RE: [R@ntau-Net] Jenderal Besar TNI Dr A.H Nasution negarawan yang piawai
Terima kasih atas tulisannya Pak Jacky yang bisa menambah wawasan kita tentang pelaku sejarah Bangsa kita ini. Bansa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa – jasa para Pahlawannya Karena tanpa Mereka tidak akan bisa kita seperti sekarang ini.. Pengetahuan sejarah ini yang sudah mulai pudar oleh para pelajar dan peserta didik kita sehingga dia terpaku kepada teknologi dan kemajuan zaman … Salam Hormat Zainul Akhir Tanjung, 54 th +, PKU-Riau From: 'Jacky Mardono Tjokrodiredjo' via RantauNet [mailto:rantaunet@googlegroups.com] Sent: Monday, June 19, 2017 7:42 PM To: Jacky Mardono <jackymard...@yahoo.com> Subject: [**EXTERNAL**] [R@ntau-Net] Jenderal Besar TNI Dr A.H Nasution negarawan yang piawai Referensi I: Menghormati Para Pahlawan Bangsa PADA hari Minggu malam 7 Mei 2017 saya makan malam bersama Aylawati Sarwono dan Osmar Susilo Semesta di restoran La Moda, Plaza Indonesia. Seorang pria usia baya menghampiri minta izin foto bersama sebab mengaku terkesan oleh tulisan-tulisan saya. Saya terkejut setelah mengetahui bahwa pria bernama Edward Nurdin itu ternyata tidak kurang dari seorang menantu Pahlawan Nasional Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution! Pak Nurdin kemudian memperkenalkan kami dengan isteri beliau yaitu puteri sulung Jenderal Besar TNI AH Nasution, Hendrianti Saharah yang kebetulan juga sedang makan malam bersama keluarga di La Moda, Plaza Indonesia. Merupakan kehormatan besar bagi saya, ibu Ayla dan mas Osmar untuk memperoleh kesempatan berjumpa dengan keluarga puteri sulung Jenderal Besar TNI AH Nasution yang sangat saya kagumi dan hormati sebagai tokoh pahlawan bangsa Indonesia. Rupanya memang Anugerah Kehendak Tuhan bahwa pada pagi hari 7 Mei 2017 itu, saya dengan tim kerabat kerja Museum Rekor Dunia Indonesia sedang membahas rencana anugerah MURI secara anumerta bagi Pahlawan Nasional Abdul Haris Nasution sebagai Jenderal Besar TNI yang mewariskan mahakarya tulis terbanyak atas masukan saran dari Komisaris Jenderal Polisi (Purnawirawan) Jacky Mardono Tjokrodirejo. Permisi, numpang lewat: Pangkat saya terakhir sebelum pensiun, adalah May jend POL yang setara dengan Irjen Pol, bukan Komjen Pol. Ini adalah yang kedua kalinya bung jaya suprana “menaikkan,” pangkat saya menjadi setingkat dengan Komjen Pol! Yang pertama adalah ketika saya diminta tolong oleh MURI untuk menyerahkan piagam MURI kepada ibu Hoegeng, bahwa pak Hoegeng sebagai polisi yang terjujur. Saya ucapkan selamat, setelah sebulan tambah 10 hari pertemuan antara ahli waris Bpk A.H Nasution, MURI pada tanggal 17 bulan ini menyerahkan piagam MURI kepada Bpk A.H Nasution, sebagai Jenderal yang paling produktif menulis buku. Bagi saya, pak Nas bukan sekedar seorang prajurit yang menguasai strategi tentang “Perang Rakyat Semesta,” tetapi juga seorang negarawan yang sangat piawai. Masalah kepiawaian pak Nas sebagai negarawan ini, rasanya belum ada yang mengulasnya. Kepiawaian pak Nas, tersurat ketika pak Nas mengutip pendapat jenderal TITO yang antara lain menyatakan: “ Janganlah tentara mengira bahwa tentara lebih tahu tentang apa yang diperlukan oleh rakyat. Rakyatlah yang lebih tahu tentang apa yang baik bagi rakyat.” Karena itu apabila nama pak Nas akan diabadikan, seyogyanya dijadikan nama salah satu ruangan di gedung MPR/DPR RI, karena Pak Nas pernah menjabat sebagai ketua MPRS. Kembali ke laptop. Kemudian pak Nurdin memperkenalkan kami ke seorang perempuan muda sebagai puterinya dengan komentar "Ini cucu Jenderal Besar Nasution". Kemudian pak Nurdin memperkenalkan kami ke seorang pemuda ganteng yang berdiri di samping cucu Jenderal Besar Nasution dengan komentar pertanyaan "Pak Jaya, tahu dia ini siapa?" Saya spontan nekad menebak "Menantu Pak Nurdin!" Pak Nurdin membenarkan tetapi bertanya lebih lanjut "Pak Jaya tahu dia ini cucu siapa ?" Saya geleng-geleng kepala. Maka pak Nurdin memberitahu "Suami cucu Jenderal Besar Nasution ini adalah cucu Jenderal Besar Soedirman!" Penyadaran itu langsung membuat saya terpana. Rasa terharu menyelinap masuk ke lubuk terdalam lubuk sanubari saya kemudian tenggorok terasa tercekik sehingga nafas terhenti sejenak. Setelah dapat bernafas kembali langsung sambil air mata berlinang saya membungkukkan tubuh dengan susah payah sebab terganjal perut buncit saya demi menyampaikan rasa hormat sedalam-dalamnya kepada pasangan suami isteri cucu Jenderal Besar Soedirman yang menikah dengan cucu Jenderal Besar Nasution. Sekaligus tentu saja sebagai penghormatan saya terhadap dua tokoh nasional Indonesia yang sangat amat saya hormati dan kagumi. Jasa-jasa pengabdian dan pengorbanan Jenderal Besar TNI A.H. Nasution dan Jenderal Besar TNI Soedirman bagi bangsa, negara dan rakyat Indonesia senantiasa menjadi pedoman suri teladan bagi diri saya pribadi yang penuh keterbatasan dan kekurangan ini. Saya mengucap syukur dan terima kasih tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kasih
[R@ntau-Net] Jenderal Besar TNI Dr A.H Nasution negarawan yang piawai
Referensi I: Menghormati ParaPahlawan Bangsa PADA hari Minggu malam 7 Mei 2017 saya makan malam bersamaAylawati Sarwono dan Osmar Susilo Semesta di restoran La Moda, Plaza Indonesia.Seorang pria usia baya menghampiri minta izin foto bersama sebab mengakuterkesan oleh tulisan-tulisan saya. Saya terkejut setelah mengetahui bahwa priabernama Edward Nurdin itu ternyata tidak kurang dari seorang menantu PahlawanNasional Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution! Pak Nurdin kemudianmemperkenalkan kami dengan isteri beliau yaitu puteri sulung Jenderal Besar TNIAH Nasution, Hendrianti Saharah yang kebetulan juga sedang makan malam bersamakeluarga di La Moda, Plaza Indonesia. Merupakan kehormatan besar bagi saya, ibu Ayla dan mas Osmaruntuk memperoleh kesempatan berjumpa dengan keluarga puteri sulung JenderalBesar TNI AH Nasution yang sangat saya kagumi dan hormati sebagai tokohpahlawan bangsa Indonesia. Rupanya memang Anugerah Kehendak Tuhan bahwa pada pagi hari7 Mei 2017 itu, saya dengan tim kerabat kerja Museum Rekor Dunia Indonesiasedang membahas rencana anugerah MURI secara anumerta bagi Pahlawan NasionalAbdul Haris Nasution sebagai Jenderal Besar TNI yang mewariskan mahakarya tulisterbanyak atas masukan saran dari Komisaris Jenderal Polisi (Purnawirawan)Jacky Mardono Tjokrodirejo. Permisi, numpang lewat: Pangkat saya terakhir sebelum pensiun, adalah May jend POL yang setaradengan Irjen Pol, bukan Komjen Pol. Ini adalah yang kedua kalinya bung jayasuprana “menaikkan,” pangkat saya menjadi setingkat dengan Komjen Pol! Yang pertama adalah ketika saya diminta tolong oleh MURI untukmenyerahkan piagam MURI kepada ibu Hoegeng, bahwa pak Hoegeng sebagai polisiyang terjujur. Saya ucapkan selamat, setelah sebulan tambah 10 hari pertemuan antaraahli waris Bpk A.H Nasution, MURI pada tanggal 17 bulan ini menyerahkan piagamMURI kepada Bpk A.H Nasution, sebagai Jenderal yang paling produktif menulisbuku. Bagi saya, pak Nas bukan sekedar seorang prajurit yang menguasai strategitentang “Perang Rakyat Semesta,” tetapi juga seorang negarawan yang sangatpiawai. Masalah kepiawaian pak Nassebagai negarawan ini, rasanya belum ada yang mengulasnya. Kepiawaian pak Nas, tersurat ketika pak Nas mengutip pendapat jenderalTITO yang antara lain menyatakan: “ Janganlah tentara mengira bahwa tentaralebih tahu tentang apa yang diperlukan oleh rakyat. Rakyatlah yang lebih tahutentang apa yang baik bagi rakyat.” Karena itu apabila nama pak Nas akan diabadikan, seyogyanya dijadikannama salah satu ruangan di gedung MPR/DPR RI, karena Pak Nas pernah menjabatsebagai ketua MPRS. Kembali ke laptop. Kemudian pak Nurdin memperkenalkan kami ke seorangperempuan muda sebagai puterinya dengan komentar "Ini cucu Jenderal BesarNasution". Kemudian pak Nurdin memperkenalkan kami ke seorang pemudaganteng yang berdiri di samping cucu Jenderal Besar Nasution dengan komentarpertanyaan "Pak Jaya, tahu dia ini siapa?" Saya spontan nekad menebak"Menantu Pak Nurdin!" Pak Nurdin membenarkan tetapi bertanya lebihlanjut "Pak Jaya tahu dia ini cucusiapa ?" Saya geleng-geleng kepala. Maka pak Nurdin memberitahu"Suami cucu Jenderal Besar Nasution ini adalah cucu Jenderal BesarSoedirman!" Penyadaran itu langsung membuat saya terpana. Rasa terharu menyelinap masuk ke lubuk terdalam lubuksanubari saya kemudian tenggorok terasa tercekik sehingga nafas terhentisejenak. Setelah dapat bernafas kembali langsung sambil air mata berlinang sayamembungkukkan tubuh dengan susah payah sebab terganjal perut buncit saya demimenyampaikan rasa hormat sedalam-dalamnya kepada pasangan suami isteri cucuJenderal Besar Soedirman yang menikah dengan cucu Jenderal Besar Nasution.Sekaligus tentu saja sebagai penghormatan saya terhadap dua tokoh nasionalIndonesia yang sangat amat saya hormati dan kagumi. Jasa-jasa pengabdian dan pengorbanan Jenderal Besar TNIA.H. Nasution dan Jenderal Besar TNI Soedirman bagi bangsa, negara dan rakyatIndonesia senantiasa menjadi pedoman suri teladan bagi diri saya pribadi yangpenuh keterbatasan dan kekurangan ini. Saya mengucap syukur dan terima kasih tak terhinggakepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah berkenan menganugerahkan kehormatanbagi kami untuk berjumpa dengan keluarga besar puteri Jenderal Besar A.H.Nasution dengan ternyata di dalamnya termasuk seorang cucu Jenderal BesarSoedirman. Saya juga mengucapkan syukur dan terima kasih tak terhingga kepadaTuhan Yang Maha Kasih yang telah berkenan mempersatukan cucu Jenderal BesarSoedirman dengan cucu Jenderal Besar Nasution menjadi pasangan suamiisteri.[***] Penulis menghormati jasa-jasa para Pahlawan BangsaIndonesia Referensi II: Ketika saya “diangkat”menjadi Komjen Pol oleh bung JayaSuprana. Jenderal HoegengDapat Rekor MURI Sebagai Polisi Paling Jujur Sedunia Kapolri ke-5 almarhum Jenderal Pol (Purn) Hoegeng ImanSantoso mendapat rekor MURI sebagai polisi paling jujur sedunia. Sosok