Bls: Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-08 Terurut Topik Andri Satria Masri
Iyo pak. Kerja, Kerja, Kerja.


Andri Satria Masri, SE, ME | L | 43 | Koto | Sungai Sariak Kec. VII Koto Kab. 
Padang Pariaman

-Original Message-
From: "Dr. Saafroedin Bahar" <saafroedin.ba...@rantaunet.org>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Tue, 8 Sep 2015 17:15:07 
To: Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

Andri, motto yg mana?  Kerja, kerja, kerja?
Pada 8 Sep 2015 17:06, "Andri Satria Masri" <andri.ma...@gmail.com> menulis:

> Pak Saaf, manyalo sangenek Andri pak.
> Manuruik Andri, moto penyemangat pak Presiden Jokowi sangat tepat
> diterapkan di Sumatera Barat terkhusus di daerah Andri, Padang Pariaman dan
> Kota Pariaman. 
>
> Pada 7 September 2015 10.47, Dr. Saafroedin Bahar <
> saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis:
>
>> Bung Akmal,  walau ditulis dgn penuh kesantunan,  saya kok agak sangsi
>> bhw pesan ini dimengerti den mas Jokowi. Belum ada tanda yg meyakinkan bhw
>> beliau seorang yg religius. Mottonya kan hanya ' kerja, kerja, kerja' saja.
>> Pada 7 Sep 2015 10:40, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org>
>> menulis:
>>
>>> Assalamu'alaikum Wr. Wb adidunsanak Palanta RN n.a.h,
>>>
>>> iko ado tulisan menarik dari Ust. Salim Fillah yang digubah begitu
>>> indah, dalam, sekaligus penuh referensi historis dan finansial mengenai
>>> wajah kondisi ekonomi.
>>>
>>> Wassalam,
>>>
>>> Akmal Nasery Basral
>>>
>>> * * *
>>>
>>> SIKLUS PACEKLIK DAN CELAH-CELAH BERKAH
>>>
>>> http://salimafillah.com/siklus-paceklik-dan-celah-celah-berkah/
>>>
>>> Kepada Yang Terhormat,
>>> Presiden Republik Indonesia
>>>
>>> Keselamatan, kasih sayang Allah, dan kebaikan yang tiada henti bertambah
>>> semoga dilimpahkan ke atas Ayahanda Presiden,
>>>
>>> Sungguh benar bahwa cara terbaik menasehati pemimpin adalah dengan
>>> menjumpainya empat mata, menggandeng tangannya, duduk mesra, dan
>>> membisikkan ketulusan itu hingga merasuk ke dalam jiwa.
>>>
>>> Tapi tulisan ini barangkali tak layak disebut nasehat. Yang teranggit
>>> ini hanya uraian kecil yang semoga menguatkan diri kami sendiri sebagai
>>> bagian dari bangsa ini untuk menghela badan ke masa depan yang temaram.
>>>
>>> Mengapa ia di-kepada-kan untuk Ayahanda; harapannya adalah agar
>>> huruf-huruf ini kelak menjadi saksi di hadapan Allah dan semesta akan cinta
>>> kami kepada Indonesia. Syukur-syukur jika ia mengilhami para pemimpin yang
>>> berwenang-berdaulat, untuk melakukan langkah-langkah yang perlu bagi
>>> kemaslahatan kami. Dan bermurah hatilah mendoakan kami Ayahanda, agar
>>> jikapun kami hanya rumput yang kisut, ia tetap dapat teguh lembut dan tak
>>> luruh dipukul ribut bahkan ketika karang pelindung kami rubuh lalu hanyut.
>>>
>>> Ayahanda Presiden, izinkan kami memulai hatur-tutur ini dengan sebuah
>>> kisah.
>>> Ini adalah masa kepemimpinan Sayyidina 'Umar ibn Al Khaththab, tahun 18
>>> Hijriah. Musim panas berkepanjangan disertai angin kering membawa debu-abu
>>> menghantam negeri yang baru saja tumbuh itu. Panen hancur, tetanaman
>>> musnah, ternak binasa, diikuti 2 tahun kelaparan yang melanda sebentang
>>> jazirah dari Yaman, Hijjaz, Yamamah, hingga Nejd; sementara wabah dari arah
>>> Syam turut mengganas hingga ke Madinah.
>>>
>>> Masa itu lalu dikenal sebagai ‘Tahun Ramadah’, sebagaimana ditulis Ibn
>>> Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, karena bumi tampak hitam kelabu
>>> seperti warna ramad (abu jelaga). Ibn Manzhur sebagaimana dikutip dalam
>>> Lisanul ‘Arab menyatakan, “Ramada, atau armada; adalah ungkapan jika
>>> terjadi kebinasaan. Disebut tahun ramadah sebab musnahnya sebagian manusia,
>>> tumbuhan, ternak, dan harta benda pada saat itu.”
>>>
>>> Dampaknya yang dahsyat digambarkan Ibn Sa’d dalam Ath Thabaqatul Kubra,
>>> “..Hingga manusia terlihat mengangkat tulang yang rusak dan menggali lubang
>>> tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.” Langkanya bahan pangan
>>> membuat harga melambung, sampai Imam Ath Thabary dalam Tarikh-nya menyebut,
>>> pada masa itu harga satu bejana susu dan sekantong keju mencapai 40 dirham.
>>>
>>> Demikianpun, dinar dan dirham seakan benar-benar tiada guna karena
>>> jikapun ada uang berapa saja banyaknya, barang yang hendak dibeli sama
>>> sekali tiada. Kita tak lupa, paceklik ram

Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-08 Terurut Topik Andri Satria Masri
Pak Saaf, manyalo sangenek Andri pak.
Manuruik Andri, moto penyemangat pak Presiden Jokowi sangat tepat
diterapkan di Sumatera Barat terkhusus di daerah Andri, Padang Pariaman dan
Kota Pariaman. 

Pada 7 September 2015 10.47, Dr. Saafroedin Bahar <
saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis:

> Bung Akmal,  walau ditulis dgn penuh kesantunan,  saya kok agak sangsi bhw
> pesan ini dimengerti den mas Jokowi. Belum ada tanda yg meyakinkan bhw
> beliau seorang yg religius. Mottonya kan hanya ' kerja, kerja, kerja' saja.
> Pada 7 Sep 2015 10:40, "Akmal Nasery Basral" 
> menulis:
>
>> Assalamu'alaikum Wr. Wb adidunsanak Palanta RN n.a.h,
>>
>> iko ado tulisan menarik dari Ust. Salim Fillah yang digubah begitu indah,
>> dalam, sekaligus penuh referensi historis dan finansial mengenai wajah
>> kondisi ekonomi.
>>
>> Wassalam,
>>
>> Akmal Nasery Basral
>>
>> * * *
>>
>> SIKLUS PACEKLIK DAN CELAH-CELAH BERKAH
>>
>> http://salimafillah.com/siklus-paceklik-dan-celah-celah-berkah/
>>
>> Kepada Yang Terhormat,
>> Presiden Republik Indonesia
>>
>> Keselamatan, kasih sayang Allah, dan kebaikan yang tiada henti bertambah
>> semoga dilimpahkan ke atas Ayahanda Presiden,
>>
>> Sungguh benar bahwa cara terbaik menasehati pemimpin adalah dengan
>> menjumpainya empat mata, menggandeng tangannya, duduk mesra, dan
>> membisikkan ketulusan itu hingga merasuk ke dalam jiwa.
>>
>> Tapi tulisan ini barangkali tak layak disebut nasehat. Yang teranggit ini
>> hanya uraian kecil yang semoga menguatkan diri kami sendiri sebagai bagian
>> dari bangsa ini untuk menghela badan ke masa depan yang temaram.
>>
>> Mengapa ia di-kepada-kan untuk Ayahanda; harapannya adalah agar
>> huruf-huruf ini kelak menjadi saksi di hadapan Allah dan semesta akan cinta
>> kami kepada Indonesia. Syukur-syukur jika ia mengilhami para pemimpin yang
>> berwenang-berdaulat, untuk melakukan langkah-langkah yang perlu bagi
>> kemaslahatan kami. Dan bermurah hatilah mendoakan kami Ayahanda, agar
>> jikapun kami hanya rumput yang kisut, ia tetap dapat teguh lembut dan tak
>> luruh dipukul ribut bahkan ketika karang pelindung kami rubuh lalu hanyut.
>>
>> Ayahanda Presiden, izinkan kami memulai hatur-tutur ini dengan sebuah
>> kisah.
>> Ini adalah masa kepemimpinan Sayyidina 'Umar ibn Al Khaththab, tahun 18
>> Hijriah. Musim panas berkepanjangan disertai angin kering membawa debu-abu
>> menghantam negeri yang baru saja tumbuh itu. Panen hancur, tetanaman
>> musnah, ternak binasa, diikuti 2 tahun kelaparan yang melanda sebentang
>> jazirah dari Yaman, Hijjaz, Yamamah, hingga Nejd; sementara wabah dari arah
>> Syam turut mengganas hingga ke Madinah.
>>
>> Masa itu lalu dikenal sebagai ‘Tahun Ramadah’, sebagaimana ditulis Ibn
>> Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, karena bumi tampak hitam kelabu
>> seperti warna ramad (abu jelaga). Ibn Manzhur sebagaimana dikutip dalam
>> Lisanul ‘Arab menyatakan, “Ramada, atau armada; adalah ungkapan jika
>> terjadi kebinasaan. Disebut tahun ramadah sebab musnahnya sebagian manusia,
>> tumbuhan, ternak, dan harta benda pada saat itu.”
>>
>> Dampaknya yang dahsyat digambarkan Ibn Sa’d dalam Ath Thabaqatul Kubra,
>> “..Hingga manusia terlihat mengangkat tulang yang rusak dan menggali lubang
>> tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.” Langkanya bahan pangan
>> membuat harga melambung, sampai Imam Ath Thabary dalam Tarikh-nya menyebut,
>> pada masa itu harga satu bejana susu dan sekantong keju mencapai 40 dirham.
>>
>> Demikianpun, dinar dan dirham seakan benar-benar tiada guna karena
>> jikapun ada uang berapa saja banyaknya, barang yang hendak dibeli sama
>> sekali tiada. Kita tak lupa, paceklik ramadah terjadi tak berselang lama
>> dari masa ketika perbendaharaan Kisra yang bertimbun-timbun diangkut ke
>> Madinah pada tahun 14 Hijriah, juga hanya sebentar sebakda Syam dan Mesir
>> yang makmur bergabung ke pangkuan Daulah.
>>
>> Ayahanda Presiden,
>>
>> Seakan-akan Allah hendak menunjukkan, bahwa ujianNya adalah kepastian
>> berupa secicip ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
>> buah-buahan untuk memberi kabar gembira pada orang-orang yang sabar.
>> Seakan-akan Allah hendak memperlihatkan, bahwa hari-hari di antara manusia
>> memang dipergilirkan, lapang dan sempitnya, jaya dan prihatinnya.
>> Seakan-akan Allah hendak menampakkan bahwa bahkan dalam Khilafah Rasyidah,
>> masyarakat orang-orang shalih dengan pemimpin yang adil, tidak ada jaminan
>> bebas dari krisis.
>>
>> Tapi dengan cara ini pula Allah memperlihatkan kualitas seorang pemimpin,
>> kualitas kepemimpinannya, dan kualitas mereka yang dipimpinnya. Inilah
>> kesejatian sebuah peradaban; pada mutu jiwa manusianya, bukan kemewahan
>> hidup dan kemegahan bebangunnya.
>>
>> Masih tergambar jelas ketika ‘Umar menangis menyaksikan emas dan perak,
>> permata dan sutra, permadani dan pernak-pernik mahal tiba dari Qadisiah dan
>> Madain. Ketika itu ‘Abdurrahman ibn ‘Auf bertanya, “Mengapa engkau menangis
>> wahai Amiral Mukminin? Padahal Allah 

Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-08 Terurut Topik Dr. Saafroedin Bahar
Andri, motto yg mana?  Kerja, kerja, kerja?
Pada 8 Sep 2015 17:06, "Andri Satria Masri"  menulis:

> Pak Saaf, manyalo sangenek Andri pak.
> Manuruik Andri, moto penyemangat pak Presiden Jokowi sangat tepat
> diterapkan di Sumatera Barat terkhusus di daerah Andri, Padang Pariaman dan
> Kota Pariaman. 
>
> Pada 7 September 2015 10.47, Dr. Saafroedin Bahar <
> saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis:
>
>> Bung Akmal,  walau ditulis dgn penuh kesantunan,  saya kok agak sangsi
>> bhw pesan ini dimengerti den mas Jokowi. Belum ada tanda yg meyakinkan bhw
>> beliau seorang yg religius. Mottonya kan hanya ' kerja, kerja, kerja' saja.
>> Pada 7 Sep 2015 10:40, "Akmal Nasery Basral" 
>> menulis:
>>
>>> Assalamu'alaikum Wr. Wb adidunsanak Palanta RN n.a.h,
>>>
>>> iko ado tulisan menarik dari Ust. Salim Fillah yang digubah begitu
>>> indah, dalam, sekaligus penuh referensi historis dan finansial mengenai
>>> wajah kondisi ekonomi.
>>>
>>> Wassalam,
>>>
>>> Akmal Nasery Basral
>>>
>>> * * *
>>>
>>> SIKLUS PACEKLIK DAN CELAH-CELAH BERKAH
>>>
>>> http://salimafillah.com/siklus-paceklik-dan-celah-celah-berkah/
>>>
>>> Kepada Yang Terhormat,
>>> Presiden Republik Indonesia
>>>
>>> Keselamatan, kasih sayang Allah, dan kebaikan yang tiada henti bertambah
>>> semoga dilimpahkan ke atas Ayahanda Presiden,
>>>
>>> Sungguh benar bahwa cara terbaik menasehati pemimpin adalah dengan
>>> menjumpainya empat mata, menggandeng tangannya, duduk mesra, dan
>>> membisikkan ketulusan itu hingga merasuk ke dalam jiwa.
>>>
>>> Tapi tulisan ini barangkali tak layak disebut nasehat. Yang teranggit
>>> ini hanya uraian kecil yang semoga menguatkan diri kami sendiri sebagai
>>> bagian dari bangsa ini untuk menghela badan ke masa depan yang temaram.
>>>
>>> Mengapa ia di-kepada-kan untuk Ayahanda; harapannya adalah agar
>>> huruf-huruf ini kelak menjadi saksi di hadapan Allah dan semesta akan cinta
>>> kami kepada Indonesia. Syukur-syukur jika ia mengilhami para pemimpin yang
>>> berwenang-berdaulat, untuk melakukan langkah-langkah yang perlu bagi
>>> kemaslahatan kami. Dan bermurah hatilah mendoakan kami Ayahanda, agar
>>> jikapun kami hanya rumput yang kisut, ia tetap dapat teguh lembut dan tak
>>> luruh dipukul ribut bahkan ketika karang pelindung kami rubuh lalu hanyut.
>>>
>>> Ayahanda Presiden, izinkan kami memulai hatur-tutur ini dengan sebuah
>>> kisah.
>>> Ini adalah masa kepemimpinan Sayyidina 'Umar ibn Al Khaththab, tahun 18
>>> Hijriah. Musim panas berkepanjangan disertai angin kering membawa debu-abu
>>> menghantam negeri yang baru saja tumbuh itu. Panen hancur, tetanaman
>>> musnah, ternak binasa, diikuti 2 tahun kelaparan yang melanda sebentang
>>> jazirah dari Yaman, Hijjaz, Yamamah, hingga Nejd; sementara wabah dari arah
>>> Syam turut mengganas hingga ke Madinah.
>>>
>>> Masa itu lalu dikenal sebagai ‘Tahun Ramadah’, sebagaimana ditulis Ibn
>>> Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, karena bumi tampak hitam kelabu
>>> seperti warna ramad (abu jelaga). Ibn Manzhur sebagaimana dikutip dalam
>>> Lisanul ‘Arab menyatakan, “Ramada, atau armada; adalah ungkapan jika
>>> terjadi kebinasaan. Disebut tahun ramadah sebab musnahnya sebagian manusia,
>>> tumbuhan, ternak, dan harta benda pada saat itu.”
>>>
>>> Dampaknya yang dahsyat digambarkan Ibn Sa’d dalam Ath Thabaqatul Kubra,
>>> “..Hingga manusia terlihat mengangkat tulang yang rusak dan menggali lubang
>>> tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.” Langkanya bahan pangan
>>> membuat harga melambung, sampai Imam Ath Thabary dalam Tarikh-nya menyebut,
>>> pada masa itu harga satu bejana susu dan sekantong keju mencapai 40 dirham.
>>>
>>> Demikianpun, dinar dan dirham seakan benar-benar tiada guna karena
>>> jikapun ada uang berapa saja banyaknya, barang yang hendak dibeli sama
>>> sekali tiada. Kita tak lupa, paceklik ramadah terjadi tak berselang lama
>>> dari masa ketika perbendaharaan Kisra yang bertimbun-timbun diangkut ke
>>> Madinah pada tahun 14 Hijriah, juga hanya sebentar sebakda Syam dan Mesir
>>> yang makmur bergabung ke pangkuan Daulah.
>>>
>>> Ayahanda Presiden,
>>>
>>> Seakan-akan Allah hendak menunjukkan, bahwa ujianNya adalah kepastian
>>> berupa secicip ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
>>> buah-buahan untuk memberi kabar gembira pada orang-orang yang sabar.
>>> Seakan-akan Allah hendak memperlihatkan, bahwa hari-hari di antara manusia
>>> memang dipergilirkan, lapang dan sempitnya, jaya dan prihatinnya.
>>> Seakan-akan Allah hendak menampakkan bahwa bahkan dalam Khilafah Rasyidah,
>>> masyarakat orang-orang shalih dengan pemimpin yang adil, tidak ada jaminan
>>> bebas dari krisis.
>>>
>>> Tapi dengan cara ini pula Allah memperlihatkan kualitas seorang
>>> pemimpin, kualitas kepemimpinannya, dan kualitas mereka yang dipimpinnya.
>>> Inilah kesejatian sebuah peradaban; pada mutu jiwa manusianya, bukan
>>> kemewahan hidup dan kemegahan bebangunnya.
>>>
>>> Masih tergambar jelas ketika ‘Umar menangis 

Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
MakNgah,

Ini surat terbuka pertama SAF kepada Prabowo Subianto, tahun lalu, yang
juga memukau publik, karena kedalaman isi bisa disajikan secara elok dan
konstruktif-mengingatkan, seandainya PS terpilih sebagai presiden.

http://salimafillah.com/pak-prabowo-kami-memilih-anda-tapi/

Wassalam,

ANB



Pada 7 September 2015 17.49, Akmal Nasery Basral 
menulis:

> Salim A. Fillah, seorang ustadz muda (31 tahun) dari Yogyakarta, tapi ada
> darah Minang juga (ambo lupa persisnya dari ayah atau ibunya). Buku-buku
> SAF kini lumayan best seller, dan jadwal ceramahnya tinggi, di seantero
> tanah air dan juga di LN.
>
> Dari sekian banyak ustadz muda sekarang, SAF adalah salah seorang yang
> menurut ambo cukup luas pengetahuan agama sekaligus pemahaman topik
> kontemporer global maupun nasional.
>
> SAF mahir menulis kritik tajam dengan gaya elegan seperti surat ini.
> Menurut ambo, dia membahasakan presiden sebagai "ayahanda" berdasarkan
> fungsi formal seorang presiden sebagai "ayahanda" bagi seluruh anak bangsa.
> Surat terbuka pertamanya yang merebut perhatian publik adalah untuk calon
> presiden (tahun lalu) Prabowo Subianto.
>
> Di kalangan aktivis masjid saat ini, masjid Jogokariyan yang dikelolanya
> di Jogjakarta juga sering jadi model, karena SAF fokus sekali mengusahakan
> jamaah shalat Subuh selalu sebanyak -- jika tidak lebih banyak dari --
> jamaah shalat Jumat. Dan dia berhasil.
>
> Juga pengelolaan Baitul Mal wa Tamwil yang terus meninggi angkanya di
> masjid itu. Dari teman-teman lain, ambo dengar kabar bahwa SAF justru resah
> jika dana di BMT masih banyak karena berarti pendistribusian zakat,
> sedekah, dll, kurang optimal. Semakin sedikit dana yang ada di kas BMT
> (setelah didistribusikan) itu lebih baik, dalam pandangan SAF.
> Dalam sejarah BMT, cara pandang ini pertama kali diperkenalkan oleh Abu
> Bakar r.a. yang selalu mendistribusikan kas BMT secepatnya sehingga ketika
> beliau wafat, isi kas BMT hanya ada satu dirham.
>
> Ini ada foto ambo bersama SAF awal tahun ini, jika MakNgah ingin tahu
> seperti apa wajah ustadz muda ini.
>
> Wassalam,
>
> ANB
>
>
>
>
> Pada 7 September 2015 17.34, Sjamsir Sjarif 
> menulis:
>
>> Siapa Salim A. Fillah? Kenapa dia begitu puitis panggil presiden
>> ayahanda? Memang ada hubungan kerabat?
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>>   1. Email besar dari 200KB;
>>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>   3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>> Google Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Mungkin dia pendakwah baru menyeinhi Ustaz Seribu Kaset di era OrdeBaruSuharto?

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
Salim A. Fillah, seorang ustadz muda (31 tahun) dari Yogyakarta, tapi ada
darah Minang juga (ambo lupa persisnya dari ayah atau ibunya). Buku-buku
SAF kini lumayan best seller, dan jadwal ceramahnya tinggi, di seantero
tanah air dan juga di LN.

Dari sekian banyak ustadz muda sekarang, SAF adalah salah seorang yang
menurut ambo cukup luas pengetahuan agama sekaligus pemahaman topik
kontemporer global maupun nasional.

SAF mahir menulis kritik tajam dengan gaya elegan seperti surat ini.
Menurut ambo, dia membahasakan presiden sebagai "ayahanda" berdasarkan
fungsi formal seorang presiden sebagai "ayahanda" bagi seluruh anak bangsa.
Surat terbuka pertamanya yang merebut perhatian publik adalah untuk calon
presiden (tahun lalu) Prabowo Subianto.

Di kalangan aktivis masjid saat ini, masjid Jogokariyan yang dikelolanya di
Jogjakarta juga sering jadi model, karena SAF fokus sekali mengusahakan
jamaah shalat Subuh selalu sebanyak -- jika tidak lebih banyak dari --
jamaah shalat Jumat. Dan dia berhasil.

Juga pengelolaan Baitul Mal wa Tamwil yang terus meninggi angkanya di
masjid itu. Dari teman-teman lain, ambo dengar kabar bahwa SAF justru resah
jika dana di BMT masih banyak karena berarti pendistribusian zakat,
sedekah, dll, kurang optimal. Semakin sedikit dana yang ada di kas BMT
(setelah didistribusikan) itu lebih baik, dalam pandangan SAF.
Dalam sejarah BMT, cara pandang ini pertama kali diperkenalkan oleh Abu
Bakar r.a. yang selalu mendistribusikan kas BMT secepatnya sehingga ketika
beliau wafat, isi kas BMT hanya ada satu dirham.

Ini ada foto ambo bersama SAF awal tahun ini, jika MakNgah ingin tahu
seperti apa wajah ustadz muda ini.

Wassalam,

ANB




Pada 7 September 2015 17.34, Sjamsir Sjarif 
menulis:

> Siapa Salim A. Fillah? Kenapa dia begitu puitis panggil presiden ayahanda?
> Memang ada hubungan kerabat?
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
Zainuddin MZ kan memang sudah wafat pada 2011, MakNgah.



Pada 7 September 2015 19.23, Sjamsir Sjarif 
menulis:

> Yah Ustaz Sejuta Kaset itu.
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Yah Ustaz Sejuta Kaset itu.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Maturidi Donsan
Mungkin ikut Arifin Ilham penuntun zikir kita barangkali.

Wass,

Maturidi

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
Setelah surat terbuka untuk Prabowo Subianto, surat terbuka kedua yang
ditulis Ust. Salim A. Fillah adalah untuk Jusuf Kalla, yang bisa dibaca
pada tautan ini:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/04/03/nm7d4c-ini-surat-ustaz-salim-a-fillah-yang-sudah-dibaca-wapres-jk-1

Narasi yang digunakan SAF menunjukkan bukan saja dia paham masalah, tapi
juga piawai dalam teknik menasehati, sehingga banyak menggunakan konsep dan
istilah dalam bahasa Makassar yang menjadi "inner world" JK.

Sehingga dengan begitu, JK pun "tak berkutik" mendapat masukan (yang
sebetulnya kritik tajam) SAF ini.

Hari ini SAF menulis surat terbuka ketiga yang lalu lalang dengan kecepatan
tinggi di media sosial sejak tadi pagi.

Wassalam,

ANB

Pada 7 September 2015 17.57, Akmal Nasery Basral 
menulis:

> MakNgah,
>
> Ini surat terbuka pertama SAF kepada Prabowo Subianto, tahun lalu, yang
> juga memukau publik, karena kedalaman isi bisa disajikan secara elok dan
> konstruktif-mengingatkan, seandainya PS terpilih sebagai presiden.
>
> http://salimafillah.com/pak-prabowo-kami-memilih-anda-tapi/
>
> Wassalam,
>
> ANB
>
>
>
> Pada 7 September 2015 17.49, Akmal Nasery Basral 
> menulis:
>
>> Salim A. Fillah, seorang ustadz muda (31 tahun) dari Yogyakarta, tapi ada
>> darah Minang juga (ambo lupa persisnya dari ayah atau ibunya). Buku-buku
>> SAF kini lumayan best seller, dan jadwal ceramahnya tinggi, di seantero
>> tanah air dan juga di LN.
>>
>> Dari sekian banyak ustadz muda sekarang, SAF adalah salah seorang yang
>> menurut ambo cukup luas pengetahuan agama sekaligus pemahaman topik
>> kontemporer global maupun nasional.
>>
>> SAF mahir menulis kritik tajam dengan gaya elegan seperti surat ini.
>> Menurut ambo, dia membahasakan presiden sebagai "ayahanda" berdasarkan
>> fungsi formal seorang presiden sebagai "ayahanda" bagi seluruh anak bangsa.
>> Surat terbuka pertamanya yang merebut perhatian publik adalah untuk calon
>> presiden (tahun lalu) Prabowo Subianto.
>>
>> Di kalangan aktivis masjid saat ini, masjid Jogokariyan yang dikelolanya
>> di Jogjakarta juga sering jadi model, karena SAF fokus sekali mengusahakan
>> jamaah shalat Subuh selalu sebanyak -- jika tidak lebih banyak dari --
>> jamaah shalat Jumat. Dan dia berhasil.
>>
>> Juga pengelolaan Baitul Mal wa Tamwil yang terus meninggi angkanya di
>> masjid itu. Dari teman-teman lain, ambo dengar kabar bahwa SAF justru resah
>> jika dana di BMT masih banyak karena berarti pendistribusian zakat,
>> sedekah, dll, kurang optimal. Semakin sedikit dana yang ada di kas BMT
>> (setelah didistribusikan) itu lebih baik, dalam pandangan SAF.
>> Dalam sejarah BMT, cara pandang ini pertama kali diperkenalkan oleh Abu
>> Bakar r.a. yang selalu mendistribusikan kas BMT secepatnya sehingga ketika
>> beliau wafat, isi kas BMT hanya ada satu dirham.
>>
>> Ini ada foto ambo bersama SAF awal tahun ini, jika MakNgah ingin tahu
>> seperti apa wajah ustadz muda ini.
>>
>> Wassalam,
>>
>> ANB
>>
>>
>>
>>
>> Pada 7 September 2015 17.34, Sjamsir Sjarif 
>> menulis:
>>
>>> Siapa Salim A. Fillah? Kenapa dia begitu puitis panggil presiden
>>> ayahanda? Memang ada hubungan kerabat?
>>>
>>> --
>>> .
>>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>>> ===
>>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>>> * DILARANG:
>>>   1. Email besar dari 200KB;
>>>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>>   3. Email One Liner.
>>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>>> mengirimkan biodata!
>>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>>> mengganti subjeknya.
>>> ===
>>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan
>>> di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
>>> ---
>>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>>> Google Grup.
>>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>>
>>
>>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 

Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Sjamsir Sjarif
Tampaknya dengan berlalunya OrdeBaru hilang pula Ustaz Sejuta Kaset itu.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-07 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
Sia Ustadz Seribu Kaset di era Orba itu, MakNgah?
Nan ambo tahu ado julukan Ustadz Sejuta Umat (Zainuddin MZ).

Pada 7 September 2015 18.28, Sjamsir Sjarif 
menulis:

> Mungkin dia pendakwah baru menyeinhi Ustaz Seribu Kaset di era
> OrdeBaruSuharto?
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-06 Terurut Topik Dr. Saafroedin Bahar
Amin.
Pada 7 Sep 2015 11:47, "Akmal Nasery Basral"  menulis:

> Pak Saaf n.a.h.
>
> Semoga pesan indah yang menepuk bahu dari Ust. Salim Fillah ini, melalui
> satu dan lain cara, bisa sampai juga dibaca dan dikunyah-kunyah oleh
> Presiden Jokowi. Mungkin usai memantau asap tebal di Riau.
>
> Wassalam,
>
> ANB
>
> Pada 7 September 2015 10.47, Dr. Saafroedin Bahar <
> saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis:
>
>> Bung Akmal,  walau ditulis dgn penuh kesantunan,  saya kok agak sangsi
>> bhw pesan ini dimengerti den mas Jokowi. Belum ada tanda yg meyakinkan bhw
>> beliau seorang yg religius. Mottonya kan hanya ' kerja, kerja, kerja' saja.
>> Pada 7 Sep 2015 10:40, "Akmal Nasery Basral" 
>> menulis:
>>
>>> Assalamu'alaikum Wr. Wb adidunsanak Palanta RN n.a.h,
>>>
>>> iko ado tulisan menarik dari Ust. Salim Fillah yang digubah begitu
>>> indah, dalam, sekaligus penuh referensi historis dan finansial mengenai
>>> wajah kondisi ekonomi.
>>>
>>> Wassalam,
>>>
>>> Akmal Nasery Basral
>>>
>>> * * *
>>>
>>> SIKLUS PACEKLIK DAN CELAH-CELAH BERKAH
>>>
>>> http://salimafillah.com/siklus-paceklik-dan-celah-celah-berkah/
>>>
>>> Kepada Yang Terhormat,
>>> Presiden Republik Indonesia
>>>
>>> Keselamatan, kasih sayang Allah, dan kebaikan yang tiada henti bertambah
>>> semoga dilimpahkan ke atas Ayahanda Presiden,
>>>
>>> Sungguh benar bahwa cara terbaik menasehati pemimpin adalah dengan
>>> menjumpainya empat mata, menggandeng tangannya, duduk mesra, dan
>>> membisikkan ketulusan itu hingga merasuk ke dalam jiwa.
>>>
>>> Tapi tulisan ini barangkali tak layak disebut nasehat. Yang teranggit
>>> ini hanya uraian kecil yang semoga menguatkan diri kami sendiri sebagai
>>> bagian dari bangsa ini untuk menghela badan ke masa depan yang temaram.
>>>
>>> Mengapa ia di-kepada-kan untuk Ayahanda; harapannya adalah agar
>>> huruf-huruf ini kelak menjadi saksi di hadapan Allah dan semesta akan cinta
>>> kami kepada Indonesia. Syukur-syukur jika ia mengilhami para pemimpin yang
>>> berwenang-berdaulat, untuk melakukan langkah-langkah yang perlu bagi
>>> kemaslahatan kami. Dan bermurah hatilah mendoakan kami Ayahanda, agar
>>> jikapun kami hanya rumput yang kisut, ia tetap dapat teguh lembut dan tak
>>> luruh dipukul ribut bahkan ketika karang pelindung kami rubuh lalu hanyut.
>>>
>>> Ayahanda Presiden, izinkan kami memulai hatur-tutur ini dengan sebuah
>>> kisah.
>>> Ini adalah masa kepemimpinan Sayyidina 'Umar ibn Al Khaththab, tahun 18
>>> Hijriah. Musim panas berkepanjangan disertai angin kering membawa debu-abu
>>> menghantam negeri yang baru saja tumbuh itu. Panen hancur, tetanaman
>>> musnah, ternak binasa, diikuti 2 tahun kelaparan yang melanda sebentang
>>> jazirah dari Yaman, Hijjaz, Yamamah, hingga Nejd; sementara wabah dari arah
>>> Syam turut mengganas hingga ke Madinah.
>>>
>>> Masa itu lalu dikenal sebagai ‘Tahun Ramadah’, sebagaimana ditulis Ibn
>>> Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, karena bumi tampak hitam kelabu
>>> seperti warna ramad (abu jelaga). Ibn Manzhur sebagaimana dikutip dalam
>>> Lisanul ‘Arab menyatakan, “Ramada, atau armada; adalah ungkapan jika
>>> terjadi kebinasaan. Disebut tahun ramadah sebab musnahnya sebagian manusia,
>>> tumbuhan, ternak, dan harta benda pada saat itu.”
>>>
>>> Dampaknya yang dahsyat digambarkan Ibn Sa’d dalam Ath Thabaqatul Kubra,
>>> “..Hingga manusia terlihat mengangkat tulang yang rusak dan menggali lubang
>>> tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.” Langkanya bahan pangan
>>> membuat harga melambung, sampai Imam Ath Thabary dalam Tarikh-nya menyebut,
>>> pada masa itu harga satu bejana susu dan sekantong keju mencapai 40 dirham.
>>>
>>> Demikianpun, dinar dan dirham seakan benar-benar tiada guna karena
>>> jikapun ada uang berapa saja banyaknya, barang yang hendak dibeli sama
>>> sekali tiada. Kita tak lupa, paceklik ramadah terjadi tak berselang lama
>>> dari masa ketika perbendaharaan Kisra yang bertimbun-timbun diangkut ke
>>> Madinah pada tahun 14 Hijriah, juga hanya sebentar sebakda Syam dan Mesir
>>> yang makmur bergabung ke pangkuan Daulah.
>>>
>>> Ayahanda Presiden,
>>>
>>> Seakan-akan Allah hendak menunjukkan, bahwa ujianNya adalah kepastian
>>> berupa secicip ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
>>> buah-buahan untuk memberi kabar gembira pada orang-orang yang sabar.
>>> Seakan-akan Allah hendak memperlihatkan, bahwa hari-hari di antara manusia
>>> memang dipergilirkan, lapang dan sempitnya, jaya dan prihatinnya.
>>> Seakan-akan Allah hendak menampakkan bahwa bahkan dalam Khilafah Rasyidah,
>>> masyarakat orang-orang shalih dengan pemimpin yang adil, tidak ada jaminan
>>> bebas dari krisis.
>>>
>>> Tapi dengan cara ini pula Allah memperlihatkan kualitas seorang
>>> pemimpin, kualitas kepemimpinannya, dan kualitas mereka yang dipimpinnya.
>>> Inilah kesejatian sebuah peradaban; pada mutu jiwa manusianya, bukan
>>> kemewahan hidup dan kemegahan bebangunnya.
>>>
>>> Masih tergambar jelas ketika ‘Umar 

Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-06 Terurut Topik Dr. Saafroedin Bahar
Bung Akmal,  walau ditulis dgn penuh kesantunan,  saya kok agak sangsi bhw
pesan ini dimengerti den mas Jokowi. Belum ada tanda yg meyakinkan bhw
beliau seorang yg religius. Mottonya kan hanya ' kerja, kerja, kerja' saja.
Pada 7 Sep 2015 10:40, "Akmal Nasery Basral"  menulis:

> Assalamu'alaikum Wr. Wb adidunsanak Palanta RN n.a.h,
>
> iko ado tulisan menarik dari Ust. Salim Fillah yang digubah begitu indah,
> dalam, sekaligus penuh referensi historis dan finansial mengenai wajah
> kondisi ekonomi.
>
> Wassalam,
>
> Akmal Nasery Basral
>
> * * *
>
> SIKLUS PACEKLIK DAN CELAH-CELAH BERKAH
>
> http://salimafillah.com/siklus-paceklik-dan-celah-celah-berkah/
>
> Kepada Yang Terhormat,
> Presiden Republik Indonesia
>
> Keselamatan, kasih sayang Allah, dan kebaikan yang tiada henti bertambah
> semoga dilimpahkan ke atas Ayahanda Presiden,
>
> Sungguh benar bahwa cara terbaik menasehati pemimpin adalah dengan
> menjumpainya empat mata, menggandeng tangannya, duduk mesra, dan
> membisikkan ketulusan itu hingga merasuk ke dalam jiwa.
>
> Tapi tulisan ini barangkali tak layak disebut nasehat. Yang teranggit ini
> hanya uraian kecil yang semoga menguatkan diri kami sendiri sebagai bagian
> dari bangsa ini untuk menghela badan ke masa depan yang temaram.
>
> Mengapa ia di-kepada-kan untuk Ayahanda; harapannya adalah agar
> huruf-huruf ini kelak menjadi saksi di hadapan Allah dan semesta akan cinta
> kami kepada Indonesia. Syukur-syukur jika ia mengilhami para pemimpin yang
> berwenang-berdaulat, untuk melakukan langkah-langkah yang perlu bagi
> kemaslahatan kami. Dan bermurah hatilah mendoakan kami Ayahanda, agar
> jikapun kami hanya rumput yang kisut, ia tetap dapat teguh lembut dan tak
> luruh dipukul ribut bahkan ketika karang pelindung kami rubuh lalu hanyut.
>
> Ayahanda Presiden, izinkan kami memulai hatur-tutur ini dengan sebuah
> kisah.
> Ini adalah masa kepemimpinan Sayyidina 'Umar ibn Al Khaththab, tahun 18
> Hijriah. Musim panas berkepanjangan disertai angin kering membawa debu-abu
> menghantam negeri yang baru saja tumbuh itu. Panen hancur, tetanaman
> musnah, ternak binasa, diikuti 2 tahun kelaparan yang melanda sebentang
> jazirah dari Yaman, Hijjaz, Yamamah, hingga Nejd; sementara wabah dari arah
> Syam turut mengganas hingga ke Madinah.
>
> Masa itu lalu dikenal sebagai ‘Tahun Ramadah’, sebagaimana ditulis Ibn
> Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, karena bumi tampak hitam kelabu
> seperti warna ramad (abu jelaga). Ibn Manzhur sebagaimana dikutip dalam
> Lisanul ‘Arab menyatakan, “Ramada, atau armada; adalah ungkapan jika
> terjadi kebinasaan. Disebut tahun ramadah sebab musnahnya sebagian manusia,
> tumbuhan, ternak, dan harta benda pada saat itu.”
>
> Dampaknya yang dahsyat digambarkan Ibn Sa’d dalam Ath Thabaqatul Kubra,
> “..Hingga manusia terlihat mengangkat tulang yang rusak dan menggali lubang
> tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.” Langkanya bahan pangan
> membuat harga melambung, sampai Imam Ath Thabary dalam Tarikh-nya menyebut,
> pada masa itu harga satu bejana susu dan sekantong keju mencapai 40 dirham.
>
> Demikianpun, dinar dan dirham seakan benar-benar tiada guna karena jikapun
> ada uang berapa saja banyaknya, barang yang hendak dibeli sama sekali
> tiada. Kita tak lupa, paceklik ramadah terjadi tak berselang lama dari masa
> ketika perbendaharaan Kisra yang bertimbun-timbun diangkut ke Madinah pada
> tahun 14 Hijriah, juga hanya sebentar sebakda Syam dan Mesir yang makmur
> bergabung ke pangkuan Daulah.
>
> Ayahanda Presiden,
>
> Seakan-akan Allah hendak menunjukkan, bahwa ujianNya adalah kepastian
> berupa secicip ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
> buah-buahan untuk memberi kabar gembira pada orang-orang yang sabar.
> Seakan-akan Allah hendak memperlihatkan, bahwa hari-hari di antara manusia
> memang dipergilirkan, lapang dan sempitnya, jaya dan prihatinnya.
> Seakan-akan Allah hendak menampakkan bahwa bahkan dalam Khilafah Rasyidah,
> masyarakat orang-orang shalih dengan pemimpin yang adil, tidak ada jaminan
> bebas dari krisis.
>
> Tapi dengan cara ini pula Allah memperlihatkan kualitas seorang pemimpin,
> kualitas kepemimpinannya, dan kualitas mereka yang dipimpinnya. Inilah
> kesejatian sebuah peradaban; pada mutu jiwa manusianya, bukan kemewahan
> hidup dan kemegahan bebangunnya.
>
> Masih tergambar jelas ketika ‘Umar menangis menyaksikan emas dan perak,
> permata dan sutra, permadani dan pernak-pernik mahal tiba dari Qadisiah dan
> Madain. Ketika itu ‘Abdurrahman ibn ‘Auf bertanya, “Mengapa engkau menangis
> wahai Amiral Mukminin? Padahal Allah telah memenangkan agamaNya dan
> memberikan kebaikan pada kaum mukminin lewat kepemimpinanmu?”
>
> “Tidak demi Allah”, sahut ‘Umar. “Ini pastilah bukan kebaikan yang murni
> dan sejati. Seandainya ia adalah puncak kebaikan, niscaya Abu Bakr lebih
> berhak ini terjadi pada masanya daripada aku. Dan niscaya pula, Rasulullah
> Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih berhak ini terjadi pada 

Re: [R@ntau-Net] Siklus Paceklik dan Celah-Celah Berkah

2015-09-06 Terurut Topik Akmal Nasery Basral
Pak Saaf n.a.h.

Semoga pesan indah yang menepuk bahu dari Ust. Salim Fillah ini, melalui
satu dan lain cara, bisa sampai juga dibaca dan dikunyah-kunyah oleh
Presiden Jokowi. Mungkin usai memantau asap tebal di Riau.

Wassalam,

ANB

Pada 7 September 2015 10.47, Dr. Saafroedin Bahar <
saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis:

> Bung Akmal,  walau ditulis dgn penuh kesantunan,  saya kok agak sangsi bhw
> pesan ini dimengerti den mas Jokowi. Belum ada tanda yg meyakinkan bhw
> beliau seorang yg religius. Mottonya kan hanya ' kerja, kerja, kerja' saja.
> Pada 7 Sep 2015 10:40, "Akmal Nasery Basral" 
> menulis:
>
>> Assalamu'alaikum Wr. Wb adidunsanak Palanta RN n.a.h,
>>
>> iko ado tulisan menarik dari Ust. Salim Fillah yang digubah begitu indah,
>> dalam, sekaligus penuh referensi historis dan finansial mengenai wajah
>> kondisi ekonomi.
>>
>> Wassalam,
>>
>> Akmal Nasery Basral
>>
>> * * *
>>
>> SIKLUS PACEKLIK DAN CELAH-CELAH BERKAH
>>
>> http://salimafillah.com/siklus-paceklik-dan-celah-celah-berkah/
>>
>> Kepada Yang Terhormat,
>> Presiden Republik Indonesia
>>
>> Keselamatan, kasih sayang Allah, dan kebaikan yang tiada henti bertambah
>> semoga dilimpahkan ke atas Ayahanda Presiden,
>>
>> Sungguh benar bahwa cara terbaik menasehati pemimpin adalah dengan
>> menjumpainya empat mata, menggandeng tangannya, duduk mesra, dan
>> membisikkan ketulusan itu hingga merasuk ke dalam jiwa.
>>
>> Tapi tulisan ini barangkali tak layak disebut nasehat. Yang teranggit ini
>> hanya uraian kecil yang semoga menguatkan diri kami sendiri sebagai bagian
>> dari bangsa ini untuk menghela badan ke masa depan yang temaram.
>>
>> Mengapa ia di-kepada-kan untuk Ayahanda; harapannya adalah agar
>> huruf-huruf ini kelak menjadi saksi di hadapan Allah dan semesta akan cinta
>> kami kepada Indonesia. Syukur-syukur jika ia mengilhami para pemimpin yang
>> berwenang-berdaulat, untuk melakukan langkah-langkah yang perlu bagi
>> kemaslahatan kami. Dan bermurah hatilah mendoakan kami Ayahanda, agar
>> jikapun kami hanya rumput yang kisut, ia tetap dapat teguh lembut dan tak
>> luruh dipukul ribut bahkan ketika karang pelindung kami rubuh lalu hanyut.
>>
>> Ayahanda Presiden, izinkan kami memulai hatur-tutur ini dengan sebuah
>> kisah.
>> Ini adalah masa kepemimpinan Sayyidina 'Umar ibn Al Khaththab, tahun 18
>> Hijriah. Musim panas berkepanjangan disertai angin kering membawa debu-abu
>> menghantam negeri yang baru saja tumbuh itu. Panen hancur, tetanaman
>> musnah, ternak binasa, diikuti 2 tahun kelaparan yang melanda sebentang
>> jazirah dari Yaman, Hijjaz, Yamamah, hingga Nejd; sementara wabah dari arah
>> Syam turut mengganas hingga ke Madinah.
>>
>> Masa itu lalu dikenal sebagai ‘Tahun Ramadah’, sebagaimana ditulis Ibn
>> Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, karena bumi tampak hitam kelabu
>> seperti warna ramad (abu jelaga). Ibn Manzhur sebagaimana dikutip dalam
>> Lisanul ‘Arab menyatakan, “Ramada, atau armada; adalah ungkapan jika
>> terjadi kebinasaan. Disebut tahun ramadah sebab musnahnya sebagian manusia,
>> tumbuhan, ternak, dan harta benda pada saat itu.”
>>
>> Dampaknya yang dahsyat digambarkan Ibn Sa’d dalam Ath Thabaqatul Kubra,
>> “..Hingga manusia terlihat mengangkat tulang yang rusak dan menggali lubang
>> tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya.” Langkanya bahan pangan
>> membuat harga melambung, sampai Imam Ath Thabary dalam Tarikh-nya menyebut,
>> pada masa itu harga satu bejana susu dan sekantong keju mencapai 40 dirham.
>>
>> Demikianpun, dinar dan dirham seakan benar-benar tiada guna karena
>> jikapun ada uang berapa saja banyaknya, barang yang hendak dibeli sama
>> sekali tiada. Kita tak lupa, paceklik ramadah terjadi tak berselang lama
>> dari masa ketika perbendaharaan Kisra yang bertimbun-timbun diangkut ke
>> Madinah pada tahun 14 Hijriah, juga hanya sebentar sebakda Syam dan Mesir
>> yang makmur bergabung ke pangkuan Daulah.
>>
>> Ayahanda Presiden,
>>
>> Seakan-akan Allah hendak menunjukkan, bahwa ujianNya adalah kepastian
>> berupa secicip ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
>> buah-buahan untuk memberi kabar gembira pada orang-orang yang sabar.
>> Seakan-akan Allah hendak memperlihatkan, bahwa hari-hari di antara manusia
>> memang dipergilirkan, lapang dan sempitnya, jaya dan prihatinnya.
>> Seakan-akan Allah hendak menampakkan bahwa bahkan dalam Khilafah Rasyidah,
>> masyarakat orang-orang shalih dengan pemimpin yang adil, tidak ada jaminan
>> bebas dari krisis.
>>
>> Tapi dengan cara ini pula Allah memperlihatkan kualitas seorang pemimpin,
>> kualitas kepemimpinannya, dan kualitas mereka yang dipimpinnya. Inilah
>> kesejatian sebuah peradaban; pada mutu jiwa manusianya, bukan kemewahan
>> hidup dan kemegahan bebangunnya.
>>
>> Masih tergambar jelas ketika ‘Umar menangis menyaksikan emas dan perak,
>> permata dan sutra, permadani dan pernak-pernik mahal tiba dari Qadisiah dan
>> Madain. Ketika itu ‘Abdurrahman ibn ‘Auf bertanya, “Mengapa engkau menangis
>>