Re: [R@ntau-Net] Shofwan Karim: Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya

2015-08-27 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
Pak Saaf n.a.h,

di luar isi kepala Pak Syafii Maarif (pada otobiografi "Titik-titik Kisar
di Perjalananku", 2006, ternyata beliau merasa kurang cocok dipanggil Buya)
dan Pak Irsyad Syafar yang dikomentari Pak Shofwan Karim ini, salah satu
nilai lebihnya menurut ambo adalah pado munculnya lagi polemik dari para
intelektual Minang di media massa (cetak) nasional, meski topiknya bersifat
provinsial.

Semoga setelah ini banyak muncul polemik dari para intelektual Minang yang
membahas tema-tema nasional yang sedang dihadapi rakyat badarai di republik
ini.

Wassalam,

ANB

Pada 26 Agustus 2015 07.38, Dr. Saafroedin Bahar <
saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis:

> Terima kasih bung Akmal. Asyik juga membaca tanggapan Prof Shofwan ini.
> Wassalam,
> SB.
> Pada tanggal 26 Agt 2015 07:31, "Akmal Nasery Basral" 
> menulis:
>
>> Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya
>> Selasa, 25 Agustus 2015, 14:00 WIB
>>
>> Dialog kreatif Buya Syafii Maarif dengan Irsyad Syafar di "Resonansi"
>> Republika, Selasa (18/8), dan ruang opini Republika, Sabtu (22/8), menarik
>> perhatian saya. Judul "Resonansi" Buya adalah, "Pilkada di Sumatra Barat
>> 2015". Sementara judul tulisan Irsyad Syafar adalah "Pulanglah Buya".
>> Rasanya, bahkan juga menarik perhatian kalangan tertentu di ranah ini
>> khususnya dan umumnya semua pembaca Republika.
>>
>> Buktinya, beberapa media sosial mengutip kedua wacana itu. Buya dengan
>> bahasanya yang cerdas dan bernas, sementara Irsyad dengan bahasanya yang
>> lirih dan juga terus terang. Keduanya enak untuk direnungkan, terutama bagi
>> yang ingin Sumatra Barat lebih maju dalam Indonesia yang lebih cemerlang
>> dan berperadaban.
>>
>> Kata kunci yang dikutip Irsyad Syafar dari Buya adalah bahwa Sumbar dalam
>> hal indeks kesejahteraan (Irsyad: kebahagiaan) terjun bebas pada angka tiga
>> dari bawah setelah Papua dan NTB (Irsyad: NTT). Lalu, Irwan Prayitno
>> dianggap lebih banyak mengurus kepentingan partainya daripada rakyat
>> Sumbar.
>>
>> Sebagai orang yang tinggal di Sumbar, sepanjang pemahaman dan pengetahuan
>> saya, apa yang dikemukakan Buya Syafii dan Irsyad Syafar, kedua-duanya
>> mempunyai nilai kebenaran. Kalau dicermati, resonansi Buya bukan hanya
>> kepada Irwan Prayitno yang dituju, tetapi juga kepada lawan bertandingnya
>> di Pilkada Sumbar, dalam hal ini Muslim Kasim dan Fauzi Bahar.
>>
>> Akan tetapi, terhadap Irwan Prayitno ada pembelaan datang dari Irsyad
>> Syafar anggota DPRD dari Fraksi PKS. Sedangkan terhadap Musim Kasim dan
>> Fauzi Bahar, tidak ada pembelaan. Padahal Irsyad Syafar kalau konsisten
>> sebagai wakil rakyat, bukan lagi milik PKS sebagaimana dia mengatakan bahwa
>> Irwan Prayitno bukan lagi milik PKS, tentu harus membela Muslim dan Fauzi
>> juga.
>>
>> Oh ya, Irwan Prayitno bukan pengurus PKS di Sumbar, tetapi anggota
>> Majelis Syura pada tingkat nasional. Artinya, posisinya lebih menentukan
>> dalam segala hal. Dan itu tidak berarti dia harus hari-hari ikut rapat atau
>> hadir dalam acara-acara PKS tingkat wilayah, daerah, dan cabang lagi
>> seperti yang disinggung Irsyad Syafar. Itu bukan maqamnya.
>>
>> Lebih dari itu, ketika Irsyad Syafar membela Irwan Prayitno mengenai
>> hasil survei BPS (2015) tentang indeks kebahagiaan tidak sama dengan
>> kesejahteraan, dia menggiring kepada pendekatan subjektif dan kualitatif.
>> Membedakan kebahagiaan dengan kesejahteraan tidak dengan angka-angka.
>> Tetapi, ketika Irsyad Syafar mengemukakan kesuksesan Irwan Prayitno, yang
>> dikemukakan adalah kuantitatif dengan persentase dan angka-angka.
>>
>> Apa yang dikutip oleh Irsyad semuanya ada di dalam buku ukuran saku yang
>> diterbitkan dan dicetak oleh PT Grafika Jaya Sumbar (milik Pemda Prov
>> Sumbar) Januari 2015 dengan editor Yongki Salmeno teman Irwan Prayitno yang
>> sehari-hari dekat dengannya. Buku kecil itu sebagai data dan fakta yang
>> dibuat Irwan Prayitno seakan-akan pertanggungjawabannya selama memimpin
>> Sumbar, tetapi bukan resmi dari pemerintah provinsi.
>>
>> Isi buku dibuka dengan pendahuluan dan pujian seorang teman dan diakhiri
>> dengan riwayat hidup Irwan Prayitno. Lalu isi di dalamnya ada dua hal.
>> Pertama, 315 indikator kemajuan pembangunan Sumbar, yang kedua prestasi dan
>> penghargaan sebanyak 194 butir. Lalu ada dua ilustrasi gambar tentang
>> pembangunan jalan Padang By Pass yang mulus kalau nanti sudah jadi
>> (sekarang belum selesai).
>>
>> Maka, Irsyad Syafar mengutip sebagian kecil dari 315 indikator tadi.
>> Begitu pula soal apa yang dinamakan penghargaan dan prestasi juga dikutip
>> oleh Irsyad dari 194 tadi. Maka di dalam pikiran saya, semua gubernur yang
>> akan mengakhiri masa jabatannya membuat laporan seperti itu.
>>
>> Akan tetapi, ada yang mengusik pikiran saya ketika Irsyad Syafar
>> mengatakan "prestasi yang dicapai Irwan selama lima tahun memimpin Sumbar
>> adalah fakta yang tak terbantahkan, belum pernah dicapai gubernur-gubernur
>> sebelumnya".
>>
>> Lalu, Irsyad Syafar menerangkan yang dimaksudnya, kembali ke buku Irwa

Bls: Re: [R@ntau-Net] Shofwan Karim: Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya

2015-08-25 Terurut Topik Andri Satria Masri
Pak Shofwan Karim pasti kesulitan memikirkan kalimat-kalimat yang tepat untuk 
menilai kedua paslon Gubernur Sumbar, kenapa?

Karena IP sangat dekat dengan Muhammadiyah. Sebagian besar keluarganya adalah 
orang Muhammadiyah. Begitu juga dengan Fauzi Bahar.

Namun, memang orang selalu lupa (atau melupakan) ketika menilai kinerja dan 
prestasi seorang kepala daerah. Selalu yang dinilai dan diapresiasi adalah 
Kepalanya sementara Wakilnya dianggap tidak memiliki peran aktif.

Kalau menilai IP memiliki kinerja dan prestasi yang luar biasa, seyogyanya MK 
pun tabaok rendong. Kalau tidak, dimana posisi MK dalam hal kepemimpinan Kepala 
Daerah Sumbar?


Andri Satria Masri, SE, ME | L | 43 | Koto | Sungai Sariak Kec. VII Koto Kab. 
Padang Pariaman

-Original Message-
From: "Dr. Saafroedin Bahar" 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 26 Aug 2015 07:38:07 
To: Rantau Net Rantau Net
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Shofwan Karim: Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya

Terima kasih bung Akmal. Asyik juga membaca tanggapan Prof Shofwan ini.
Wassalam,
SB.
Pada tanggal 26 Agt 2015 07:31, "Akmal Nasery Basral" 
menulis:

> Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya
> Selasa, 25 Agustus 2015, 14:00 WIB
>
> Dialog kreatif Buya Syafii Maarif dengan Irsyad Syafar di "Resonansi"
> Republika, Selasa (18/8), dan ruang opini Republika, Sabtu (22/8), menarik
> perhatian saya. Judul "Resonansi" Buya adalah, "Pilkada di Sumatra Barat
> 2015". Sementara judul tulisan Irsyad Syafar adalah "Pulanglah Buya".
> Rasanya, bahkan juga menarik perhatian kalangan tertentu di ranah ini
> khususnya dan umumnya semua pembaca Republika.
>
> Buktinya, beberapa media sosial mengutip kedua wacana itu. Buya dengan
> bahasanya yang cerdas dan bernas, sementara Irsyad dengan bahasanya yang
> lirih dan juga terus terang. Keduanya enak untuk direnungkan, terutama bagi
> yang ingin Sumatra Barat lebih maju dalam Indonesia yang lebih cemerlang
> dan berperadaban.
>
> Kata kunci yang dikutip Irsyad Syafar dari Buya adalah bahwa Sumbar dalam
> hal indeks kesejahteraan (Irsyad: kebahagiaan) terjun bebas pada angka tiga
> dari bawah setelah Papua dan NTB (Irsyad: NTT). Lalu, Irwan Prayitno
> dianggap lebih banyak mengurus kepentingan partainya daripada rakyat
> Sumbar.
>
> Sebagai orang yang tinggal di Sumbar, sepanjang pemahaman dan pengetahuan
> saya, apa yang dikemukakan Buya Syafii dan Irsyad Syafar, kedua-duanya
> mempunyai nilai kebenaran. Kalau dicermati, resonansi Buya bukan hanya
> kepada Irwan Prayitno yang dituju, tetapi juga kepada lawan bertandingnya
> di Pilkada Sumbar, dalam hal ini Muslim Kasim dan Fauzi Bahar.
>
> Akan tetapi, terhadap Irwan Prayitno ada pembelaan datang dari Irsyad
> Syafar anggota DPRD dari Fraksi PKS. Sedangkan terhadap Musim Kasim dan
> Fauzi Bahar, tidak ada pembelaan. Padahal Irsyad Syafar kalau konsisten
> sebagai wakil rakyat, bukan lagi milik PKS sebagaimana dia mengatakan bahwa
> Irwan Prayitno bukan lagi milik PKS, tentu harus membela Muslim dan Fauzi
> juga.
>
> Oh ya, Irwan Prayitno bukan pengurus PKS di Sumbar, tetapi anggota Majelis
> Syura pada tingkat nasional. Artinya, posisinya lebih menentukan dalam
> segala hal. Dan itu tidak berarti dia harus hari-hari ikut rapat atau hadir
> dalam acara-acara PKS tingkat wilayah, daerah, dan cabang lagi seperti yang
> disinggung Irsyad Syafar. Itu bukan maqamnya.
>
> Lebih dari itu, ketika Irsyad Syafar membela Irwan Prayitno mengenai hasil
> survei BPS (2015) tentang indeks kebahagiaan tidak sama dengan
> kesejahteraan, dia menggiring kepada pendekatan subjektif dan kualitatif.
> Membedakan kebahagiaan dengan kesejahteraan tidak dengan angka-angka.
> Tetapi, ketika Irsyad Syafar mengemukakan kesuksesan Irwan Prayitno, yang
> dikemukakan adalah kuantitatif dengan persentase dan angka-angka.
>
> Apa yang dikutip oleh Irsyad semuanya ada di dalam buku ukuran saku yang
> diterbitkan dan dicetak oleh PT Grafika Jaya Sumbar (milik Pemda Prov
> Sumbar) Januari 2015 dengan editor Yongki Salmeno teman Irwan Prayitno yang
> sehari-hari dekat dengannya. Buku kecil itu sebagai data dan fakta yang
> dibuat Irwan Prayitno seakan-akan pertanggungjawabannya selama memimpin
> Sumbar, tetapi bukan resmi dari pemerintah provinsi.
>
> Isi buku dibuka dengan pendahuluan dan pujian seorang teman dan diakhiri
> dengan riwayat hidup Irwan Prayitno. Lalu isi di dalamnya ada dua hal.
> Pertama, 315 indikator kemajuan pembangunan Sumbar, yang kedua prestasi dan
> penghargaan sebanyak 194 butir. Lalu ada dua ilustrasi gambar tentang
> pembangunan jalan Padang By Pass yang mulus kalau nanti sudah jadi
> (sekarang belum selesai).
>
> Maka, Irsyad Syafar mengutip sebagian kecil dari 315 indikator tadi.
> Begi

Re: [R@ntau-Net] Shofwan Karim: Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya

2015-08-25 Terurut Topik Dr. Saafroedin Bahar
Terima kasih bung Akmal. Asyik juga membaca tanggapan Prof Shofwan ini.
Wassalam,
SB.
Pada tanggal 26 Agt 2015 07:31, "Akmal Nasery Basral" 
menulis:

> Pilkada Sumbar dan Gubernur Sebelumnya
> Selasa, 25 Agustus 2015, 14:00 WIB
>
> Dialog kreatif Buya Syafii Maarif dengan Irsyad Syafar di "Resonansi"
> Republika, Selasa (18/8), dan ruang opini Republika, Sabtu (22/8), menarik
> perhatian saya. Judul "Resonansi" Buya adalah, "Pilkada di Sumatra Barat
> 2015". Sementara judul tulisan Irsyad Syafar adalah "Pulanglah Buya".
> Rasanya, bahkan juga menarik perhatian kalangan tertentu di ranah ini
> khususnya dan umumnya semua pembaca Republika.
>
> Buktinya, beberapa media sosial mengutip kedua wacana itu. Buya dengan
> bahasanya yang cerdas dan bernas, sementara Irsyad dengan bahasanya yang
> lirih dan juga terus terang. Keduanya enak untuk direnungkan, terutama bagi
> yang ingin Sumatra Barat lebih maju dalam Indonesia yang lebih cemerlang
> dan berperadaban.
>
> Kata kunci yang dikutip Irsyad Syafar dari Buya adalah bahwa Sumbar dalam
> hal indeks kesejahteraan (Irsyad: kebahagiaan) terjun bebas pada angka tiga
> dari bawah setelah Papua dan NTB (Irsyad: NTT). Lalu, Irwan Prayitno
> dianggap lebih banyak mengurus kepentingan partainya daripada rakyat
> Sumbar.
>
> Sebagai orang yang tinggal di Sumbar, sepanjang pemahaman dan pengetahuan
> saya, apa yang dikemukakan Buya Syafii dan Irsyad Syafar, kedua-duanya
> mempunyai nilai kebenaran. Kalau dicermati, resonansi Buya bukan hanya
> kepada Irwan Prayitno yang dituju, tetapi juga kepada lawan bertandingnya
> di Pilkada Sumbar, dalam hal ini Muslim Kasim dan Fauzi Bahar.
>
> Akan tetapi, terhadap Irwan Prayitno ada pembelaan datang dari Irsyad
> Syafar anggota DPRD dari Fraksi PKS. Sedangkan terhadap Musim Kasim dan
> Fauzi Bahar, tidak ada pembelaan. Padahal Irsyad Syafar kalau konsisten
> sebagai wakil rakyat, bukan lagi milik PKS sebagaimana dia mengatakan bahwa
> Irwan Prayitno bukan lagi milik PKS, tentu harus membela Muslim dan Fauzi
> juga.
>
> Oh ya, Irwan Prayitno bukan pengurus PKS di Sumbar, tetapi anggota Majelis
> Syura pada tingkat nasional. Artinya, posisinya lebih menentukan dalam
> segala hal. Dan itu tidak berarti dia harus hari-hari ikut rapat atau hadir
> dalam acara-acara PKS tingkat wilayah, daerah, dan cabang lagi seperti yang
> disinggung Irsyad Syafar. Itu bukan maqamnya.
>
> Lebih dari itu, ketika Irsyad Syafar membela Irwan Prayitno mengenai hasil
> survei BPS (2015) tentang indeks kebahagiaan tidak sama dengan
> kesejahteraan, dia menggiring kepada pendekatan subjektif dan kualitatif.
> Membedakan kebahagiaan dengan kesejahteraan tidak dengan angka-angka.
> Tetapi, ketika Irsyad Syafar mengemukakan kesuksesan Irwan Prayitno, yang
> dikemukakan adalah kuantitatif dengan persentase dan angka-angka.
>
> Apa yang dikutip oleh Irsyad semuanya ada di dalam buku ukuran saku yang
> diterbitkan dan dicetak oleh PT Grafika Jaya Sumbar (milik Pemda Prov
> Sumbar) Januari 2015 dengan editor Yongki Salmeno teman Irwan Prayitno yang
> sehari-hari dekat dengannya. Buku kecil itu sebagai data dan fakta yang
> dibuat Irwan Prayitno seakan-akan pertanggungjawabannya selama memimpin
> Sumbar, tetapi bukan resmi dari pemerintah provinsi.
>
> Isi buku dibuka dengan pendahuluan dan pujian seorang teman dan diakhiri
> dengan riwayat hidup Irwan Prayitno. Lalu isi di dalamnya ada dua hal.
> Pertama, 315 indikator kemajuan pembangunan Sumbar, yang kedua prestasi dan
> penghargaan sebanyak 194 butir. Lalu ada dua ilustrasi gambar tentang
> pembangunan jalan Padang By Pass yang mulus kalau nanti sudah jadi
> (sekarang belum selesai).
>
> Maka, Irsyad Syafar mengutip sebagian kecil dari 315 indikator tadi.
> Begitu pula soal apa yang dinamakan penghargaan dan prestasi juga dikutip
> oleh Irsyad dari 194 tadi. Maka di dalam pikiran saya, semua gubernur yang
> akan mengakhiri masa jabatannya membuat laporan seperti itu.
>
> Akan tetapi, ada yang mengusik pikiran saya ketika Irsyad Syafar
> mengatakan "prestasi yang dicapai Irwan selama lima tahun memimpin Sumbar
> adalah fakta yang tak terbantahkan, belum pernah dicapai gubernur-gubernur
> sebelumnya".
>
> Lalu, Irsyad Syafar menerangkan yang dimaksudnya, kembali ke buku Irwan
> Prayitno soal LKPJ, WTP dari BPK, pemuda pelopor, tour sepeda, penyaluran
> dana BOS, rehab-rekon pascabencana, dan seterusnya.
>
> Irsyad lupa menyentuh soal pariwisata yang belum optimal. Perolehan
> prestasi pendidikan yang juga belum pada deretan papan atas di tingkat
> nasional. Padang, ibu kota provinsi dan gerbang Sumbar, mestinya menjadi
> wilayah binaan dan pengawasan utama oleh gubernur, tetapi belum bersih
> seperti zaman Syahrul Udjud menjabat wali kota. Ada gelagat, semua yang
> baik diklaim dan semua yang kurang belum disebut.
>
> Orang rantau yang gelisah karena komuniksi yang terputus. Investor gamang
> masuk ke Sumbar antara lain karena soal lahan. Banyak MoU dengan calon
> investor yang tak ada realisasinya. Gamangnya be