PASAMAN BERDUKA : Banjir Bandang Hondoh 3 Nagari
Kamis, 23 Februari 2012 03:53
Banjir bandang mahondoh tiga nagari di Pasaman. Puluhan rumah hanyut.
Tiga nagari terisolasi dan belum diketahui jumlah korban jiwa.
Pembabatan hutan bisa jadi penyebab banjir besar ini.
PASAMAN, HALUAN—Sumatera Barat tak usai dirundung musibah. Belum
selesai kebakaran hebat yang melanda Koppas Plaza Pasar Raya Padang
tiga hari lalu, kini musibah bencana alam banjir bandang dan longsor
menghantam pemukiman penduduk di tiga nagari di Kabupaten Pasaman,
Rabu (22/2) sekitar pukul 18.15 WIB. Pasaman pun berduka.
Ketiga nagari itu adalah Nagari Simpang, Nagari Alahan Mati, dan
Nagari Kaciak yang ketiganya berada di Kecamatan Simpati. Banjir
bandang dan longsor di beberapa titik, antara lain Jorong Simpang
Utara, Simpang Selatan, Pasar Simpang, Kampung Aur, dan Kampung
Siri. Alahan Mati dan Nagari Simpang parah digulung galodo.
Laporan wartawan Haluan di lokasi kejadian, sepanjang 1 km lebih,
Bukik Macang di sisi kiri jalan raya arah Kinali terban dan menimbun
pemukiman warga di kaki bukit itu. Puluhan rumah kupak-kupak, sebuah
bangunan SD, musala dan rumah makan tertimbun, tiga mobil yang sedang
melintas juga ikut terseret banjir, dan beberapa buah kendaraan motor
roda dua. Tampak kekayuan dan bebatuan disertai lumpur bergulung-
gulung menerjang dari atas bukit sekitar dan membelintang bersama
lumpur menutup jalan. Tiga lokasi itu sampai pukul 00.00 WIB tadi
malam masih terisolir, belum diketahui jumlah korban jiwa dan
kerugian. Namun dari informasi warga, ada dua warga yang memancing di
sungai yang hingga tadi malam belum ditemukan.
Menurut salah seorang warga setempat, sepanjang 50 tahun terakhir,
inilah musibah paling parah yang pernah melanda tiga nagari itu.
“Meluapnya Batang Sinabung penyebab banjir bandang ini. Saya kira
hutan di hulu sungai sudah dijarah. Selain Batang Sinabung, ada juga
Sungai Ulu Tambuluah Bukit Ambacang yang saya perkirakan hulunya juga
sudah gundul,” katanya sembari memperkirakan penyebabanya.
Yozawardi, Kepala Dinas Kehutanan Pasaman, menduga ada tiga penyebab
banjir bandang itu. “Pertama penebangan liar, kedua banyaknya
penanaman coklat di sekitar bukit, dan ketiga sungai yang tak mampu
menampung debet air yang demikian besar,” katanya.
Sementara itu, Wali Nagari Simpang Adek Jumailis, menyebutkan di
Bukit Malampah dikabarkan, 30 orang terkurung empat mobil rusak
belasan motor terserat air. Untuk sementara 200 KK di Pasa Simpang
mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui berapa jumlah korban jiwa
yang ditelan galodo tersebut, namun sejumlah aparat kepolisian,
Satpol PP dan alat berat sudah tiba di lokasi, namun belum bisa
melakukan evakuasi, karena arus masih cukup besar sehingga menyulitkan
tim bantuan menembus lokasi.
Yazid Fadli, Kepala BPBD Sumbar mengatakan, setelah mendapat kabar
banjir bandang itu, tim langsung diturunkan ke lokasi kejadian.
“Alat-alat berat sudah diberangkatkan,” katanya.
Bupati Pasaman, Benny Utama bersama rombongannya hanya bisa berada
paling jauh 15 Km dari jalan Lintas Sumatera. “Kita tidak bisa masuk
sampai ke lokasi, jalanan tertutup timbunan dan kayu-kayu besar,
jempatan pun ambruk, hujan sangat lebat,” kata Benny Utama.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang ditelepon Bupati Pasaman Beny
Utama menyatakan rasa dukanya yang mendalam.
“Malam tadi langsung memerintahkan Kepala BPBD Sumbar untuk turun ke
Pasaman membawa alat berat dan bantuan yang diperlukan guna melakukan
evakuasi. Karena sulitnya medan dan hujan lebat, alat itu belum
sampai hingga tadi malam,” tambah Beny
Menurut Yazid, ada dua kemungkinan yang bisa ditempuh untuk melakukan
evakuasi. Pertama masuk lewat Lintas Tengah via Bukittinggi, dan yang
kedua lewat Pariaman menyusuri jalan Lintas Barat ke Pasaman Barat.
Dari situ ke Malampah. Karena kawasan itu berada di perbatasan dua
Kabupaten (Pasaman dan Pasaman Barat) maka evakuasi harus dilakukan
dari dua pintu masuk itu agar bisa mempercepat pembukaan isolasi dan
bantuan makanan ataupun pencarian korban bisa dilakukan segera.
Salah seorang korban galodo Jon Hendri, warga Simpang Utara, kepada
Haluan, mengatakan, rumah tempat tinggalnya dan sebuah kedai PMD
tempat usahanya sudah ludes disapu galodo. “Anak istrinya saya
berhasil melarikan diri ke arah perbukitan,” kata Jon Hendri terbata-
bata.
Korban lainya, Eni kepada Haluan mengatakan, rumah yang dia tempati
berjarak sekitar 500 meter dari lokasi kejadian, tetapi tidak terkena
hantaman galodo, namun suaminya belum juga kunjung pulang dari
Bukittinggi.
“Saya cemaskan suami saya, hingga malam ini belum juga pulang. Apakah
dia masih berada di Bukittinggi atau dalam perjalanan atau terjadi
apa-apanya di tengah jalan,” kata Eni sambil menangis.
Camat Palupuh yang dihubungi Haluan, M Arsyid mengatakan jalan raya
Palupuh-Pasaman tadi malam macet total sehingga tidak satupun
kendaraan roda empat yang bisa melintas.
Bukitinggi B