RE: [R@ntau-Net] Jenderal Besar TNI Dr A.H Nasution negarawan yang piawai

2017-06-21 Terurut Topik Akhir, Zainul (zainula)
Terima kasih atas tulisannya Pak Jacky yang bisa menambah wawasan kita tentang 
pelaku sejarah Bangsa kita ini.
Bansa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa – jasa para Pahlawannya 
Karena tanpa Mereka tidak akan bisa kita seperti sekarang ini..
Pengetahuan sejarah ini yang sudah mulai pudar oleh para pelajar dan peserta 
didik kita sehingga dia terpaku kepada teknologi dan kemajuan zaman …

Salam Hormat
Zainul Akhir Tanjung, 54 th +, PKU-Riau


From: 'Jacky Mardono Tjokrodiredjo' via RantauNet 
[mailto:rantaunet@googlegroups.com]
Sent: Monday, June 19, 2017 7:42 PM
To: Jacky Mardono <jackymard...@yahoo.com>
Subject: [**EXTERNAL**] [R@ntau-Net] Jenderal Besar TNI Dr A.H Nasution 
negarawan yang piawai

Referensi I:
Menghormati Para Pahlawan Bangsa
PADA hari Minggu malam 7 Mei 2017 saya makan malam bersama Aylawati Sarwono dan 
Osmar Susilo Semesta di restoran La Moda, Plaza Indonesia. Seorang pria usia 
baya menghampiri minta izin foto bersama sebab mengaku terkesan oleh 
tulisan-tulisan saya. Saya terkejut setelah mengetahui bahwa pria bernama 
Edward Nurdin itu ternyata tidak kurang dari seorang menantu Pahlawan Nasional 
Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution! Pak Nurdin kemudian memperkenalkan 
kami dengan isteri beliau yaitu puteri sulung Jenderal Besar TNI AH Nasution, 
Hendrianti Saharah yang kebetulan juga sedang makan malam bersama keluarga di 
La Moda, Plaza Indonesia.
Merupakan kehormatan besar bagi saya, ibu Ayla dan mas Osmar untuk memperoleh 
kesempatan berjumpa dengan keluarga puteri sulung Jenderal Besar TNI AH 
Nasution yang sangat saya kagumi dan hormati sebagai tokoh pahlawan bangsa 
Indonesia.
Rupanya memang Anugerah Kehendak Tuhan bahwa pada pagi hari 7 Mei 2017 itu, 
saya dengan tim kerabat kerja Museum Rekor Dunia Indonesia sedang membahas 
rencana anugerah MURI secara anumerta bagi Pahlawan Nasional Abdul Haris 
Nasution sebagai Jenderal Besar TNI yang mewariskan mahakarya tulis terbanyak 
atas masukan saran dari Komisaris Jenderal Polisi (Purnawirawan) Jacky Mardono 
Tjokrodirejo.

Permisi,  numpang lewat:

Pangkat saya terakhir sebelum pensiun, adalah May jend POL yang setara dengan 
Irjen Pol, bukan Komjen Pol. Ini adalah yang kedua kalinya bung jaya suprana 
“menaikkan,” pangkat saya menjadi setingkat dengan Komjen Pol!
Yang pertama adalah ketika saya diminta tolong oleh MURI untuk menyerahkan 
piagam MURI kepada ibu Hoegeng, bahwa pak Hoegeng sebagai polisi yang terjujur.
Saya ucapkan selamat, setelah sebulan tambah 10 hari pertemuan antara ahli 
waris Bpk A.H Nasution, MURI pada tanggal 17 bulan ini menyerahkan piagam MURI 
kepada Bpk A.H Nasution, sebagai Jenderal yang paling produktif menulis buku. 
Bagi saya, pak Nas bukan sekedar seorang prajurit yang menguasai strategi 
tentang “Perang Rakyat Semesta,” tetapi juga seorang negarawan yang sangat 
piawai.  Masalah kepiawaian pak Nas sebagai negarawan ini, rasanya belum ada 
yang mengulasnya.
Kepiawaian pak Nas, tersurat ketika pak Nas mengutip pendapat jenderal TITO 
yang antara lain menyatakan: “ Janganlah tentara mengira bahwa tentara lebih 
tahu tentang apa yang diperlukan oleh rakyat. Rakyatlah yang lebih tahu tentang 
apa yang baik bagi rakyat.”
Karena itu apabila nama pak Nas akan diabadikan, seyogyanya dijadikan nama 
salah satu ruangan di gedung MPR/DPR RI, karena Pak Nas pernah menjabat sebagai 
ketua MPRS.

Kembali ke laptop.


Kemudian pak Nurdin memperkenalkan kami ke seorang perempuan muda sebagai 
puterinya dengan komentar "Ini cucu Jenderal Besar Nasution". Kemudian pak 
Nurdin memperkenalkan kami ke seorang pemuda ganteng yang berdiri di samping 
cucu Jenderal Besar Nasution dengan komentar pertanyaan "Pak Jaya, tahu dia ini 
siapa?" Saya spontan nekad menebak "Menantu Pak Nurdin!" Pak Nurdin membenarkan 
tetapi bertanya lebih lanjut  "Pak Jaya tahu dia ini cucu siapa ?" Saya 
geleng-geleng kepala. Maka pak Nurdin memberitahu "Suami cucu Jenderal Besar 
Nasution ini adalah cucu Jenderal Besar Soedirman!" Penyadaran itu langsung 
membuat saya terpana.

Rasa terharu menyelinap masuk ke lubuk terdalam lubuk sanubari saya kemudian 
tenggorok terasa tercekik sehingga nafas terhenti sejenak. Setelah dapat 
bernafas kembali langsung sambil air mata berlinang saya membungkukkan tubuh 
dengan susah payah sebab terganjal perut buncit saya demi menyampaikan rasa 
hormat sedalam-dalamnya kepada pasangan suami isteri cucu Jenderal Besar 
Soedirman yang menikah dengan cucu Jenderal Besar Nasution. Sekaligus tentu 
saja sebagai penghormatan saya terhadap dua tokoh nasional Indonesia yang 
sangat amat saya hormati dan kagumi.

Jasa-jasa pengabdian dan pengorbanan Jenderal Besar TNI A.H. Nasution dan 
Jenderal Besar TNI Soedirman bagi bangsa, negara dan rakyat Indonesia 
senantiasa menjadi pedoman suri teladan bagi diri saya pribadi yang penuh 
keterbatasan dan kekurangan ini.

Saya mengucap syukur dan terima kasih tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha 
Kasih 

[R@ntau-Net] Jenderal Besar TNI Dr A.H Nasution negarawan yang piawai

2017-06-19 Terurut Topik 'Jacky Mardono Tjokrodiredjo' via RantauNet
Referensi I:


Menghormati ParaPahlawan Bangsa

PADA hari Minggu malam 7 Mei 2017 saya makan malam bersamaAylawati Sarwono dan 
Osmar Susilo Semesta di restoran La Moda, Plaza Indonesia.Seorang pria usia 
baya menghampiri minta izin foto bersama sebab mengakuterkesan oleh 
tulisan-tulisan saya. Saya terkejut setelah mengetahui bahwa priabernama Edward 
Nurdin itu ternyata tidak kurang dari seorang menantu PahlawanNasional Jenderal 
Besar TNI Abdul Haris Nasution! Pak Nurdin kemudianmemperkenalkan kami dengan 
isteri beliau yaitu puteri sulung Jenderal Besar TNIAH Nasution, Hendrianti 
Saharah yang kebetulan juga sedang makan malam bersamakeluarga di La Moda, 
Plaza Indonesia. 

Merupakan kehormatan besar bagi saya, ibu Ayla dan mas Osmaruntuk memperoleh 
kesempatan berjumpa dengan keluarga puteri sulung JenderalBesar TNI AH Nasution 
yang sangat saya kagumi dan hormati sebagai tokohpahlawan bangsa Indonesia. 

Rupanya memang Anugerah Kehendak Tuhan bahwa pada pagi hari7 Mei 2017 itu, saya 
dengan tim kerabat kerja Museum Rekor Dunia Indonesiasedang membahas rencana 
anugerah MURI secara anumerta bagi Pahlawan NasionalAbdul Haris Nasution 
sebagai Jenderal Besar TNI yang mewariskan mahakarya tulisterbanyak atas 
masukan saran dari Komisaris Jenderal Polisi (Purnawirawan)Jacky Mardono 
Tjokrodirejo.


Permisi,  numpang lewat:


Pangkat saya terakhir sebelum pensiun, adalah May jend POL yang setaradengan 
Irjen Pol, bukan Komjen Pol. Ini adalah yang kedua kalinya bung jayasuprana 
“menaikkan,” pangkat saya menjadi setingkat dengan Komjen Pol! 

Yang pertama adalah ketika saya diminta tolong oleh MURI untukmenyerahkan 
piagam MURI kepada ibu Hoegeng, bahwa pak Hoegeng sebagai polisiyang terjujur. 

Saya ucapkan selamat, setelah sebulan tambah 10 hari pertemuan antaraahli waris 
Bpk A.H Nasution, MURI pada tanggal 17 bulan ini menyerahkan piagamMURI kepada 
Bpk A.H Nasution, sebagai Jenderal yang paling produktif menulisbuku. Bagi 
saya, pak Nas bukan sekedar seorang prajurit yang menguasai strategitentang 
“Perang Rakyat Semesta,” tetapi juga seorang negarawan yang sangatpiawai.  
Masalah kepiawaian pak Nassebagai negarawan ini, rasanya belum ada yang 
mengulasnya. 

Kepiawaian pak Nas, tersurat ketika pak Nas mengutip pendapat jenderalTITO yang 
antara lain menyatakan: “ Janganlah tentara mengira bahwa tentaralebih tahu 
tentang apa yang diperlukan oleh rakyat. Rakyatlah yang lebih tahutentang apa 
yang baik bagi rakyat.” 

Karena itu apabila nama pak Nas akan diabadikan, seyogyanya dijadikannama salah 
satu ruangan di gedung MPR/DPR RI, karena Pak Nas pernah menjabatsebagai ketua 
MPRS.  


Kembali ke laptop.



Kemudian pak Nurdin memperkenalkan kami ke seorangperempuan muda sebagai 
puterinya dengan komentar "Ini cucu Jenderal BesarNasution". Kemudian pak 
Nurdin memperkenalkan kami ke seorang pemudaganteng yang berdiri di samping 
cucu Jenderal Besar Nasution dengan komentarpertanyaan "Pak Jaya, tahu dia ini 
siapa?" Saya spontan nekad menebak"Menantu Pak Nurdin!" Pak Nurdin membenarkan 
tetapi bertanya lebihlanjut  "Pak Jaya tahu dia ini cucusiapa ?" Saya 
geleng-geleng kepala. Maka pak Nurdin memberitahu"Suami cucu Jenderal Besar 
Nasution ini adalah cucu Jenderal BesarSoedirman!" Penyadaran itu langsung 
membuat saya terpana. 


 
Rasa terharu menyelinap masuk ke lubuk terdalam lubuksanubari saya kemudian 
tenggorok terasa tercekik sehingga nafas terhentisejenak. Setelah dapat 
bernafas kembali langsung sambil air mata berlinang sayamembungkukkan tubuh 
dengan susah payah sebab terganjal perut buncit saya demimenyampaikan rasa 
hormat sedalam-dalamnya kepada pasangan suami isteri cucuJenderal Besar 
Soedirman yang menikah dengan cucu Jenderal Besar Nasution.Sekaligus tentu saja 
sebagai penghormatan saya terhadap dua tokoh nasionalIndonesia yang sangat amat 
saya hormati dan kagumi. 


 
Jasa-jasa pengabdian dan pengorbanan Jenderal Besar TNIA.H. Nasution dan 
Jenderal Besar TNI Soedirman bagi bangsa, negara dan rakyatIndonesia senantiasa 
menjadi pedoman suri teladan bagi diri saya pribadi yangpenuh keterbatasan dan 
kekurangan ini. 


 
Saya mengucap syukur dan terima kasih tak terhinggakepada Tuhan Yang Maha Kasih 
yang telah berkenan menganugerahkan kehormatanbagi kami untuk berjumpa dengan 
keluarga besar puteri Jenderal Besar A.H.Nasution dengan ternyata di dalamnya 
termasuk seorang cucu Jenderal BesarSoedirman. Saya juga mengucapkan syukur dan 
terima kasih tak terhingga kepadaTuhan Yang Maha Kasih yang telah berkenan 
mempersatukan cucu Jenderal BesarSoedirman dengan cucu Jenderal Besar Nasution 
menjadi pasangan suamiisteri.[***]  


 
Penulis menghormati jasa-jasa para Pahlawan BangsaIndonesia


 
Referensi II: 


 
Ketika saya “diangkat”menjadi Komjen Pol oleh bung JayaSuprana.


 
Jenderal HoegengDapat Rekor MURI Sebagai Polisi Paling Jujur Sedunia


 
Kapolri ke-5 almarhum Jenderal Pol (Purn) Hoegeng ImanSantoso mendapat rekor 
MURI sebagai polisi paling jujur sedunia. Sosok