul Fiqh kan
kurungan berfikir yang membuat picik menurut pandangan tuan-tuan.

Terserah tuan-tuan lah dalam menggunakan cercaan. Kami tetap akan mengurai
simpul fatwa ulama tersebut dengan ilmu alat yang selama ini menjadi
kerangka berfikir para ulama. Semoga tuan-tuan bisa merenungkannya !

Pendapat yang membolehkan ucapan selamat hari natal yang merupakan perayaan
atas kelahiran Isa sebagai anak tuhan, biasanya dilandaskan kepada firman
Allah swt ayat 8 surat "al-Mumtahanah" yang tidak melarang seorang muslim
memperlakukan non muslim dengan baik selama mereka tidak memerangi kaum
muslimin.
{لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ
وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا
إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ} [الممتحنة : 8]
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil". (QS. al-Mumtahanah 60:8)

Penafsi

Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Akmal Nasery Basral
Mak Darwin n.a.h.

Maksud ambo dengan pertanyaan "Ada yang mau komentar" adalah menyangkut
penjelasan H. Irfan Hamka tentang perkataan ayahandanya itu.
Tersebab di palanta ko banyak yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar
bahkan kenal pribadi dengan Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini
sebelumnya?

Wassalam,

ANB

Pada 24 Desember 2014 07.08, Darwin Chalidi  menulis:

> Lihat penjelasan komprehensive mengenai subject issue.
>
> Watch "Habib Rizieq Syihab - Hukum Natal Berdasarkan Bibel, Literatur
> Kristiani, Astronomi,Al Qur'an&Hadits" on YouTube -
> https://www.youtube.com/watch?v=HoMbGc9Jivo&feature=youtube_gdata_player
> On Dec 23, 2014 11:27 PM, "Akmal Nasery Basral" 
> wrote:
>
>> Ada yang mau berkomentar?
>>
>> Salam,
>>
>> ANB
>>
>>
>> http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/12/23/nh0yp6-irfan-hamka-buya-ucapkan-selamat-natal
>>
>> REPUBLIKA.CO.ID , JAKARTA -- Putra mantan ketua
>> Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka membantah ayahnya
>> melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristiani. Irfan
>> mengatakan, dalam fatwa yang dikeluarkan Buya pada 1981, isinya bukan
>> pelarangan mengucapkan selamat Natal atau mengharamkannya.
>>
>> Tapi, kata dia, yang diharamkan Buya adalah mengikuti ibadah Natal. Dia
>> menjelaskan, maksud ayahnya tersebut, umat Islam dilarang mengikuti ibadah
>> umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau
>> apapun yang termasuk ibadah pada hari Natal.
>>
>> Dia mengisahkan, ayahnya dulu juga pernah mengucapkan selamat Natal bagi
>> penganut Kristen. Dulu saat tinggal di Kebayoran Baru, ungkap dia, ada dua
>> orang tetangga yang merupakan Kristiani. Nama kedua orang itu adalah Ong
>> Liong Sikh dan Reneker.
>>
>> Saat ayahnya merayakan Idul Fitri, keduanya memberikan ucapan selamat
>> kepada Buya. Begitu pun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada
>> kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata
>> Irfan saat menirukan ucapan ayahnya kepada*Republika*, Selasa (23/12).
>>
>> Ulama penulis novel *Tenggelamnya Kapal van der Wijck* tersebut
>> mengegaskan, dalam kata 'Natal kalian' untuk membatasi akidah. Pasalnya,
>> dalam Alquran dijelaskan 'Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku'. Bahkan, lanjut
>> Irfan, Buya juga pernah meminta istrinya untuk memberikan rendang kepada
>> tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat malam Natal,
>> melainkan tahun baru masehi.
>>
>> Irfan menegaskan tidak masalah mengucapkan selamat Natal, asalkan
>> disertakan kata kalian atau bagi kaum Kristiano. Sebab, kata tersebut yang
>> membedakan antara aqidah masing-masing agama. Dia juga meminta umat Islam
>> untuk tidak mengucapkan selamat kepada umat Kristen sebelum umat tersebut
>> merayakan ibadahnya. Karena, menurut Irfan, kata selamat diucapkan setelah
>> peristiwa itu terjadi.
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>> Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keangg

Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Aslim Nurhasan ST SATI
Buya Gusrizal Gazahar

December 18 at 12:28am
 ·
Edited

·

"Ayat Itu Menjatuhkan Tuan-tuan Bukan Menegakkan"
(Dalil kelompok Pluralisme Membolehkan Ucapan Selamat Natal, Adalah Hujjah
Salah Pasang Atau "Salah Samek")

Bila kaum pluralis berhujjah dengan ayat Al-Qur'an untuk membela fatwa
bolehnya mengucapkan selamat natal atau selamat hari raya peribadatan agama
apapun yang dirayakan oleh kaum kafir, kita akan menemukan ayat 33 surat
Maryam adalah andalan mereka.

{وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ
حَيًّا} [مريم : 33]
"Dan salam semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (QS. maryam
19:33)

Seolah-olah dengan satu ayat itu, menurut mereka selesailah perkara dan
gugurkah pandangan para ulama yang tidak hanya berhujjah dengan satu dalil.
Anehnya lagi dalam menggunakan ayat itu sebagai hujjah, mereka terlihat
sekali tidak jujur secara ilmiah dan sangat jelaskan memaksakan maksud ayat
agar sesuai dengan selera mereka.

Mungkin ini lah bukti nyata dari firman Allah swt:
{وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتَابِ
لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ
مِنْ عِندِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [آل عمران : 78]
"Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya
membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al
Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang
dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah.
Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui". (QS. Ali
'Imran 3:78)

Dan dikuatkan lagi oleh sabda Rasul saw:
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من قال في
القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار" (رواه النسائي و ابن حبان)
"Dari Ibnu 'Abbas ra, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda: siapa yang
berbicara tentang Al-Qur'an dengan nalarnya (semata) maka tempatilah
kedudukanya dari api neraka". (HR. al-Nasa'iy dan Ibnu Hibban)

Bagaimana tidak ?!
Cobalah perhatikan bagaimana mereka mencabut ayat ayat itu dan menjadikan
huruf "waw" pada kata وَالسَّلَامُ tidak bermakna padahal ia merupakan
"huruf 'athaf" yang begitu penting dikala memahami munasabah (keharmonisan
atau kesesuaian) antara ayat dengan ayat sebelumnya. (Lihat i'rab "waw" ini
dalam kitab al-Tibyan fi i'rab al-Qur'an" karya Abu al-Baqa' al-'Akbariy).
Mungkin mereka menganggap itu hanya huruf permulaan yang tidak ada
hubungannya dengan ayat sebelumnya.
Dari titik awal itu saja, sudah ketahuan penipuan mereka terhadap umat.
Mereka putuskan hubungan antara ayat 33 surat Maryam itu dengan ayat-ayat
sebelumnya khususnya ayat 30 s/d 32 :

{قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا}
[مريم : 30]
( 30 ) Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al
Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
{وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ
وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا} [مريم : 31]
( 31 ) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup;
{وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا} [مريم : 32]
( 32 ) dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong lagi celaka.

Dan mereka malah sengaja melupakan ayat yang senada dengan itu dalam surat
yang sama (Surat Maryam) yaitu ayat 15 :
{وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ
حَيًّا} [مريم : 15]
( 15 ) Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia
meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.

Pekerjaan seperti inilah yang dinamakan pengkhianatan ilmiah ! Padahal
"ilmu munasabat" yang mengkaji tentang keharmonisan antara ayat dengan ayat
bahkan surat dengan surat, merupakan pembahasan dasar dalam ilmu tafsir.
Sehingga sangat mengherankan bila profesor tafsir bisa melupakan hal ini.
Mungkin mereka yang mengaku penganut "faham galauisme" atau "relatifisme",
akan mengatakan bahwa itu kan relatif bukanlah kepastian. Sayangnya
pernyataan seperti itu akan berhadapan dengan dinding kokoh yang terdiri
dari tafsir-tafsir ulama terkemuka nan jauh di atas kaliber mereka seperti
yang dikatakan oleh al-Qadhi al-Baidhawiy dalam tafsir beliau "Anwar
al-Tanzil wa Asrar al-Ta'wil" berikut ini:

وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ
حَيًّا كما هو على يحيى والتعريف للعهد والأظهر أنه للجنس والتعريض باللعن على
أعدائه، فإنه لما جعل جنس السلام على نفسه عرض بأن ضده عليهم كقوله تعالى:
وَالسَّلامُ عَلى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدى فإنه تعريض بأن العذاب على من كذب
وتولى

Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Akmal Nasery Basral
Kanda Aslim n.a.h.

Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan
pertanyaan "Ada yang mau komentar" adalah menyangkut penjelasan H. Irfan
Hamka tentang perkataan ayahandanya itu.  Tersebab di palanta ko banyak
yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan
Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya?

Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan pertanyaan
general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal.

Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti:

A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan
itu.
B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan.
C. Tidak tahu.


Terima kasih

Wassalam,

ANB

Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI 
menulis:

>
>
> Buya Gusrizal Gazahar
> 
>
> "Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama
> Ini"
> (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk
> Membolehkan Ucapan "Selamat Natal")
>
> Seorang yang dipanggil "Buya" berasal dari Ranah ini, tertawa mendengarkan
> ada yang mengharamkan ucapan "selamat natal" bagi kaum muslimin.
> Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya,
> tertawa, mencemooh dan melontarkan cap "picik" kepada orang yang berbeda
> dengannya.
> Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi tafsir.
> Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan politik yang
> berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun menyimpang. Itu
> lah yang mereka sebut realistis 
>
> Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan
> ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah
> terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam
> syari'at Islam.
> Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan
> dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku
> berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam
> tubuh umat Islam.
> Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan "bukan itu yang kami maksud",
> "anda tidak mengerti dengan istilah tsb" dan mereka akan mulai membawa kita
> ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa
> melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya.
>
> "Bersilat lidah" melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus
> terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan "selamat natal", mereka tak
> segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy,
> Musthafa al-Zarqa dan lainnya.
>
> Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila
> pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan
> berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa "demokrasi itu
> bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam". Ulama besar akan kecil
> bila berbicara tak sesuai selera. Begitu lah sikap para cendikiawan yang
> berpayung liberalisme dan pluralisme tsb.
> Seharusnya umat ini sudah menyadari bahwa mereka bukanlah orang-orang yang
> menghormati ulama yang mereka sebutkan itu dan mereka bukan pula
> orang-orang yang mau berhujjah sebenarnya dengan landasan ajaran Islam.
> Mereka tak lebih adalah orang-orang yang tunduk kepada realita walupun
> menyimpang dari kebenaran yang diturunkan oleh Allah swt.
>
> Mungkin akan ada pula berkomentar ketika membaca tulisan ini, "itu
> tendensius". Mungkin akan ada yang muncul dengan pernyataan seperti orang
> bijak, "saatnya berbicara "kita" bukan berbicara "kami" dan "mereka" karena
> itu akan memperlebar jurang perbedaan". Saya hanya akan menanggapinya
> dengan "bila hilang keberanian untuk berbeda dalam hak dan bathil maka
> hilanglah pegangan dalam kehidupan dan jadilah orang hanyut dan lenyap
> dalam pusaran kehidupan itu. Sekarang memang zamannya seseorang harus
> berani menyatakan perbedaan walupun akan dituduh aneh bahkan dungu oleh
> mereka yang merasa pintar".
>
> Tak perlu berselindung di balik nama besar Al-Qaradhawiy dan lainnya ! Tak
> perlu pula segan untuk mengatakan tidak setuju dengan pernyataan
> al-Qaradhawiy dan lainnya ! Bukankah itu sikap kritis yang tuan-tuan
> ajarkan wahai kaum pluralis ???!!!
> Kalau pandangan yang merujuk kepada para imam-imam madzhab saja tuan-tuan
> cemoohkan dengan istilah "berfikir fiqh orientik", kenapa pernyataan Yusuf
> al-Qaradhawiy dan al-Zarqa menjadi azimat bagi tuan-tuan untuk mengatakan
> yang sesuai dengan selera tuan-tuan ? Kemana sikap kritis tuan-tuan selama
> ini ?
> Oh ya maaf, saya lupa bahwa tuan-tuan tak akan mau mengkritisinya atau
> mungkin tidak mampu karena bagi tuan-tuan, landasan kritik itu hanya
> realita dan kepentingan. Mana ada analisis ushul fiqh ?!! Ushul Fiqh kan
> kurungan berfikir yang membuat picik menurut pandangan tuan-tuan.
>
> Terserah tuan-

Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Aslim Nurhasan ST SATI
jo topik -->Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
+ pertanyaan -->Ada yang mau berkomentar?

iyo ndak tabayang dek Ambo, kalau jawaban nan diinginkan adolah:
A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan
itu.
B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan.
C. Tidak tahu.

Sanak Akmal: mohon maaf, ateh kabodohan Ambo dalam babaso Indonesia.




2014-12-24 7:58 GMT+07:00 Akmal Nasery Basral :

> Kanda Aslim n.a.h.
>
> Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan
> pertanyaan "Ada yang mau komentar" adalah menyangkut penjelasan H. Irfan
> Hamka tentang perkataan ayahandanya itu.  Tersebab di palanta ko banyak
> yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan
> Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya?
>
> Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan
> pertanyaan general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal.
>
> Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti:
>
> A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah
> melakukan itu.
> B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan.
> C. Tidak tahu.
>
>
> Terima kasih
>
> Wassalam,
>
> ANB
>
> Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI 
> menulis:
>
>
>>
>> Buya Gusrizal Gazahar
>> 
>>
>> "Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama
>> Ini"
>> (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk
>> Membolehkan Ucapan "Selamat Natal")
>>
>> Seorang yang dipanggil "Buya" berasal dari Ranah ini, tertawa
>> mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan "selamat natal" bagi kaum
>> muslimin.
>> Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya,
>> tertawa, mencemooh dan melontarkan cap "picik" kepada orang yang berbeda
>> dengannya.
>> Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi
>> tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan
>> politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun
>> menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis 
>>
>> Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan
>> ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah
>> terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam
>> syari'at Islam.
>> Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan
>> dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku
>> berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam
>> tubuh umat Islam.
>> Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan "bukan itu yang kami maksud",
>> "anda tidak mengerti dengan istilah tsb" dan mereka akan mulai membawa kita
>> ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa
>> melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya.
>>
>> "Bersilat lidah" melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus
>> terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan "selamat natal", mereka tak
>> segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy,
>> Musthafa al-Zarqa dan lainnya.
>>
>> Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila
>> pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan
>> berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa "demokrasi itu
>> bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam". Ulama besar akan kecil
>> bila berbicara tak sesuai selera. Begitu lah sikap para cendikiawan yang
>> berpayung liberalisme dan pluralisme tsb.
>> Seharusnya umat ini sudah menyadari bahwa mereka bukanlah orang-orang
>> yang menghormati ulama yang mereka sebutkan itu dan mereka bukan pula
>> orang-orang yang mau berhujjah sebenarnya dengan landasan ajaran Islam.
>> Mereka tak lebih adalah orang-orang yang tunduk kepada realita walupun
>> menyimpang dari kebenaran yang diturunkan oleh Allah swt.
>>
>> Mungkin akan ada pula berkomentar ketika membaca tulisan ini, "itu
>> tendensius". Mungkin akan ada yang muncul dengan pernyataan seperti orang
>> bijak, "saatnya berbicara "kita" bukan berbicara "kami" dan "mereka" karena
>> itu akan memperlebar jurang perbedaan". Saya hanya akan menanggapinya
>> dengan "bila hilang keberanian untuk berbeda dalam hak dan bathil maka
>> hilanglah pegangan dalam kehidupan dan jadilah orang hanyut dan lenyap
>> dalam pusaran kehidupan itu. Sekarang memang zamannya seseorang harus
>> berani menyatakan perbedaan walupun akan dituduh aneh bahkan dungu oleh
>> mereka yang merasa pintar".
>>
>> Tak perlu berselindung di balik nama besar Al-Qaradhawiy dan lainnya !
>> Tak perlu pula segan untuk mengatakan tidak setuju dengan pernyataan
>> al-Qaradhawiy dan lainnya ! Bukankah itu sikap kritis yang tuan-tuan
>> ajarkan wahai kaum pluralis ???!!!
>> Kalau pandangan yang merujuk kepada para imam-imam madzhab saja t

Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Akmal Nasery Basral
Kanda Aslim,
tabayun/verifikasi itu perlu, hatta yang mengucapkan adalah putra Buya
Hamka. Ambo bisa menelpon langsung Pak Irfan Hamka, dan pasti dia akan
berkata bahwa kutipan di Republika itu benar.  Jadi harus ditelusuri dari
jalur lain (second opinion).

Karena waktu Buya wafat (1981) ambo masih anak ingusan, sementara para
senior Palanta RN ada yang menjadi jamaah di Al Azhar bahkan ada yang kenal
dekat secara pribadi dengan Buya, barangkali ada yang bisa memeriksa ulang
benar tidaknya pernyataan Pak Irfan Hamka itu.

Jadi ketika ambo menulis pendek "Ada yang mau komentar", karena berada di
bawah thread subyek "Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal" ambo merasa
arah pertanyaan ambo sudah jelas menyangkut hal itu.

Tetapi karena sudah ada dua tanggapan (dari Mak Darwin Chalidi dan kanda
Aslim) yang menyorongkan penjelasan boleh tidaknya mengucapkan selamat
natal dari dua sumber berbeda yang tak berkaitan dengan konteks perkataan
Pak Irfan Hamka, tampaknya ambo yang kurang jelas menjabarkan pertanyaan.
Sehingga kini ambo ulangi dengan (semoga) lebih jelas:

"Apakah ada di antara dunsanak Palanta RN yang bisa memastikan benar
tidaknya ucapan Irfan Hamka tentang sikap Buya Hamka mengucapkan selamat
natal bagi tetangganya itu?"

Wassalam,

ANB



Pada 24 Desember 2014 08.07, Aslim Nurhasan ST SATI 
menulis:

> jo topik -->Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
> + pertanyaan -->Ada yang mau berkomentar?
>
> iyo ndak tabayang dek Ambo, kalau jawaban nan diinginkan adolah:
> A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah
> melakukan itu.
> B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan.
> C. Tidak tahu.
>
> Sanak Akmal: mohon maaf, ateh kabodohan Ambo dalam babaso Indonesia.
>
>
>
>
> 2014-12-24 7:58 GMT+07:00 Akmal Nasery Basral :
>
>> Kanda Aslim n.a.h.
>>
>> Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan
>> pertanyaan "Ada yang mau komentar" adalah menyangkut penjelasan H. Irfan
>> Hamka tentang perkataan ayahandanya itu.  Tersebab di palanta ko banyak
>> yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan
>> Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya?
>>
>> Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan
>> pertanyaan general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal.
>>
>> Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti:
>>
>> A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah
>> melakukan itu.
>> B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan.
>> C. Tidak tahu.
>>
>>
>> Terima kasih
>>
>> Wassalam,
>>
>> ANB
>>
>> Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI 
>> menulis:
>>
>>
>>>
>>> Buya Gusrizal Gazahar
>>> 
>>>
>>> "Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan
>>> Selama Ini"
>>> (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk
>>> Membolehkan Ucapan "Selamat Natal")
>>>
>>> Seorang yang dipanggil "Buya" berasal dari Ranah ini, tertawa
>>> mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan "selamat natal" bagi kaum
>>> muslimin.
>>> Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa
>>> dilakukannya, tertawa, mencemooh dan melontarkan cap "picik" kepada orang
>>> yang berbeda dengannya.
>>> Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi
>>> tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan
>>> politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun
>>> menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis 
>>>
>>> Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan
>>> ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah
>>> terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam
>>> syari'at Islam.
>>> Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan
>>> dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku
>>> berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam
>>> tubuh umat Islam.
>>> Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan "bukan itu yang kami
>>> maksud", "anda tidak mengerti dengan istilah tsb" dan mereka akan mulai
>>> membawa kita ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta
>>> tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya.
>>>
>>> "Bersilat lidah" melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus
>>> terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan "selamat natal", mereka tak
>>> segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy,
>>> Musthafa al-Zarqa dan lainnya.
>>>
>>> Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul
>>> bila pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan
>>> berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa "demokrasi itu
>>> bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam". Ulama besar akan kecil
>>> b

Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal

2014-12-23 Thread Aslim Nurhasan ST SATI
Tarimokasi baiiriang Salam Ta'zim, Sanak Akmal.
On 24 Dec 2014 08:20, "Akmal Nasery Basral"  wrote:

> Kanda Aslim,
> tabayun/verifikasi itu perlu, hatta yang mengucapkan adalah putra Buya
> Hamka. Ambo bisa menelpon langsung Pak Irfan Hamka, dan pasti dia akan
> berkata bahwa kutipan di Republika itu benar.  Jadi harus ditelusuri dari
> jalur lain (second opinion).
>
> Karena waktu Buya wafat (1981) ambo masih anak ingusan, sementara para
> senior Palanta RN ada yang menjadi jamaah di Al Azhar bahkan ada yang kenal
> dekat secara pribadi dengan Buya, barangkali ada yang bisa memeriksa ulang
> benar tidaknya pernyataan Pak Irfan Hamka itu.
>
> Jadi ketika ambo menulis pendek "Ada yang mau komentar", karena berada di
> bawah thread subyek "Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal" ambo merasa
> arah pertanyaan ambo sudah jelas menyangkut hal itu.
>
> Tetapi karena sudah ada dua tanggapan (dari Mak Darwin Chalidi dan kanda
> Aslim) yang menyorongkan penjelasan boleh tidaknya mengucapkan selamat
> natal dari dua sumber berbeda yang tak berkaitan dengan konteks perkataan
> Pak Irfan Hamka, tampaknya ambo yang kurang jelas menjabarkan pertanyaan.
> Sehingga kini ambo ulangi dengan (semoga) lebih jelas:
>
> "Apakah ada di antara dunsanak Palanta RN yang bisa memastikan benar
> tidaknya ucapan Irfan Hamka tentang sikap Buya Hamka mengucapkan selamat
> natal bagi tetangganya itu?"
>
> Wassalam,
>
> ANB
>
>
>
> Pada 24 Desember 2014 08.07, Aslim Nurhasan ST SATI 
> menulis:
>
>> jo topik -->Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
>> + pertanyaan -->Ada yang mau berkomentar?
>>
>> iyo ndak tabayang dek Ambo, kalau jawaban nan diinginkan adolah:
>> A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah
>> melakukan itu.
>> B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan.
>> C. Tidak tahu.
>>
>> Sanak Akmal: mohon maaf, ateh kabodohan Ambo dalam babaso Indonesia.
>>
>>
>>
>>
>> 2014-12-24 7:58 GMT+07:00 Akmal Nasery Basral :
>>
>>> Kanda Aslim n.a.h.
>>>
>>> Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan
>>> pertanyaan "Ada yang mau komentar" adalah menyangkut penjelasan H. Irfan
>>> Hamka tentang perkataan ayahandanya itu.  Tersebab di palanta ko banyak
>>> yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan
>>> Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya?
>>>
>>> Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan
>>> pertanyaan general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal.
>>>
>>> Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti:
>>>
>>> A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah
>>> melakukan itu.
>>> B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan.
>>> C. Tidak tahu.
>>>
>>>
>>> Terima kasih
>>>
>>> Wassalam,
>>>
>>> ANB
>>>
>>> Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI >> > menulis:
>>>
>>>

 Buya Gusrizal Gazahar
 

 "Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan
 Selama Ini"
 (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk
 Membolehkan Ucapan "Selamat Natal")

 Seorang yang dipanggil "Buya" berasal dari Ranah ini, tertawa
 mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan "selamat natal" bagi kaum
 muslimin.
 Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa
 dilakukannya, tertawa, mencemooh dan melontarkan cap "picik" kepada orang
 yang berbeda dengannya.
 Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi
 tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan
 politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun
 menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis 

 Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan
 ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah
 terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam
 syari'at Islam.
 Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan
 dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku
 berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam
 tubuh umat Islam.
 Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan "bukan itu yang kami
 maksud", "anda tidak mengerti dengan istilah tsb" dan mereka akan mulai
 membawa kita ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta
 tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya.

 "Bersilat lidah" melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus
 terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan "selamat natal", mereka tak
 segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy,
 Musthafa al-Zarqa dan lainnya.

 Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka