HAL: Bls: [R@ntau-Net] DIM buek biliak sendiri.

2015-07-31 Terurut Topik 'Evy Nizhamul' via RantauNet
Waalaikum salam pak Azmi dan dinda Akmal nan ambo hornati. 

Ambo lai mencermati wacana DIM ko.. Ambo setuju dengan pandangan pak Azmi dan 
Akmal yg memberi masukan bagi para penggagas DIM.  Ado juo pandangan yg ingin 
ambo sampaikan diantaranya : 
1. Untuk meng religi dan spritualkan rakyat Sumbar kenapa harus menunggu 
perolehan hak istimewa lebih dahulu dengan mempersempit entitas MK di Sumbar. 

2. Karena kita berada di NKRI kenapa pula harus mengganti wilayah Sumbar 
menjadi Minangkabau. Minangkabau tidak harus terkotak dlm kewilayahan tertentu 
melainkan ia berada dlm wilayah 8 penjuru angin. 
Banyak sekali jejak MK yg kita ketahui dari asal usul serta ketokohan yg 
berkiprah diluar Sumbar. 

3. Hendaknya saran saran yg disampaikan oleh pihak lain kepada penggagas DIM 
janganlah dianggap sebagai penolakan tetapi hendaknya jadi masukan yg berguna 
bagi kemaslahatan urang Minang. 
Siapa bilang kami tidak prihatin dg kondisi masyarakat Minang sekarang ini. 
Yang punya tatanan adat serta peradabannya tinggi, bila kita bandingkan dengan 
etnis lain. 

4. Bukankah kita sebenarnya punys pedoman ABS SBK yg berlaku buat urang di 
ranah dan di rantau. Mestinya sudah dpt diimplentasi dalam kebijakan Pemda 
beserta aparatnya termasuk keinginan masyarakat utk melaksanakan . 
JiKalau pedoman ABS SBK itu,  ado nan kurang bisa ditukuak tambah. Atau 
bakumpua baliak untuk membuat kesepakatan bagaimana mengkompilasi syariah islam 
kedalam adat Minang. Bukankah kita sudah mengupasnya bersama di forum yg 
berbahagia ini. 
Urang di ranah sendiri hampir 70 %  tidak paham apa itu ABS SBK. Kasihan kita 
sebenarnya. Banyaknya kasus moral yang terjadi serta rusaknya sendi sendi 
keluarga islami. Bagaimana mengimplementasikannya dalam keluarga ? Karena 
memang tidak ada yg mensosialisasikannya. 
Jadi tunggu apalagi ? Sosialisasikan sajalah. Nanti dengan sendirinya wilayah 
Sumbar dengan sendirinya akan menjadi istimewa. 
Semestinya kita bersyukur wilayah Sumbar itu memiliki sumber daya yg tidak 
terkalahkan dibandingkan daerah lainnya, meliputi manusia dan alamnya. 
Bagaimana hubungan manusia dg Tuhannya. Wallahu a'lam. 

Bagi masyarakat minang di Sumbar, cukup mereka  dipahamkan kalimat Allah. " 
Lain syakartum wa adzidannakum. Wa lainkafartum inna azabi lasyadid.. 
Caranya, jauhkan mereka dari sifat malas dan berpangku tangan. 
Kelola lah alam indah permai itu bagi kemaslahatan rakyat disana. 

Mohon maaf bila kurang berkenan

Wassalam, 

Wassalam, 

Evy Nizhamul
Kawasan Puspiptek
Tangerang Selatan

 Pesan asli Dari: 'azmi abu kasim azmi abu 
kasim' via RantauNet  Tanggal:01/08/2015 
 7:36  (GMT+07:00) Ke: rantaunet@googlegroups.com Cc: 
Mochtar Naim ,"Dr.Saafroedin BAHAR" 
,Asraferi Sabri ,Datuk Endang 
,Marwan Paris 
,as...@haragreen.co.id,Muchlis Hamid 
,Muhammad Sayuti Dt Rajo Panghulu 
,Gebuminang Pusat 
,Bachtiarabna ,"Dr. Fadlan 
MAALIP" ,Azmi Dt Bgd Abu 
,Asmardi Arbi 
,Mas'oed ABIDIN ,"Ir. 
Raja Ermansyah YAMIN" ,Fasli JALAL 
,Prof Dr Taufik ABDULLAH 
,"Dr. Gusti ASNAN" ,Edy Utama 
,Amri AZIZ  Subjek: Bls: 
[R@ntau-Net] DIM buek biliak sendiri. 
Kelapa Gading 1 Agustus 2015
  
Assalamualaikum w.w
Angku2/ Bapak2/ Ibu2 saratu dunsanak
di palanta nan ambo hormati
 
Ambo sangat setuju dengan apa yang di sampaikan oleh Bapak Akmal Nasey Basral, 
tentang wacana DIM ko, ambo ingin menembahkan Sbb:
1.Memang seharusnya jika ingin memperjuangkan daerah istimewa, 
perjuangkanlah untuk wilayah admistratif  Sumatera Barat, tidak membawa-bawa 
wilayah etnis Minangkabau.
2.Wilayah Minangkabau itu sudah istimewa sejak dari dulu, dengan 
ABS-SBKnya, sistem kekerabatan Matrilinial, system sako pusako, budi yang 
merupakan rohnya Adat Minangabau, ( jika seseorang tidak berbudi maka akan 
ilang M nya maka tinggal K) dan laweh wilayahnyo dll.
3.Jika tetap di paksakan, maka akan banyak wilayah Etnis Minangkabau yang 
akan hilang, dan ini tentu bertentangan dengan prinsip aturan adat Minangkabau, 
jangankan melenyapkan wilayah, manjua mangagadai sajo tidak dibenarkan, jika 
tidak di dukung oleh alasan yang kuat
4.Jika ini terjadi pasti akan banyak ruginya, duo wilayah nan gadang di 
jadikan ciek, dan nan ciek ko ketek pulo, alun lo tantu kasalasai. Seharusnya, 
dari punyo ciek nan ketek pengin punyo nan gadang, dari punyo ciek pingin punyo 
duo, iko nan biasonyo balaku umum.
5.Ambo sangat indak mangarati apo kiro-kiro nan manjadi alasan bagi 
pemerkasa untuk membuat DIM ko, sebab 17 alasan nan di kemukakan itu, sangat 
lemah, tetapi tanggapan-tanggapan nan diberikan terhadap hal tersebut tidak 
pernah mendapat jawapan dari beliau-beliau itu, kito sangat menunggu 
jawabannyo, “kok kato mintak di jawab gayung mintak disambuik”
 
Demikianlah ambo sampaikan, mohon maaf bilo ado kasalahan dan terima kasih ateh 
sagalo paratian.
 
Wassalam,
 
Azmi Dt.Bagindo (63)
  Sekum LAKM Jkt



Pada Rabu, 29 Juli 2015 12:27, Akmal Nasery Basral  
menul

Bls: [R@ntau-Net] DIM buek biliak sendiri.

2015-07-31 Terurut Topik 'azmi abu kasim azmi abu kasim' via RantauNet
Kelapa Gading 1 Agustus 2015  Assalamualaikum w.wAngku2/ Bapak2/ Ibu2 saratu 
dunsanakdi palanta nan ambo hormati Ambo sangat setuju dengan apa yangdi 
sampaikan oleh Bapak Akmal Nasey Basral, tentang wacana DIM ko, ambo 
inginmenembahkan Sbb:1.   Memang seharusnya jika inginmemperjuangkan daerah 
istimewa, perjuangkanlah untuk wilayah admistratif  Sumatera Barat, tidak 
membawa-bawa wilayah etnisMinangkabau.2.    Wilayah Minangkabau itu sudah 
istimewa sejak dari dulu, denganABS-SBKnya, sistem kekerabatan Matrilinial, 
system sako pusako, budi yangmerupakan rohnya Adat Minangabau, ( jikaseseorang 
tidak berbudi maka akan ilang M nya maka tinggal K) dan lawehwilayahnyo dll.3.  
 Jika tetap di paksakan, maka akanbanyak wilayah Etnis Minangkabau yang akan 
hilang, dan ini tentu bertentangandengan prinsip aturan adat Minangkabau, 
jangankan melenyapkan wilayah, manjuamangagadai sajo tidak dibenarkan, jika 
tidak di dukung oleh alasan yang kuat4.   Jika ini terjadi pasti akan 
banyakruginya, duo wilayah nan gadang di jadikan ciek, dan nan ciek ko ketek 
pulo,alun lo tantu kasalasai. Seharusnya, dari punyo ciek nan ketek pengin 
punyo nangadang, dari punyo ciek pingin punyo duo, iko nan biasonyo balaku 
umum.5.   Ambo sangat indak mangarati apokiro-kiro nan manjadi alasan bagi 
pemerkasa untuk membuat DIM ko, sebab 17alasan nan di kemukakan itu, sangat 
lemah, tetapi tanggapan-tanggapan nandiberikan terhadap hal tersebut tidak 
pernah mendapat jawapan daribeliau-beliau itu, kito sangat menunggu jawabannyo, 
“kok kato mintak di jawab gayung mintak disambuik”Demikianlah ambo 
sampaikan, mohonmaaf bilo ado kasalahan dan terima kasih ateh sagalo paratian. 
Wassalam, Azmi Dt.Bagindo (63) Sekum LAKM Jkt 


 Pada Rabu, 29 Juli 2015 12:27, Akmal Nasery Basral  
menulis:
   

 Iyo MakNgah, sebetulnya tentang DIM (Daerah Istimewa Madura) ini hanya 
intermeso saja. 
Tetapi kalau akronim DIM ini mau dikaji lebih serius berdasarkan "konvensi 
penamaan" Daerah Istimewa, Daerah Khusus dan Otonomi Khusus yang sudah ada 
selama ini, maka sebelumnya akronim DIM lebih cocok untuk Daerah Istimewa 
Madura, bukan Daerah Istimewa Minangkabau. Untuk yang terakhir lebih cocok 
sebutan Daerah Istimewa Sumatra Barat.Dan ini alasannya:
1. Pola penamaan DI itu kalau kita cermati benar, sebetulnya mengacu pada 
wilayah admistratif, bukan pada etnis yang berdiam pada wilayah administratif 
itu. Contohnya: Daerah Istimewa Jogjakarta (mengacu pada wilayah administratif, 
bukan Daerah Istimewa Jawa, yang menjadi etnis dominan), atau Daerah Khusus 
Ibukota Jakarta (bukan Daerah Khusus Betawi).
2. Kalau pun ada nama DI yang sepintas mengacu pada nama etnis seperti DI Aceh 
atau DI (Otsus) Papua, maka alasan utamanya adalah karena nama provinsi mereka 
pun SAMA dengan nama etnis dominan yang turun temurun bermukim di wilayah 
administratif itu. Seperti kita ketahui, untuk Aceh, misalnya, ada sedikitnya 
12 suku di sana (yang origin, selain suku Aceh sendiri, seperti suku Alas, 
Gayo, dll). 
Dengan kata lain, KELIRU jika menafsirkan nama DI Aceh itu mengacu pada ETNIS 
Aceh, karena sesungguhnya nama itu mengacu pada wilayah administratif Aceh di 
masa silam (sebelum namanya kini menjadi lebih panjang: Nanggroe Aceh 
Darussalam).
3. Bisa juga kita hipotesiskan, sebagai contoh saja, sekiranya ada semangat 
yang sama dari warga Sumatra Utara atau Sulawesi Selatan untuk membentuk Daerah 
Istimewa juga. Seandainya keinginan itu gol, kira-kira nama apa yang akan 
mereka pakai:A. Daerah Istimewa Batak dan Daerah Istimewa Makassar/Bugis, 
atauB. Daerah Istimewa Sumatra Utara dan Daerah Istimewa Sulawesi Selatan?
Jawabannya sederhana: dengan mengikuti konvensi penamaan pada poin 1 dan 2, 
sudah jelas jawabannya B. Nama yang akan muncul adalah DI Sumatra Utara dan DI 
Sulawesi Selatan.
Karena itulah dengan melihat pola ini, akronim DIM akan lebih cocok digunakan 
oleh Daerah Istimewa Madura tersebab mengacu pada nama wilayah administratif, 
yang kebetulan sama dengan nama mayoritas etnis penghuni, layaknya dalam contoh 
DI Aceh. 
Nama DIM untuk Daerah Istimewa Minangkabau, berdasarkan contoh-contoh di atas, 
justru tidak pas karena seharusnya bernama Daerah Istimewa Sumatra Barat, 
apalagi jelas yang diinginkan adalah bahwa bagian wilayah provinsi Sumbar 
sebelum ini pun seperti Mentawai tetap berada dalam wilayah Daerah Istimewa 
yang diinginkan.
Sebetulnya, kekaburan memaknai konsep nama Daerah Istimewa ini (bukan konsep 
legalitas hukum dalam UUD Ps. 18 yang berulangkali disampaikan para pengusung 
"DIM") ini yang membuat selalu muncul dua pertanyaan utama:1. Kalau namanya 
Daerah Istimewa Minangkabau, nanti Mentawai bagaimana karena mereka bukan suku 
Minang?2. Kalau namanya DI Minangkabau, bagaimana pula dengan suku Minangkabau 
yang bermukim di LUAR wilayah Sumbar yang tersebar dari Riau sampai Malaysia?
Walhasil, para pengusung konsep DIM kerepotan sendiri menjelaskan dua 
pertanyaan yang berkelindan di atas, dengan jawaban akhir selalu: DIM t