Ambo bali buku tentang jendral sudirman, buku itu menarik menulisakan 
peristiwa di bawah ko

Salam

andiko

Pada Sabtu, 19 Desember 2015 11.13.55 UTC+7, rangxjeruk menulis:
>
> Assalamu'alaikum wr.wb.
>
>
>
> http://news.okezone.com/read/2015/12/19/18/1270838/operatie-kraai-gagak-van-oranje-menyambar-jantung-republik
>
> *AKARTA – *Hari ini, 19 Desember 67 tahun silam (1949), Republik 
> Indonesia terpaksa mendirikan pemerintahan darurat di Sumatera Barat. 
> Gara-garanya, Belanda dengan menggelar Agresi Militernya yang kedua, 
> merebut ibu kota republik yang saat itu bertempat di Yogyakarta.
>
> Aksi polisionil, begitu sebutan “Negeri van Oranje” saat menggelar operasi 
> besar merebut Yogya. Tapi pihak Indonesia mengenalnya dengan sebutan Agresi 
> Militer Belanda II. Saat ini, momen Pemerintahan Darurat Republik Indonesia 
> (PDRI) didirikan pada tanggal yang sama, diperingati sebagai Hari Bela 
> Negara.
>
> Sejak Belanda tahu bahwa bekas koloninya yang lepas pada Perang Dunia II 
> itu memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, dengan segala cara Belanda 
> berusaha mengikis wilayah dan kekuatan militer republik.
>
> Dari berbagai perjanjian dari Linggarjati hingga Renville, wilayah 
> republik pun kian mengecil, hingga Belanda merasa tinggal merebut jantung 
> republik di ibu kota, Yogya, maka republik pun bakal runtuh. Dilihat dari 
> sudut pandang militer, agresi yang diberi kode “*Operatie Kraai*” atau 
> Operasi Gagak ini sangat sukses.
>
> Gempuran serangan udara ke Landasan Udara (Lanud) Maguwo (kini Bandara 
> Adisoetjipto) yang disusul pendaratan pasukan elite Korps Speciale Troepen 
> (KST), mengejutkan TNI yang berangsur mundur meninggalkan Yogya.
>
> Hanya dalam waktu singkat tak sampai sehari, Yogya berhasil dikuasai. Pada 
> tengah hari, dua pemimpin RI, Soekarno dan Mohammad Hatta ditahan dan 
> kemudian “dibuang” ke Sumatera (Bangka dan Brastagi). Hanya pimpinan TNI, 
> Jenderal Soedirman yang gagal ditangkap Belanda.
>
> Akan tetapi, pasukan Belanda diingatkan agar tidak menjadikan Keraton 
> Ngayogyakarta Hadiningrat, sebagai bidikan gempuran. Alasannya, salah satu 
> keluarga Kerajaan Belanda, Putri (kelak Ratu) Juliana, masih ingin 
> menghargai Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai bekas kawan satu 
> sekolahnya.
>
> “Keraton diperingatkan tidak boleh dirusak. Tidak boleh dikuasai karena 
> untuk menghargai Sultan (HB IX) Yogya,” cetus penggiat sejarah, Wahyu Bowo 
> Laksono kepada *Okezone*.
>
> Operatie Kraai terbilang sukses besar. Pimpinan operasi, Letjen Simon 
> Hendrik Spoor yang juga Panglima KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch 
> Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda, tersenyum lebar saat 
> meletakkan bendera-bendera kecil merah putih biru di petanya, sebagai 
> penanda daerah-daerah yang ditaklukkan.
>
> “Operatie Kraai berhasil secara militer. Yogya berhasil kita kuasai dalam 
> waktu sehari. Benar-benar Burung Gagak yang gagah karena berhasil menyambar 
> dalam sekali pukul. Soekarno, Hatta sudah kita tangkap,” seru Spoor, 
> sebagiamana dikutip buku ‘693 KM: Jejak Gerilya Sudirman”.
>
> Tapi sayangnya, *Operatie Kraai* secara politis malah seolah jadi 
> bumerang buat Belanda sendiri. Maksud Spoor melancarkan serangan jelang 
> Hari Natal demi tak mendapat perhatian dunia ternyata tak kesampaian. Kabar 
> tentang serangan ke ibu kota republik bahkan sudah terdengar di Paris, 
> sebelum operasi mereka rampung.
>
> “Pada Agresi Militer II itu, harapannya Belanda adalah ketika Yogya 
> dikuasai, pimpinan republik ditawan, maka republik akan tamat ceritanya. 
> Ternyata dugaan Spoor salah. Pak Dirman tidak tertangkap. Republik juga 
> mendirikan PDRI di Sumbar. Kemudian posisi Belanda jadi terpojok di dunia 
> internasional,” sambung Wahyu.
>
> osisi Indonesia justru kian menguat dan Belanda, terus kian terpojok 
> ketika para kombatan republik menggelar ofensif balasan, Serangan Oemoem 1 
> Maret pada 1949 yang menunjukkan pada dunia, bahwa TNI sebagai perangkat 
> militer republik belum habis.
>
> Meski hanya merebut Yogya lagi selama enam jam, tapi itu sudah cukup untuk 
> dunia memaksa Belanda kembali duduk ke meja perundingan. Perjanjian 
> Roem-Roijen kemudian tercapai dan 29 Juni 1949, Yogya kembali ke pangkuan 
> ibu pertiwi.
>
>
> Salam
>
>
> Reza
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke