Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM: "DPDRI HIDUP SEGAN MATI TAK MAU"

2016-03-24 Terurut Topik Maturidi Donsan
Sebenarnya DPD ini sudah mulai membaik, dari hanya sebagai pemberi saran,
sekarang dengan keputusan MK sudah ikut membahas...

Bagi kelompok yang ingin penyeragaman, kehadiran DPD ini tidak disukai.

Penyeragaman itu hanya bisa dengan top down, pusat kedaerah, sedangkan DPD
akan menyalurkan kehendak daerah ke pusat. DPD mungkin bisa dianggap
penghalang.

Bagi daerah DPD ini harapan untuk penyerap inspirasi, kalau partai, kaki
tangan pusat di daerah, kemungkinan ada kendala  untuk menyuarakan penuh
kehendak  daerah. kecuali  ada partai yang pro daerah.

Terlepas dari kekurangannya, bagaimanapun DPD ini sangat diperlukan daerah.
Kekurangannya bisa diperbaiki sambil jalan.


Maturidi





Pada 24 Maret 2016 11.17, Sjamsir Sjarif  menulis:

> Aha...,
>
> Lah banyak urang bakuwah darah bagai jo topik itu...
>
> Barangkali Itu langkah silek nan baliau aek;
> Cakak sudah silek takana...
>
> -- Nyit Sungut
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM: "DPDRI HIDUP SEGAN MATI TAK MAU"

2016-03-23 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Aha...,

Lah banyak urang bakuwah darah bagai jo topik itu...

Barangkali Itu langkah silek nan baliau aek;
Cakak sudah silek takana...

-- Nyit Sungut

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM: "DPDRI HIDUP SEGAN MATI TAK MAU"

2016-03-23 Terurut Topik ajo duta
Assalaamu'alaikum Uda MN,

Kan sajak uda di DPD alah co itu. Kok alah kalua baru sadar...?​

Wassalaamu'alaikum WW

Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
Jakarta - Sterling, Virginia USA


2016-03-21 10:08 GMT-04:00 'Mochtar Naim' via RantauNet <
rantaunet@googlegroups.com>:

>
>
> *DPD-RI*
> *HIDUP SEGAN MATI TAK MAU*
>
> *Mochtar Naim*
> *Mantan Anggota DPD-RI (2004-2009)*
>
> SEBAGAI anggota DPD-RI angkatan pertama 2004-2009, saya dengan beberapa
> kawan anggota pernah mengajukan ide dan pemikiran agar DPD-RI dirubah
> menjadi Senat, sehingga DPD-RI tidak hanya sekadar mengajukan usul dan
> saran kepada DPR-RI tetapi punya kemandirian dalam memutus dan punya
> pendapat sendiri dalam sistem legislatif di tingkat nasional. Artinya
> kecuali DPD-RI dirubah menjadi Senat, NKRI (Negara Kesatuan RI) pun dirubah
> menjadi NPRI (Negara Persatuan RI) – sehingga menjadi Negara Federal dengan
> sistem dua kamar, seperti halnya praktis semua negara-negara besar di
> dunia, termasuk USA, Kanada, Meksiko, Argentina, Australia, India,
> Pakistan, Rusia, Inggeris, Jerman, dan negara tetangga kita, Malaysia, dsb.
>
>   Apalagi negara sebesar RI yang merupakan negara nomor 4 terbesar
> di dunia, baik dari segi jumlah penduduk yang 250 juta banyaknya, maupun
> dari segi luasnya yang merupakan negara maritim terbesar di dunia di
> sepanjang garis Khatul Istiwa, yang memisah atau sekaligus mempertemukan
> dua benua (Asia dan Australia) dan dua lautan besar (India dan Pasifik),
> wajar dan sangat wajar sekali kalau NKRI menjadi NPRI dan DPD-RI menjadi
> Senat yang 34 Provinsi di Indonesia ini menjadi provinsi atau negara
> bagiannya. Apalagi di Indonesia sendiri, selain dari belasan ribu
> pulau-pulau, besar dan kecil, juga dihuni oleh ratusan suku yang kecuali
> berlatar-belakangkan Melayu Polinesia juga Austro-Melanesia. Belum pula
> latar-belakang agama dan budaya yang juga berbagai dan bervariasi, yang
> semua agama dan semua budaya di dunia ini juga ada di Indonesia ini.
>   Dengan latar-belakang gambaran seperti itu, aneh bin ajaib
> sesungguhnya jika Indonesia merupakan sebuah Negara Kesatuan, bukan Negara
> Persatuan. Kalau kita telusuri, ini terutama adalah karena Faktor J (Jawa)
> yang sejak semula, sejak zaman Majapahit, menguasai seluruh Nusantara
> sampai ke hari ini. Karenanya, bukan hanya politis, tetapi juga ekonomi,
> pendidikan dan sosial-budaya, Indonesia dikendalikan oleh pusat kekuasaan
> yang berdomisili di Jawa, dengan sistem yang sentralistik, sentripetal dan
> top-down. Sementara di bidang ekonomi, khususnya, muncul pula Faktor CK
> (Cina Konglomerat) yang menguasai ekonomi Indonesia ini, dari hulu sampai
> ke muara, di darat, laut dan udara. Gedung-gedung dan bangunan besar-besar
> yang berebutan menjulang ke udara, terutama di kota-kota besar, akhir-akhir
> ini, hampir semua, mereka yang punya dan kuasai.  Bangunan fabrik dan
> industri, apapun coraknya, sebagian terbesar juga mereka yang punya dan
> kuasai. Belum pula perkebunan, kehutanan, perikanan laut, sampai ke
> pusat-pusat belanja, termasuk mall-mall dan maret-maret di kota-kota,
> hampir tanpa kecuali, mereka yang punya dan kuasai. Sementara jumlah
> penduduk yang berlatar-belakangkan Cina hanya sekitar 2-3 % saja tetapi
> mereka yang praktis menguasai seluruh jentera ekonomi Indonesia ini.
>   Kedua Faktor J dan CK inilah yang bersimbiosis membangun
> Indonesia ini sejak masa Orde Baru di zaman Soeharto ke zaman pasca
> Reformasi sekarang ini. Indonesia jadinya tinggal selangkah di belakang
> Filipina yang tidak hanya ekonomi tapi juga politik dan semua-semua sudah
> dikuasai oleh Faktor CK ini. Singapura, seperti kita lihat, yang tadinya
> adalah Kerajaan Melayu Temasek, sekarang negara pulau yang seluruhnya
> berada di tangan CK dan menjadi pusat pengendalian ekonomi dari
> negara-negara tetangga ASEAN. Malaysia yang tadinya bersekutu dengan
> Singapura membentuk negara Persekutuan Semenanjung, di awal era Mahathir
> awal 1970an melepaskan diri dan membentuk Negara Malaysia sendiri. Dengan
> itu suku Melayu mendapatkan peluang yang besar untuk membangun diri dan
> khususnya ekonomi mereka. Dari bermula penguasaan Melayu hanya 2 %, dalam
> jangka 20 tahun pertama telah naik menjadi 22 % dan sekarang sudah
> mendekati 40 %.
>   Kembali ke Indonesia, justeru di saat kita mempertanyakan nasib
> masa depan dari DPD-RI, dengan sistem dan strukturnya seperti sekarang ini,
> sebaiknya dibubarkan saja karena tidak banyak manfaatnya. Anggaran yang
> dikeluarkan tiap tahun tidak kurang besarnya, sementara pimpinan maupun
> para anggota senantiasa suka mencari peluang untuk jalan-jalan ke berbagai
> negara manca negara dengan dalih macam-macam. Lagi pula dari pada ke dalam
> suka bercakak-cakak memperebutkan kursi kepemimpinan, karena tidak ada yang
> akan diajukan atau